KalselPedia
KalselPedia : Gus Hamid Tokoh Ulama Sekaligus Penggerak Ekonomi Pesantren di Kalsel
KH Abdul Hamid Marzuqi adalah seorang tokoh ulama Nahdatul Ulama di Banjarbaru, cendekia dan sekaligus Pimpinan Ponpes Walisongo Banjarbaru
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - KH Abdul Hamid Marzuqi adalah seorang tokoh ulama Nahdatul Ulama di Banjarbaru, cendekia dan sekaligus Pimpinan Ponpes Walisongo Banjarbaru Kalimantan Selatan (Kalsel).
Bukan hanya sekedar tokoh ulama di bidang agama saja, tapi beliau merupakan penggerak para santri untuk menjadi mandiri dalam berkarya dan berusaha.
Karena itu lah, KH Abdul Hamid Marzuqi, atau pria yang akrab disapa Gus Hamid pada November 2021 kemarin, ia terpilih mendapat penghargaan sebagai Ulama Penggerak Santripreneur.
Penghargaan ini bukan tanpa alasan, Sosok KH Abdul Hamid pantas menerima penghargaan. Karena
Gus Hamid, telah membuktikan keberhasilan pondoknya dalam usaha budidaya ikan harian / ikan gabus, dan juga produk produk turunannya, seperti albumin, abon dan lainnya.
Baca juga: KalselPedia - Profil Wakil Bupati HSS, Syamsuri Arsyad
Baca juga: KalselPedia - Profil Bupati Banjar H Saidi Mansyur
Baca juga: KalselPedia - Ahsani Fauzan, Ketua DPRD Kabupaten Balangan
Gus Hamid juga aktif dalam kegiatan ekonomi pesantren seperti Hebitren yang digagas Bank Indonesia Kalsel, Santripreneur Indonesia dan Ikatan Pesantren Indonesia.
Menurut KH Abdul Hamid Marzuqi, Santripreneur adalah sunah Nabi Muhammad demgan berdagang tetapi melalui digitalisasi sesuai dengan perkembangan zaman.
Rasulullah, tuturnya, sejak usia delapan tahun sudah diajarkan berternak dan menggembala.
Kemudian, usia 12 tahun mulai berdagang. Dan usia 25 tahun berhasil, dan kemudian menikahi Khodijah dengan mahar 20 onta yang paling mahal di Makkah dari hasil berdagang.
Namun sekarang di zaman digitalisasi, bisnis yang menjanjikan adalah yang berhubungan dengan digitalisasi.
Sebagai contoh, Shopie tidak memiliki toko tetapi semua ada di aplikasi tersebut. Sehingga dengan demikian santri tidak hanya mengaji saja, tetapi mereka di masyarakat nanti bisa berdagang sesuai dengan sunah nabi," urainya.
Bagaimana caranya mengawalinya hingga menghasilkan Santripreneur, Menurut Gus Hamid, tentunya harus memiliki bisnis kemandirian pesantren, tanpa itu tidak bisa.
Bisnis pertama yang bisa dilakukan adalah koperasi, kemudian bisa berlanjut dengan bisnis lainnya.
Dan untuk di Ponpes Walisongo Banjarbaru sendiri ada namanya budidaya ikan gabus.
"Budidaya ikan gabus ini dilakukan dengan dua cara yaitu sistem alam dan kolam terpal yang kita peroleh pengetahuan tersebut dari Balai Benih Mandiangin, Kabupaten Banjar. Hal ini yang juga menjadi penilaian dalam Santri preneur Award," kata Gus Hamid.
Gus Hamid juga melakukan pelatihan-pelatihan dibidang penggerak ekonomi yang bisa menambah pengetahuan yang bisa diterapkan di para santri.
Adapun pelatihan yang sudah dijalankan di Ponpes Walisongo Banjarbaru, yaitu pelatihan Bimtek Koperasi Syariah, Bimtek Manajemen Syariah, Bimtek Pengemasan dan Design yang bekerja sama dengan pihak-pihak terkait.
Pada 14 Desember 2021 kemarin, juga ada pelatihan menjahit, kue dan kuliner yang juga akan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait lainnya.
Dijelaskan dia, Bisnis yang sudah jalan yang bisa dilihat ada beberapa. Semisal, ada Alfamart dan Sabilal Mart. Sabilal Mart ini konsepnya menawarkan harga yang murah dari toko- toko modern.
Yang mana keuntungannya untuk masjid dan investor. Ini sudah menghasilkan untuk sekitar Rp 16 juta dalam rentan waktu belum sebulan.
"Kita juga mengirimkan santri ke Malaysia dengan di mentor yang profesional di sana. Dan santri kami tersebut sudah kembali dan langsung membuka Sabilal Mart yang menjadi santri preneur mulai tampil," sebutnya.
Gus Hamid sendiri selain mengembangkam budidaya Ikan Haruan, ada banyak megelola diantaranya koperasi. Kemudian yang dikembangkan di luar dari Ponpes Wali Songo, yaitu Sabilal Mart dan lainnya.
Gus Hamid menginginkan, membentuk santri -santri sesuai dengan empat poin yang telah disebutkan. Dengan dimilikinya empat poin tersebut, kedepan pesantren dapatmengeluarkan santri-santri juaranya.
Generasi-generasi yang santripreneur di perdagangan digitalisasi, intelektual, bisa baca kitab gundul dan punya ilmu hikmah.
Baca juga: KalselPedia - Profil Kapolsek Pelaihari May Felly Manurung
Di Provinsi Kalimantan Selatan ungkap Gus Hamid ada 268 Ponpes, dari jumlah tersebut yang sudah melek digital baru sekitar 20 persen, yang ada usahanya 30 persen sisanya masih manual.
Dan kami juga bekerja sama dengan Bank Indonesia mulai memberikan pemahaman dan mengenalkan ke pesantren-pesantren untuk hal ini. (Banjarmasinpost/Nurholis Huda)