Berita Tabalong
Cara Unik Desa Maburai Kelola Limbah Minyak Jelantah, Dibarter dengan Migor Kemasan
Desa Maburai lewat TPS3R Maju Bersama yang dibangun Kementerian PUPR berhasil kumpulkan uang dari pengelolaan limbah minyak jelantah
Penulis: Dony Usman | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, TANJUNG - Berada dekat perkotaan dan memiliki penduduk yang lumayan banyak, masalah sampah rumah tangga jadi satu persoalan yang dihadapi Desa Maburai, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Berawal dari upaya mengatasi persoalan sampah rumah tangga itulah, kini Desa Maburai, lewat TPS3R Maju Bersama yang dibangun Kementerian PUPR, justeru berhasil kumpulkan uang dari pengelolaan limbah minyak jelantah.
Bukan hanya itu, pengelolaan minyak jelantah yang dilakukan ini juga sempat menarik perhatian perusahaan batu bara ternama di Tabalong untuk bekerjasama melakukan pengolahan bio desel.
"Berangkat dari permasalah sampah itulah, dari desa kami berupaya dengan Bumdes mencoba mengelola sampah," ujar Kepala Desa Maburai, Edy Rahmanto membuka pembicaraan saat ditemui di kantornya, Selasa (10/5/2022).
Baca juga: Daftar Harga Terbaru Minyak Goreng di Indomaret dan Alfamart Mulai Sabtu 7 Mei 2022, Berbagai Merk
Baca juga: Dukung Pemerintah Atasi Harga Minyak Goreng, PT SDO Salurkan 2,6 Juta Liter Migor Kemasan
Diakuinya memang tidak mudah untuk mengajak masyarakat ikut melakukan pengelolaan sampah, sehingga diawali dengan membiasakan mengajak membuang sampah pada tempatnya.
Agar upaya ini bisa berjalan, melalui anggaran desa disediakan tempat sampah bagi masyarakat di tiap rumah dan juga sarana berupa kendaraan roda tiga untuk mengambil sampah rumah tangga tersebut.
"Seiring berjalan waktu dengan dinamikanya, Alhamdulillah bisa berjalan baik," ucapnya.
Program pengelolaan sampah yang bisa berjalan dengan baik ini juga berbuah manis dengan didapatkannya bantuan dari Kementerian PUPR berupa bangunan TPS3R yang didirikan tahun 2018.
Melalui TPS3R inilah setelah dilakukan proses pemilahan ternyata ada ditemukan sampah yang tidak tertangani, satu di antaranya minyak jelantah.
"Dari situlah kami tertarik dan juga melihat nilai ekonomisnya yang tinggi, muncul keinginan untuk mengumpulkan minyak jelantah," kata Edy.
Sebelum memutuskan untuk mengumpulkan minyak jelantah dari sampah rumah tangga warga, terlebih dulu pangsa pasarnya juga sudah dijajaki.
Proses pengumpulan minyak jelantah pun berjalan. Menariknya, sistem yang digunakan dengan cara barter. Lima liter minyak jelantah ditukar dengan satu liter minyak goreng kemasan.
"Bisa juga dengan uang, sekitar Rp 3 ribu perliter, tapi kebanyakan warga lebih suka menukarkan dengan minyak goreng kemasan, apalagi saat kondisi seperti sekarang ini," katanya.
Saat proses berjalan itulah, di tahun 2019 muncul penawaran dari perusahaan batu bara untuk kerjasama melakukan pengolahan bahan baku bio disel.
Tetapi karena adanya pandemi Covid-19, program kerjasama kemudian tertunda. Padahal sudah direncanakan pembangunan fasilitas dengan dana CSR.