Berita Tanahlaut
Meriahkan Hari Jadi Tanahlaut, Mahasiswa dari Banjarmasin Tampilkan Teatrikal Pejuang di Tabanio
Pertunjukkan sendratari akan digelar pada 18 Desember 2021 bertempat di lapangan objek wisata mangrove Pagatan Besar.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Hari Jadi ke-56 Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), masih terus menggema di daerah berjuluk Bumi Tuntung Pandang ini.
Bahkan mahasiswa dari Banjarmasin pun juga turut berkegiatan memeriahkan momentum tersebut.
Hal itu setidaknya dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STIKIP) Banjarmasin yang sedang menjalani kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Pagatan Besar, Kecamatan Takisung.
"Kami akan melaksanakan seni pertunjukkan yang mengangkat perjuangan masyarakat lokal di Tala," sebut Oktafani Nurhashela, mahasiswa STIKIP Banjarmasin (peserta KKN di Pagatan Besar) kepada banjarmasinpost.co.id, Minggu (5/12/2021).
Baca juga: Beragam Prestasi Gemilang Diraih Pemkab Tanahlaut Selama Kurun Waktu 2021, Berikut Rinciannya
Baca juga: Bantu Pasok Stok Darah di PMI Tanahlaut, Diskopdag Gelar Donor dan Siapkan Bingkisan
Pertunjukkan sendratari tersebut akan digelar pada 18 Desember 2021 nanti bertempat di lapangan objek wisata mangrove Pagatan Besar.
Direncanakan dimulai pukul 20.00 Wita.
"Kami sudah melatih sejumlah orang warga, remaja dan anak-anak yang nanti terlibat pada pertunjukkan sendratari itu," tandasnya didampingi rekannya, May Seni Ristiana.
Ia menyebutkan pertunjukkan sendratari tersebut direncanakan diikuti 50 orang.
Terdiri atas remaja karang taruna Pagatan Besar, anak-anak Pagatan Besar, beberapa sanggar yang ada di Pelaihari dan dari Desa Gunung Makmur serta kalangan pelajar SMKN 1 Takisung, SMAN 1 Takisung, dan MAN Tala.
Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari STIKIP Banjarmasin Suwarjiya menuturkan sendratari tersebut berjudul Pedjoeang Tabanio.
Ini merupakan persembahan keenam setelah empat karya kolosal lainnya yaitu Ramayana Full Story (2017), Manjalung Ratu Zaleha (2018), Caronong Samudra (2019), Maurak Maandung Lamut Boejang Maluala (2020), dan Ma'anjung Kisah Bamula Lastari Budaya Banua (2021).
.
"Maka karya pada tahun ini kami mencoba untuk kembali menampilkan sajian dalam bentuk pertunjukan secara langsung dengan bentuk garapan sendratari kolosal," sebutnya.
Lebih lanjut ia menerangkan sendratari merupakan pertunjukan panggung teatrikal yang sebenarnya hampir sama dengan wayang orang atau wayang gong.
Pertunjukan menggabungkan tari dan drama dan hampir tidak ada dialog verbal antarpenari yang dilakukan secara langsung.
Baca juga: Banjir Kalsel 2021 - Karang Taruna Tapin Salurkan Sembako ke Warga Terdampak di HSU
Baca juga: Jalan Rusak dan Berlubang di Amuntai Kabupaten HSU Akibatkan 2 Truk Sempat Terjebak
"Sendratari kolosal berarti pertunjukan seni drama dan tari yang dilakukan secara besar-besaran dan ditampilkan dengan lebih dari 20 penari atau dipertunjukan secara massal," paparnya.
Diksi pedjoeang, jelas Suwarjiya, merupakan ejaan zaman dulu yang dibaca pejuang.
Pejuang adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani.
Sedangkan Tabanio adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Takisung (Tala).
"Pedjoeang Tabanio adalah sebuah judul garapan mahasiswa dan mahasiswi STKIP PGRI Banjarmasin angkatan tahun 2018," sebutnya.
Dikatakannya, penggarapan karya tersebut bersumber atau bereferensi dari sejarah yang ada di Desa Tabanio Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.
(banjarmasinpost.co.id/roy)