Puasa Syawal 2021
Puasa Syawal 6 Hari Boleh Dikerjakan Tidak Berurutan, Dilengkapi Bacaan Niat Puasa Syawal
Puasa Syawal merupakan puasa sunnah yang dapat dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri.
Penulis: Mariana | Editor: Anjar Wulandari
Editor : Anjar Wulandari
BANJARMASINPOST.CO.ID - Sebulan penuh umat muslim berpuasa di bulan Ramadhan, dan telah merayakan hari kemenangan Idul Fitri 2021.
Memasuki bulan Syawal 1442 H, terdapat amalan-amalan sunnah yang dianjurkan di antaranya Puasa Syawal.
Amalan sunnah dikerjakan mendapat pahala, namun apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa.
Kesempatan bagi umat muslim memperbanyak pahala selama bulan Syawal 2021.
Puasa Syawal merupakan puasa sunnah yang dapat dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri.
Baca juga: Hukum Menggabungkan Niat Puasa Syawal dan Senin-Kamis, Berikut Panduan Melaksanakan Puasa Syawal
Baca juga: Niat & Tata Cara Menggabung Puasa Syawal Sekaligus Utang Puasa Ramadhan Menurut Ustadz Abdul Somad
Orang yang berpuasa selama enam hari di bulan Syawal setara dengan berpuasa selama setahun penuh.
Apakah puasa Syawal harus dikerjakan enam secara berturut-turut?
Dilansir Banjarmasinpost.co.id dari Rumaysho.com, perintah melakukan puasa Syawal disebutkan dalam hadits Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menurut ulama Syafi’iyah, puasa enam hari di bulan Syawal disunnahkan berdasarkan hadits di atas.

Disunnahkan melakukannya secara berturut-turut di awal Syawal.
Jika tidak berturut-turut atau tidak dilakukan di awal Syawal, maka itu boleh.
Seperti itu sudah dinamakan melakukan puasa Syawal sesuai yang dianjurkan dalam hadits. Sunnah ini tidak diperselisihkan di antara ulama Syafi’iyah, begitu pula hal ini menjadi pendapat Imam Ahmad dan Daud.” (Al-Majmu’, 6: 276)