Harga Bitcoin Hari Ini
Harga Bitcoin Hari Ini 7 Desember 2021, Kini Naik Berada di Level US$ 50.613,28
Harga mata uang kripto kembali membaik. Bitcoin salah satunya kini berada di level US$ 50.613,28.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Harga mata uang kripto kembali membaik. Bitcoin salah satunya kini berada di level US$ 50.613,28.
Kenaikan harga bitcoin dan kini berada di zona hijau menggembirakan bagi investor.
Harga kripto lainnya juga turut naik setelah sempat anjlok beberapa hari belakangan.
Terdata harga mata uang kripto atau crypto currency seperti Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Terra hingga Dogecoin dan Shiba Inu dll mulai naik pada perdagangan hari ini, Selasa 7 Desember 2021.
Apakah kebangkitan harga Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Terra hingga Dogecoin dan Shiba Inu dll ini akan terus berlanjut?
Harga Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Terra hingga Dogecoin dan Shiba Inu dll mulai naik. Padahal hingga Senin (6/12/2021), harga Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Terra hingga Dogecoin dan Shiba Inu dll masih menurun.
Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini 6 Desember 2021, Stagnan di Harga Rp 932.000 Per Gram
Baca juga: Harbolnas Akhir Tahun 2021, Shopee 12.12 Birthday Sale Sudah Siap Berbagai Promo
Harga aset kripto dengan kapitalisasi terbesar di dunia, Bitcoin pada perdagan Senin (6/12), turun hingga hampir 40% dari titik all time high (ATH) yang dicapai pada 9 November 2021 lalu.
Ini menyebabkan harga Bitcoin berada di level $42.019,86 atau setara dengan Rp 607.050.412,46 menurut data CoinDesk. Penurunan ini juga merupakan titik terendah Bitcoin dibandingkan dengan dua bulan terakhir, sejak September 2021.
Alhasil, akibat penurunan tersebut, mayoritas aset kripto dengan kapitalisasi pasar yang besar ikut turun. Di hari yang sama, Ethereum (ETH), Avalanche (AVAX), dan Shiba Inu (SHIB) mengalami penurunan hingga 15%. Binance Coin (BNB) turun hingga 13%, Solana (SOL) 18%, Polkadot (DOT) 25%, Cardano (ADA) 20%, Ripple (XRP) 26%, dan Dogecoin (25%).
Dilansir kontan.co.id, pada perdagangan hari ini, Selasa (7/12), harga Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Terra hingga Dogecoin dan Shiba Inu dll berada di zona hijau. Marketcoincap pada Selasa (7/12) pukul 07.35 WIB mencatat, harga uang kripto Bitcoin, yang merupakan crypto currency dengan market cap terbesar, berada di level US$ 50.613,28.
Dalam 24 jam terakhir, harga Bitcoin naik 3,85%. Namun dalam 7 hari perdagangan, harga Bitcoin masih terkoreksi 12,47%.

Harga Ethereum (market cap terbesar kedua) di level US$ 4.343,69, naik 5,21% dalam 24 jam terakhir. Dalam 7 hari perdagangan, harga Ethereum turun 2,60%.
Harga Binance Coin (market cap terbesar ketiga) di level US$ 586,13, naik 8,09% dalam 24 jam perdagangan. Selama 7 hari perdagangan, harga Binance Coin turun 6,75%.
Harga Tether (market cap terbesar keempat) di level US$ 1, naik 0,09% dalam 24 jam perdagangan. Dalam 7 hari perdagangan, harga Tether naik 0,06%.
Harga Solana (market cap terbesar kelima) di level US$ 194,92 naik 2,93% dari sehari sebelumnya. Selama 7 hari perdagangan, harga Solana terkoreksi 4,58%.
Uang kripto Terra yang kini duduk di peringkat 10 market cap terbesar, dibanderol dengan harga US$ 66,92. Harga Terra naik 2,61% dalam 24 jam perdagangan dan melesat 30,55% dalam sepekan.
Baca juga: Honda Sport Moto Show di Pelaihari Tanahlaut Hadirkan Alvaro Bautista dan Leon Haslam Secara Virtual
Kenaikan harga juga terjadi pada Degocoin, uang kripto yang sempat dipopulerkan oleh milyarder Elon Musk. Harga Dogecoin di level US$ 0,1792, naik 7,49% dalam 24 jam terakhir. Dogecoin kini di peringkat 11 market cap terbesar.
Uang kripto lain yang juga pernah dipopulerkan Elon Musk, Shiba Inu pun naik harganya. Harga Shiba Inu kini US$ 0,00003723, naik 6,05% dalam 24 jam.
Co-Founder Zipmex Indonesia Raymond Sutanto mengatakan harga Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Terra hingga Dogecoin dan Shiba Inu serta uang kripto lainnya sempat merosot karena sejumlah hal.
Pertama, The Securities and Exchange Commision menolak reksa dana WisdomTree Bitcoin Trust pada 1 Desember 2021 lalu.
Hal ini disebabkan karena proposal yang diajukan WisdomTree Bitcoin Trust belum mampu memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh SEC mengenai pencegahan tindakan manipulatif dan kecurangan.

Lalu, pernyataan Ketua Komisi SEC Gary Gensler yang menyebut Bitcoin merupakan kompetitor bagi sistem perbankan dan konsensus keuangan di seluruh dunia. Serta, The Fed yang akan mulai mengurangi pembelian aset atau tapering untuk menormalisasi kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga pada tahun 2022, tepatnya pada Juni, September, dan Desember.
“Kebijakan tapering tersebut membuat kebanyakan investor memutuskan untuk melepaskan aset-aset berisiko seperti saham dan aset kripto. Kemudian memutuskan untuk beralih ke dolar AS yang dianggap akan menguat,” kata Raymond dalam keterangan tertulis, Senin (6/12).
Kendati begitu, Raymond meyakini bahwa koreksi ini sebenarnya masih merupakan hal yang normal dan sehat. Koreksi yang terjadi merupakan bagian dari pasar yang tidak bisa dielakkan, namun masih dapat dimanfaatkan.
Baca juga: Harga Bitcoin Hari Ini 6 Desember 2021, Anjlok Diikuti Kripto Lain
Ia melihat, dalam kondisi ini, para investor justru sebaiknya memanfaatkan momen yang ada sesuai dengan profil risiko yang mereka miliki. “Untuk investor yang memiliki profil risiko tinggi,momen ini merupakan periode ‘diskon’ untuk membeli Bitcoin di harga yang lebih murah atau buy the dip. Sementara bagi investor dengan tingkat toleransi yang kecil, bisa membeli secara akumulatif atau dollar cost averaging (DCA),” tutupnya.
Itulah perkembangan harga Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Terra hingga Dogecoin dan Shiba Inu dll. Ingat, investasi mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Terra hingga Dogecoin dan Shiba Inu dll sangat berisiko. Kenali risikonya sebelum berinvestasi.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi menekankan, sangat penting untuk mengangkat kembali pembahasan mata uang digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC) secara lebih serius saat Presidensi G20 Indonesia di pada 2022.
Sebab, akan ada beberapa risiko yang berdampak serius terhadap makro ekonomi jika tidak diantisipasi, dan isu ini juga akan banyak diangkat serta mendapat dukungan dari berbagai negara lain yang akan turut hadir.

“Mata uang digital ini menjadi isu yang banyak diangkat dan dapat dukungan dari banyak negara. Untuk Indonesia bahwa sebagai prioritas,” tutur Dody, dalam KONTAN Webinar bertajuk Presidensi G20 – Manfaat bagi Indonesia dan Dunia, Senin (6/12).
Selain itu, Dody juga menekankan, risiko utama jika tidak diantisipasinya keberadaan mata uang digital termasuk keharusan adanya rupiah digital adalah tidak terdatanya dengan baik aliran uang yang berada di masyarakat.
Menurutnya, tanpa adanya monitor yang kuat, akan sulit melihat pergerakannya, karena aliran uang bergerak sangat cepat.
Sementara itu, jika aliran uang itu tidak terdata dengan baik, maka dipastikannya akan sangat berpengaruh terhadap pola permintaan atau konsumsi masyarakat, khususnya berkaitan dengan inflasi.
Di sisi lain, banyak negara dengan mata uang digital ini juga telah berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian aliran modal, khususnya yang berkaitan dengan capital flows management.
Baca juga: PD Pasar Bauntung Batuah Sosialisasi Larangan Minyak Goreng Sawit Curah di Pasar Martapura
“Kalau tekanan kepada nilai tukar itu sangat-sangat tinggi terpaksa harus CFM. Tapi kalau aliran dana modalnya itu melalui digital currency tanpa ada tekanan ke nilai tukar pun sudah menyulitkan bank sentral,” jelas Dody.
Maka dari itu, dirinya menekankan, selama Presidensi G20 pada 2022 nanti, BI bersama dengan otoritas lainnya akan menekankan pentingnya pembahasan CBDC ini agar lebih konkret lagi.