Religi

Sudah Masuk Bulan Sya'ban 2022, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Soal Tingkatan Puasa Sunnah

Bulan Sya'ban 2022 telah tiba. Umat Islam dianjurkan banyak berpuasa. Nah, terkait puasa, Ustadz Adi Hidayat menjabarkan tingkatan puasa sunnah

Penulis: Mariana | Editor: Murhan
Youtube Adi Hidayat Official
Ustadz Adi Hidayat 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Bulan Sya'ban 2022 telah tiba. Umat Islam dianjurkan banyak berpuasa. Nah, terkait puasa, Ustadz Adi Hidayat menjabarkan tingkatan puasa sunnah yang bisa ditunaikan umat muslim.

Selain puasa wajib di bulan Ramadhan, ada jenis-jenis puasa yang disunnahkan di antaranya Puasa Senin Kamis.

Tata cara puasa sunnah hampir sama dengan puasa wajib, yakni diawali niat disunnahkan makan sahur dan diakhiri dengan berbuka pada waktu maghrib.

Apa saja jenis-jenis puasa sunnah lainnya dan bagaimana tingkatannya?

Baca juga: Fenomena Uang Kripto Jadi Bahasan Ustadz Adi Hidayat, Juga Jelaskan Hukum NFT dan Token Kripto

Baca juga: Kulit Wajah Berminyak Bikin Kusam, dr Zaidul Akbar Punya Solusi dan Juga Resep Agar Paras Glowing

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan seseorang yang sering menjalankan puasa sunnah selain puasa wajib maka memperlihatkan adanya tingkat keimanan yang baik.

"Ada tingkatan amalan puasa, tingkatan tersebut diurutkan oleh Nabi SAW dari urutan paling sederhana, urutan pertama Senin, Anda bisa kerjakan Senin ditambah dengan Kamis," papar Ustadz Adi Hidayat dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Effendi Sanusi.

Urutan puasa sunnah selanjutnya adalah Puasa Ayyamul Bidh. Puasa ini adalah puasa tiga hari di pertengahan bulan sistem penanggalan hijriyah yaitu setiap tanggal 13, 14, dan 15.

"Kalau sudah bisa Ayyamul Bidh, baru naik lagi ke Puasa Daud. Puasa sehari kemudian setelahnya tidak atau selang-seling, misalnya Sabtu puasa Ahad tidak, maka itu adalah tingkat tertinggi dari puasa sunnah," terangnya.

Ustadz Adi Hidayat menambahkan, jika ingin mengambil pahala yang paling utama maka bisa mengerjakan Puasa Daud.

Jenis dan tingkatan puasa sunnah adalah tiga puasa tersebut, tidak ada lagi puasa sunnah lain kecuali puasa sunnah khusus.

"Ada puasa yang jatuh di momen tertentu, kalau ada yang demikian Anda tinggalkan yang rutinitas kerjakan puasa di momen tertentu itu, misal Puasa 10 Muharram yang bertepatan di hari Kamis maka niat puasanya Puasa Muharram bukan puasa Kamis," tutur Ustadz Adi Hidayat.

Ia menambahkan, meski melakukan niat puasa 10 Muharram mendapatkan pula pahala puasa sunnah Kamis walaupun tidak dikerjakan.

Kebiasaan orang yang berpuasa, disampaikan Ustadz Adi Hidayat memiliki dua keistimewaan.

Orang yang berpuasa sering meningkatkan amal shalehnya. Tak hanya perintah wajib dari Allah namun juga amalan-amalan sunnah.

"Biasa hanya melaksanakan solat fardhu, lalu saat puasa ditambah dengan shalat sunnah. Kalau tidak shalat sunnah bisa gelisah. Tiba-tiba rajin baca Quran. Tiba-tiba pengen infak. Tiba-tiba meningkat amal shaleh, amal shaleh," ujar Ustadz Adi Hidayat.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved