Ekonomi dan Bisnis

Bisnis Pertashop Milik Bumdes di Tapin Lesu, Terdampak Pertamax Mahal

Kenaikan harga BBM pertamax dari harga 9.200 ke harga 12.750 per liter turut berimbas pebisnis pertashop milik Bumdes di Kabupaten Tapin

Penulis: Stanislaus Sene | Editor: Hari Widodo
banjarmasinpost.co.id/stanislaus Sene
Salah satu unit Pertashop di Kecamatan Piani, Kabupaten Tapin. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Kenaikan harga BBM pertamax dari harga 9.200 ke harga 12.750 per liter turut berimbas pebisnis pertashop milik Bumdes di Kabupaten Tapin, Rabu, (20/04/2022).

Hal inilah yang dialami salah satu unit Pertashop BUMDes Mitra Usaha di Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin.

Manager Keuangan Pertashop Bumdes Mitra Usaha Kecamatan Salam Babaris, Zainal Arifin mengatakan bahwa kenaikan harga Pertamax ini memang berdampak buruk terhadap bisnis pertashop.

"Bahkan sejak diberlakukannya harga baru pada 1 April 2022 kemarin, sangat sulit untuk menjual pertamax," jelasnya.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kebutuhan BBM Jelang Idul Fitri, Pertamina Tambah Stok Pertalite dan Pertamax

Baca juga: Resmikan Pertashop di Gunung Sari Kotabaru, Bupati Sayed Jafar : Sangat Membantu Masyarakat

Baca juga: Pertamina Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi Desa Melalui Kemitraan Outlet Pertashop

Zainal mengatakan sebelumnya, penjualan rata rata 2.000 liter per hari. Sekarang turun, rata rata 600 - 700 liter per hari, kalau hari pasar di desa bisa tembus ke angka 1.000 liter.

"Lebih dari 60 persen terjadi penurunan penjualan," lanjutnya.

Ia mengatakan apabila isu kenaikan pertamax ke harga 16 ribu perliter terjadi, maka ada kemungkinan Pertashop ditutup untuk sementara waktu.

"Memang secara umum dengan harga sekarang masih ada keuntungan tetapi capain penjualan per hari cukup mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya," jelasnya.

Ia mengakui meskipun harga saat ini berada di angka 12.750, bisnis pertashop masih layak untuk dijalankan.

Hal serupa juga disampaikan Manager Bumdesma Sirang Pitu Mitra Meratus di Kecamatan Piani, Nor Kamarudin bahwa peminat pertamax di wilayah perbukitan juga mengalami penurunan drastis.

"Biasanya penjualan kami rata-rata perhari tembus 1.300 liter. Dan sekrang hanya 400 liter perhari," ungkapnya. 

Kamarudin mengatakan bahwa berdasarkan fakta ini, bisa dikatakan bahwa bisnis pertashop alami kelesuan dibandingkan sebelumnya. 

"Kebanyakan orang lari ke Pertalite karena harga di pasaran 7.650. Selisih harga dengan Pertamax diangka 5.100," jelasnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Tapin, Rahmadi mengatakan bahwa ada empat pertashop lainnya milik Bumdesma mengalami nasib yang sama. 

Baca juga: Pasca Harga Pertamax Naik, Pertamina Jamin Ketersediaan Stok Pertalite di Kalimantan

"Hampir semua usaha pertashop milik desa sulit melakukan penjualan. Namun masih untung," ungkapnya. 

Rahmadi mengatakan ada enam pertashop yang bekerjasama dengan pertamina di Tapin, diantaranya ; di Kecamatan Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Piani, Salam Babaris dan Hatungun. 

"Mereka mulai berbisnis sejak 30 November 2021 lalu dan hanya menjual BBM jenis pertamax," jelasnya. (Banjarmasinpost.co.id/Stanislaus sene)
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved