Selebrita

Titi Kamal Bagikan Kabar Gembira, 2 Tahun Tak Bertemu Akhirnya Bisa Kumpul Mertua Cantik

Titi Kamal berikankabar gembira, setelah 2 tahun akhirnya ketemu Brigitte Podborny yangmerupakan ibu dari Christian Sugiono, Titi sampai sebut ini

Editor: Irfani Rahman
Instagram Titi Kamal
Titi Kamal gembira ketemu ibu mertua dari Jerman 

BANJARMASINPOST.CO.ID- Artis Titi Kamal memberikan kabar gembira.

Istri Cristian Sugiono ini akhirnya bisa bertemu dan kumpul kembali dengan sang mertua Brigitte Podborny.

Diketahui ibunda Christian Sugiono selama ini tinggal di Jerman.

Karena pandemi Covid-19, diketahui hampir dua tahun pemeran film Makmum 2 ini tak ketemu sang mertua.

Kabar gembira ini dibagikan Titi Kamal pada laman instagramnya.

Ya, Christian Sugiono dan Titi Kamal selama ini tinggal di Jakarta.

Baca juga: Anang Hermansyah Main ke Potlot, Suami Ashanty Terkenang Kala Dikasih Ahmad Dhani Bunga

Baca juga: Ditutupi Sehelai Kain Tubuh Langsing Ivan Gunawan Terekspos, Ruben Onsu Sebut Ini

Kini akhirnya Ibunda Tian terbang ke Jakarta untuk bertemu menantu dan cucunya.

Momen pertemuan itu dibagikan Titi Kamal di Instagram-nya baru-baru ini.

"Yeay seneng banget,

setelah 2th akhirnya Omanya Juna & Kai ke Jakarta

mama mertua tercantik," tulis Titi Kamal dalam postingan Instagram-nya, Kamis (10/2/2022).

Di tahun 2020 lalu, Christian Sugiono sempat bertolak di Jerman untuk menjenguk sang Ibunda.

Tepatnya saat awal-awal pandemi Covid mulai merebak pada Maret 2020.

Tian pada waktu itu sempat terjebak selama sebulan di Jerman akibat aturan karantina dan pembatasan penerbangan.

Baca juga: Saingi Ikatan Cinta dan Amanah Wali, Performa Rating Layangan Putus di RCTI Sukses Masuk Tiga Besar

Baca juga: Dapat Hadiah Alat Fitness dari Baim Wong, Panji Petualang Gembira: Memang Gue Harus Kurus

Menurut Tian, rencana perjalanannya di Berlin sebenarnya tidak sampai satu bulan.

Akan tetapi lantaran ia pergi ketika Maret 2020, saat awal covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), banyak negara langsung menerapkan aturan lockdown.

"Sebenarnya kejebaknya gak sebulan. Perginya dua minggu,"

"Pas udah mau pulang ternyata gak bisa karena lockdown. (Itu awal) pandemi," cerita Tian.

Menurut Tian, saat itu Jerman termasuk salah satu negara yang bergerak cepat mengeluarkan aturan lockdown.

Sehingga, ia lebih dulu merasakan berbagai fasilitas umum kota yang ditutup dan terbatas.

"Di sana apa-apa tutup. Dan yang buka cuma supermarket, apotik, bank, dan segala macem"

"Itu pertama kali, Indonesia waktu itu belum lockdown. Jadi aku udah ngerain duluan," ujar Tian dalam video vlog YouTube Titi & Tian, pada Mei 2021.Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Titi Kamal 2 Tahun Tak Bertemu Ibu Mertua, Kini Ibu Christian Sugiono Datang ke Jakarta dari Jerman, 

10 Cara Mudah Agar Disayang Mertua, Wajib Baca Buat yang Mau Menikah!

Pernah iri sekaligus bingung melihat perempuan lain begitu akrab dan harmonis dengan ibu mertuanya?

Atau justru Anda mulai lelah dengan masalah yang mendera rumah tangga karena campur tangan mertua?

Tentu saja Anda tak sendirian. Masalah yang kerap dihadapi dalam relasi menantu dan mertua ini bisa dialami siapapun.

Menurut Naomi Ernawati Lestari, M.Psi, psikolog dari Light House, terkadang ibu merasa masih punya hak atas anaknya lantaran sudah membesarkan anak lelakinya sejak kecil hingga dewasa.

Tak heran, mertua berharap sang menantu akan memperlakukan anaknya sesuai harapannya.

Nah, bila tak sesuai kenyataan, sadar maupun tidak, sang mertua pun ikut campur dalam urusan rumahtangga anaknya.

Ia lupa bahwa anak lelakinya sudah menikah dan punya kehidupan serta otoritas sendiri.

Hal ini kerap menimbulkan konflik dengan menantunya.

Apalagi setelah menikah, biasanya sifat dan kepribadian asli masing-masing baru akan tampak dan kemudian bisa memicu datangnya konflik.

Lantas bisakah mertua dan menantu jadi kompak? Tentu saja, Anda bisa mengupayakannya. Ikuti 10 langkah berikut:

1. Hindari berharap berlebihan

Bila menantu tak sesuai harapan, tidak ada salahnya mertua menurunkan ekspektasi kepada menantunya.

Ingat, kebutuhan dan zaman sudah berbeda!

Terima dengan lapang dada bila menantu tidak sempat membuatkan sarapan untuk suaminya lantaran harus berangkat kerja pagi-pagi.

2. Tahu diri

Baik mertua maupun menantu harus punya batasan (boundaries) sejauh mana harus bersikap satu sama lain.

Sadari bahwa anak bukan lagi miliknya sepenuhnya karena sudah berumah tangga.

Mertua harus tahu batasan sejauh mana bisa ikut masuk dalam urusan rumahtangga anaknya atau berkomentar tentang menantunya.

Bila kritikannya ditolak, misalnya, ia harus ikhlas karena rumah tangga tersebut otoritas anak dan menantunya.

Sebaliknya, menantu juga harus tahu diri dalam bersikap terhadap mertua.

Misalnya dalam hal menyampaikan uneg-unegnya pada mertua.

Menantu juga harus sadar bahwa dia tidak bisa membatasi hubungan suaminya dengan ibunya.

Istri juga harus tahu bahwa suaminya butuh bertemu dan mengobrol dengan ibunya.

Suami dan istri perlu membicarakan apa saja yang akan dilakukan menghadapi mertua. Misalnya, soal kesepakatan suami memberi uang pada orang tuanya setiap bulan, atau keinginan menjenguk orang tuanya seminggu sekali kalau tinggalnya berdekatan,” imbuh Naomi.

3. Jangan banyak membantah

Mertua pasti kesal pada menantu yang selalu membantah ucapannya karena menganggap ia tak pernah didengarkan dan dihargai.

Ini paling penting dalam hubungan mertua dan menantu.

Bukan berarti menantu harus selalu setuju pada ucapan mertua. “Jawab saja, ‘O iya, Bu’. Atau ‘Benar juga, Bu’.

Atau, ‘Nanti saya pikirkan lagi.’ Terima sarannya dengan baik, tapi keputusan tetap ada di tangan kita.”

4. Buat kegiatan berdua

Bila memungkinkan, lakukan hal ini. Misalnya, berbelanja atau memasak bersama.

Namun, perhatikan bagaimana kepribadian satu sama lain agar keduanya sama-sama nyaman. Bila tidak bisa, jangan dipaksakan.

5. Kenali kepribadian

Cari tahu hobi, sifat, dan kepribadian masing-masing agar tidak salah paham.

Kalau menantu dan mertua sama-sama tertutup, melakukan kegiatan berdua saja belum tentu jadi cara terbaik untuk kompak.

“Yang terjadi malah bisa saling diam dan membuat suasana makin canggung. Dalam hal ini lebih baik melibatkan suami,” tutur Naomi.

Bila mertua ekstrover dan menantu sebaliknya, mungkin masih bisa membuat suasana cair dan menantu pelan-pelan akan membuka diri.

Bila keduanya sama-sama ekstrover, bisa jadi suasana akan lebih ramai. Di sisi lain, ini rentan konflik karena bisa jadi cara bicara jadi kurang dipikirkan.

6. Beri perhatian

Saat ulangtahun, misalnya, beri ucapan selamat dan belikan kue atau hadiah.

Saat berkunjung ke rumahnya, bawa makanan kesukaan mertua atau menantu.

Namun, perhatian tidak selalu berupa barang.

Menyapa lewat telepon, pesan singkat, atau mengajak mengobrol sekadar menanyakan apa yang sedang dilakukan, sudah makan atau belum, juga bisa jadi perhatian yang akan menyenangkan hati mertua.

7. Saling menghargai

Bila mertua atau menantu memberi baju, tas, atau barang lainnya, kenakan ketika bertemu dengannya meski Anda sebetulnya kurang menyukainya.

Inilah bentuk penghargaan.

Tetapi jangan kecewa kalau mertua tidak suka dengan pemberian Anda.

Atau, agar tidak kecewa, ajak Mertua pergi dan biarkan dia memilih baju yang ia sukai.

Ingat, jangan memaksakan kesukaan kita padanya.

8. Pilah-pilih perkataan

Ketika memiliki keluhan tentang mertua atau menantu, jangan disampaikan langsung. Sebaiknya sampaikan keberatan pada suami.

Biar dia yang menyampaikannya kepada ibunya atau pada istrinya dengan bahasa yang lebih halus.

Pilih kata secara hati-hati agar tidak menimbulkan salah paham.

9. Ikuti peraturan

Idealnya, setelah menikah pasangan suami istri berpisah tempat tinggal dari orang tua.

Namun bila memang tinggal bersama mertua, ikuti peraturan di rumah tersebut.

Kalau mertua tipe orang yang bersih, berusahalah untuk membuat rumah selalu dalam keadaan bersih dan rapi.

Selain itu, ikutlah andil membiayai rumah. Misalnya, membayar telepon, listrik, atau lainnya. Jadi, bukan hanya sekadar menumpang.

10. Jangan berpihak

Suami tak boleh berpihak pada istri maupun ibunya.

Naomi menambahkan, bila suami selalu memilih berpihak pada ibunya dan tidak mau mendengarkan saran atau memperhatikan perasaan istrinya, berarti ada kesalahan.

Sebelum menikah, seharusnya suami dan istri menyamakan visi dan misi dalam memandang pernikahan.

Kalau sudah terlambat, suami dan istri bisa meminta bantuan orang yang netral untuk memecahkan masalah ini. Bisa orang dekat, bisa pula tenaga profesional seperti psikolog,” tuturnya.

Suami juga harus bersedia menjadi penengah dan bersikap adil antara istri dan ibunya.

Kalau perlu bersifat tegas kepada istri atau ibunya.

Konflik akan semakin besar kalau suami tidak bisa menolak atau mengatakan tidak pada ibunya.

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik Banjarmasin Post

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved