Selebrita

Rumah Khusus Mainan Rafathar Disiapkan Raffi Ahmad, Imbas Nagita Slavina Keluhkan Kondisi Lemarinya

Rumah khusus mainan Rafathar disiapkan Raffi Ahmad. Ini berawal keluhan Nagita Slavina terkait kondisi lemarinya yang penuh mainan sang anak.

Penulis: Kristin Juli Saputri | Editor: Murhan
Inatagram @raffinagita1717
Raffi Ahmad, Nagita Slavina, dan Rafathar 

Meski demikian, Nagita Slavina masih tampak kesal, sebab mainan yang dimilikinya terlalu banyak.

"Tapi kan kalau kayak gitu, juga enggak baik," sahut Nagita Slavina.

Terkait mainan Rafathar, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sementara akan meletakkan mainan Rafathar di rumah depan yang semula dipakai untuk berolahraga.

"Yaudah gini, sebelum rumah itu jadi, rumah kita yang sebelah yang lagi direnovasi, coba kita cari spot buat tempat mainannya Rafathar sementara, ini kan jadi duluan nih, gimana? Ya udah rumah depannya aja, yang tadinya buat sport" tanya Raffi Ahmad.

Baca juga: Angkat Tubuh Syahrini, Reino Barack Jadi Sorotan Fans Gara-gara Penampakan Lengannya

Baca juga: Kelahiran baby aurel disambut keluarga atta halilintar kecantikan sang bayi tuai pujian

Ini Efeknya Jika Orangtua Terlalu Banyak Belikan Anak Mainan

Mainan bisa jadi bentuk apresiasi yang diberikan orang tua terhadap pencapaian anak. Mainan juga menjadi sarana orang tua untuk memanjakan anak. Tetapi jangan pula membelikan terlalu banyak mainan untuk anak.

Seperti dilaporkan ABC Australia, pakar pola asuh anak, Maggie Dent mengaku sering mendapat keluhan dari para orang tua yang mengaku banyak membelikan mainan untuk anak-anaknya, tetapi si anak hanya memainkan yang itu-itu saja.

Untuk itu, Dent mengatakan, cara terbaik mengelola mainan anak adalah 'membuangnya' tiap berapa bulan sekali.

Saran itu didasarkan pada penelitian yang dilakukan di Jerman 20 tahun lalu.

Saat itu peneliti mencoba menyembunyikan mainan yang ada di sebuah taman kanak-kanak tiap tiga bulan sekali.

Baru sehari mainan itu diambil, anak-anak yang ada di sekolah tersebut tampak bosan dan kebingungan.

Namun kemudian mereka mulai menggunakan imajinasinya untuk bermain.

"Keesokan harinya mereka sudah bermain-main sendiri dengan memanfaatkan furnitur yang ada, misal kursi atau karpet," ungkap Dent.

Menurut Dent, anak-anak memang paling tak tahan bosan, tetapi jika orang dewasa atau orang tua tidak segera memberikan mainan atau sesuatu yang bisa mereka jadikan mainan, maka anak-anak masih bisa termotivasi untuk mengatasi kebosanan itu dengan menciptakan keseruan sendiri.

Tetapi bukan berarti anak tidak diberi mainan sama sekali. "Kurangi dua-pertiga mainan anak yang ada dan simpan di gudang. Setelah tiga bulan, keluarkan lagi mainan itu," saran Dent.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved