Ramadhan 2022
Tak Bisa Puasa dan Shalat Tarawih, Daftar Amalan Wanita Haid di Ramadhan Diungkap Ustadz Adi Hidayat
Wanita haid tak bisa berpuasa dan Shalat Tarawih di bulan Ramadhan. Sambut Ramadhan 2022, simak Daftar Amalan Wanita Haid dari Ustadz Adi Hidayat.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Wanita haid tak bisa berpuasa dan menjalankan Shalat Tarawih di bulan Ramadhan. Sambut Ramadhan 2022, simak Daftar Amalan Wanita Haid kala Ramadhan dari Ustadz Adi Hidayat.
Ya, bagi wanita haid tak perlu bersedih ketika Ramadhan 1443 H. Penyebabnya, wanita tetap bisa mendapatkan pahala bahkan yang sempurna.
Meskipun ia tidak melakukan ibadah apapun saat sedang haid, termasuk Shalat Tarawih dan Berpuasa.
Memang, wanita diberi keistimewaan dari siklus alami haid yang menghampiri mereka di setiap bulannya.
Baca juga: Bacaan Niat dan Panduan Shalat Tarawih Juga Doa Kamilin di Ramadhan 2022, Buya Yahya Jelaskan Ini
Baca juga: Doa Buka Puasa Bagi Warga Muhammadiyah yang Mulai Shaum Ramadhan 2022, Ustadz Adi Hidayat Beber Ini
Salah satu keistimewaannya ialah diliburkan dari pengerjaan ibadah tertentu.
Seperti ibadah shalat, membaca Alquran, atau kegiatan dan hal lain yang dilarang dalam agama.
Tidak bisa melaksanakan ibadah karena sedang dalam masa haid memberikan kesedihan tersendiri bagi kaum wanita.
Terlebih saat bulan ramadhan, dimana seluruh amalan baik dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT.
Tak perlu bersedih, wanita tetap bisa mendapatkan pahala bahkan yang sempurna, meski ia tidak melakukan ibadah apapun saat sedang haid.
Pertanyaan, bagaimana bisa ?
Ustad Adi Hidayat, Lc, MA dalam video ceramah berdurasi 6,56 menit, yang diunggah di kanal YouTube Syiar Islam, Kamis (17/1/2019) mengungkapkan perihal ini.
Pada menit ke-1 lebih 20 detik dalam video itu, dijelaskan oleh Ustad Adi Hidayat bahwa Allah Swt tidak mungkin menetapkan suatu hukum tanpa sebab di dalamnya.
Di antara ketetapan itu, yang paling dahsyat ialah wanita diminta beristirahat dari rutinitas ibadahnya selama masa haid.
Semua ketentuan itu, menurut Ustad Adi Hidayat memiliki banyak hikmahnya.
Hikmah yang pertama ialah berfungsi untuk menyeimbangkan kondisi psikologis dan keadaan di dalam diri wanita.
Seperti diketahui, pada masa haid wanita mengalami ketidakstabilan emosi dan tidak tenang.
Karena permasalahan itu, maka kaum wanita diminta untuk tidak melakukan ibadah pada masa haidnya.
Namun hikmah yang paling menarik dan dahsyat dari masa haid yang dialami oleh wanita adalah pahala tetap mengalir ke mereka secara sempurna selama masa haidnya, seperti kata Ustad Adi Hidayat dalam ceramahnya.
Pahala yang dialirkan itu merupakan pahala dari ibadah-ibadah yang dikerjakan sebelumnya, yaitu selama masa suci kaum wanita.
"Dan yang paling menarik adalah, ini yang paling dahsyat, ketika perempuan sedang dalam keadaan haidnya, maka pahala-pahala yang dikerjakan dalam sucinya tetap diberikan kepadanya secara sempurna," kata Ustad Adi Hidayat.
Lebih lanjut lagi, Ustad Adi Hidayat menyampaikan bahwa perihal ini merupakan qiasan dari sebuah hadis yang diriwayatkan dalam hadis Bukhari nomor 2996.
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika salah seorang sakit atau bersafar, maka ia dicatat mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau ketika sehat.” (HR. Bukhari no. 2996).
Untuk menjelaskan maksud dari hadis tersebut, Ustad Adi Hidayat mencontohkannya dengan seorang pria yang memiliki kebiasaan mengerjakan shalat sunnah rawatib (pengiring shalat fardhu).
Namun suatu ketika ia harus bepergian dan dihadapkan dengan kondisi jalanan macet yang luar biasa.
Saat ia beristirahat di waktu dhuhur, pria itu memprediksikan bahwa ia akan tiba di tempat tujuannya pada malam hari, yaitu pada waktu shalat isya.
Pria tersebut kemudian memutuskan menjamak qashar salat dhuhur dan asharnya.
Baginya, kata Ustad Adi Hidayat, tak perlu lagi mengerjakan shalat sunnah sebagaimana rutinitas sebelumnya.
Namun pahala shalat sunnah itu tetap ia dapatkan secara sempurna karena sebelumnya sering mengerjakan shalat sunnah rawatib.
Begitu juga dengan kaum wanita yang pada masa sucinya tidak hanya mengerjakan amalan fardhu, namun juga mengerjakan amalan sunnah.
Ustad Adi Hidayat memaparkan, Allah Swt akan menghitung semua amalan fardhu dan sunnah yang dikerjakannya itu, kemudian diberikan sama jumlahnya ketika wanita itu dalam kondisi haid.
Simak video selengkapnya: KLIK
Baca juga: Marhaban Ya Ramadhan 2022, Ini 50 Ucapan Berisi Kata Mutiara Sambut Ramadhan 1443 H dalam 2 Bahasa
Baca juga: Lafaz Doa Sambut Ramadhan 2022 Dijabarkan Ustadz Adi Hidayat, Sesuai Tuntunan Nabi Muhammad SAW
Daftar Amalan Wanita Haid Selama Ramadhan
Ustadz Dr (HC) Adi Hidayat, Lc, MA, Direktur Quantum Akhyar Institute, mengatakan perempuan yang terkena haid harusnya tidak perlu kecewa, Soalnya, pahala amalan rutin yang dilakukan saat dirinya suci akan diberikan secara sempurna.
"Ketika suci dia banyak melakukan amalan-amalan secara rutin, maka tatkala datang bulan pahala amalan-amalan baik itu tetap diberikan, selama dirinya haid" ujar Adi Hidayat.
Itu sebabnya, rugi bagi perempuan yang ketika suci hanya menjalankan amalan-amalan fardu saja. Sebab dia pun hanya akan mendapatkan pahala amalan yang fardu saja ketika haid.
Padahal jika ia melakukan juga yang sunnah-sunnah, maka ketika haid akan mendapat pahala yang fardu maupun sunnah kendati ia sedang tidak menjalankan ibadah tersebut karena haid.
Haid di saat puasa secara otomatis membatalkan puasa sehingga diharuskan mengganti (qadla’) di luar Ramadan.
Mengkaji pendapat dai yang akrab disapa UAH tersebut, maka pahala puasa bagi perempuan yang sedang haid akan tetap diberikan secara sempurna.
Dinukil dari beberapa sumber, berikut amalan-amalan sunnah yang bisa dilakukan perempuan mestruasi agar tetap mendapat pahala Ramadhan, di antaranya:
1. Memperbanyak sedekah
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa bersabda: “Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar. Karena, aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni Neraka.” (HR. Muslim)
2. Mencari ilmu
Mencari ilmu menjadi pilihan bagus ibadah bagi perempuan yang sedang haid atau nifas, baik dilakukan secara otodidak dengan membaca buku atau kitab, ataupun melalui bimbingan guru dengan cara daring. Mencari ilmu dalam Islam bersifat wajib (faridlah). Manfaatnya yang sangat besar bagi diri sendiri dan orang lain membuat kegiatan tersebut masuk kategori ibadah, bahkan setara dengan jihad.
تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لِلهِ خَشْيَةٌ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ، وَمدَارَسَتَهُ تَسْبِيحٌ، وَالْبَحْثُ عَنْهُ جِهَادٌ
“Belajarlah ilmu, sesungguhnya belajar ilmu karena Allah adalah suatu bentuk ketakwaan. Mencari ilmu adalah ibadah, menelaahnya adalah tasbih, dan mengkajinya adalah jihad.” (HR Ad-Dailami)
3. Berdzikir
Dzikir adalah perbuatan yang dianjurkan untuk siapa saja dan kapan saja. Dzikir adalah indikasi hidupnya hati. Rasulullah dalam hadis riwayat Imam Bukhari bersabda: “Perumpamaan antara orang yang zikir pada Tuhannya dan yang tidak, seperti antara orang yang hidup dan yang mati”.
Jenis dzikir sangat banyak, bisa berupa ucapa tasbih, tahmid, takbir, hauqalah, dan lain sebagainya.
Dalam konteks Ramadan, umat Islam dianugerahi kesempatan Lailatul Qadar yang disebut Al-Qur’an setara dengan seribu bulan. Meski banyak ulama yang meyakini momen itu jatuh pada sepuluh terakhir Ramadan, sejatinya jadwal pastinya hanya Allah yang tahu.
Perempuan haid/nifas, sebagaimana umat Islam pada umumnya, sangat dianjurkan memanfaatkan hari demi hari, detik demi detik, sepanjang bulan suci ini untuk beribadah, termasuk berzikir.
Sayyidah Aisyah RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasul, andaikan aku bertemu Lailatul Qadar, doa apa yang bagus dibaca? Rasul menjawab:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Allâhumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annî,’
(Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai orang yang minta ampunan. Karenanya ampunilah aku).” (HR Ibnu Majah)
4. Berdoa
Doa juga menjadi pilihan ibadah yang mudah dan sangat dianjurkan bagi perempuan yang sedang haid atau nifas. Dalam sebuah hadis doa disebut sebagai mukhkhul ‘ibâdah (otak dari ibadah). Doa bisa dilafalkan dengan bahasa apa saja, kapan saja, dan oleh siapa saja, termasuk oleh perempuan yang sedang haid atau nifas.
Lebih dari sekadar meminta, doa yang berakar kata dari da‘â-yad‘û-du‘â juga berarti berseru atau memanggil. Doa mengandung ikhtiar mendekatkan diri kepada Allah. Berdoa bisa juga disebut bermunajat.
5.Menyiapkan hidangan berbuka puasa (Iftar)
Salah satu amalan yang dapat dilakukan oleh perempuan yang sedang haid/nifas dan tidak dapat melaksanakan kewajiban puasa Ramadan adalah membuat hidangan berbuka puasa.
Diriwayatkan At-Tirmizi mengenai pahala orang yang menyediakan hidangan (iftar) untuk orang yang berpuasa.
Artinya, aktivitas perempuan haid yang menghidangkan sajian berbuka untuk keluarga terhitung ibadah.
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Wanita yang Sedang Haid Tetap Mendapat Pahala, Bagaimana Bisa ? Ini Penjelasan Ustaz