Berita HST
Tak Mampu Beli Elpiji 3 Kg, Korban Banjir di Desa Pahalatan HST Gunakan Raba untuk Bahan Bakar
Tak mampu membeli gas elpiji, korban banjir Desa Pahalatan HST terpaksa menggunakan raba banjir untuk memasak
Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Tak mampu membeli gas elpiji,warga Desa Pahalatan, Kecamatan Labuanamas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan (Kalsel) terpaksa menggunakan raba (kayu dari pohon, dahan dan ranting bawaan banjir) sebagai bahan bakar untuk memasak.
Saat ini harga elpiji per tabung melon isi 3 kilogram mencapat Rp 38 ribu hingga Rp 40 ribu.
“Harga tersebut jauh di atas harga normal, di kisaran rp 22 ribu sampai Rp 25.000 per tabung,”ungkap Masni, warga RT 03 Desa kepada bajarmasinpost.co.id, Kamis 16 Desember 2021 lalu.
Melonjaknya harga elpiji bersusidi tersebut, disebutkan sudah sebulan lebih.
Baca juga: LPG 3 KG di Barabai HST Menghilang, Harganya Melambung Hingga Rp 40 Ribu Pertabung
Baca juga: Harga Gas LPG 3 Kg di Banjarmasin Melambung Tinggi, Zakir Beli Rp 28 Ribu Pertabung
Warga yang saat ini masih menghadapi bencana banjir itupun mengatakan kesulitan mencari nafkah.
Akses jalan desa sepanjang sekitar 1 kilometer terputus menyulitkan warga beraktivitas ke luar desa, seperti memasarkan hasil tangkapan ikan ke pasar Barabai.
Kayu maupun bambu yang hanyut terbawa banjir di desa itu diambil warga. Kemudian dipotong-potong kecil lalu dijemur sampai kering. “Selanjutnya dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak sehar-hari,”kata Masni.
Menurut warga,sebenarnya sebagian masyarakat sudah menggunakan kompor gas, membeli gas 3 kilogram dan meninggalkan penggunaan kayu bakar maupun kompor minyak.
Saat harga normal, mereka masih mampu membeli.
“Sekarang selain harga melonjak, ditambah kondisi rumah kami terendam banjir, makin tak terjangkau,”kata Masni.
Baca juga: Harga Elpiji 3 Kilogram di Kalsel Makin Tak Terkendali, di Banjarbaru Tembus Rp 40 Ribu
Desa Pahalatan merupakan desa di perairan rawa, dimana 90 persen warga merupakan melayan penangkap ikan, peternak ayam dan itik serta berkebun cabe, serta sayuran palawija. Banjir lebih dari satu bulan di desa itu membuat sebagian tanaman sayuran rusak karena terlalu lama terendam.
“Kami berharap, harga segera normal,”kata Masni. (banjarmasinpost.co.id/hanani)