Tips Sehat
Gula Darah Auto Turun, dr Zaidul Akbar Ungkap Solusi Lewat Pare dan Kayumanis
Terlalu banyak makan dan kurang berolahraga bisa jadi pemicu gula darah tinggi. dr Zaidul Akbar mengungkap solusi turunkan gula darah secara alami.
Penulis: Mariana | Editor: M.Risman Noor
"Dulu sekitar 30-40 tahun silam tidak banyak makanan olahan seperti sekarang yang dalam makanan tersebut banyak tambahan pangan sintetik. Kita harus ngerti real food dan fake food, real food adalah makanan berasal dari alam, entah dari daratan lautan, masih mengandung unsur asli, dan tidak banyak pengolahan," ucap dr Zaidul Akbar.
Ia menambahkan, ada beberapa jenis makanan real food yang harus diolah tau melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
Misalnya daging ayam mentah, bisa dipanggang, digoreng, dibikin sup dan dikasih bumbu sejatinya itu masih real food.
Sementara fake food adalah kelompok makanan yang sudah melalui tahapan panjang pemrosesan dengan campuran beragam bahan, termasuk pengawet, pewarna sintetis, dan bahan kimia lainnya.
Baca juga: Penyakit Eksim Lenyap Cukup dengan Bumbu Rempah di Dapur, Coba Resep dari dr Zaidul Akbar
Fake food diproduksi dengan mengubah rasa dan bentuk asli makanan agar lebih praktis dan awet.
Bahan makanan olahan jenis ini akan berdampak bahaya bagi tubuh jika dikonsumsi terus-menerus.
"Fake food ini asalnya saja sudah tidak sehat ditambah lagi dengan bahan pangan sintetis yang membuat makanan bertahan, contoh donat yang dibikin dari tepung terigu, ditambahkan bahan-bahan lain, seperti mentega, gula pasir, telur, dan beberapa donat ditambahkan dengan berbagai macam pengawet yang membuat awet," urainya.
Bahaya kesehatan yang mengancam ketika mengonsumsi terlalu sering dan fake food adalah mengakibatkan naiknya gula darah karena miskin serat. Tidak memiliki mineral penting antara lain vitamin, enzim, dan nutrisi lainnya.
Dalam konteks kesehatan, semakin banyak real food yang dikonsumsi semakin baik kesehatan tubuh seseorang.
Akibat terlalu sering terpapar fake food sistem pencernaan perlahan-lahan melemah. Pencernaan yang buruk tak hanya berdampak pada fisik saja, namun juga mempengaruhi mood dan emosi.
Berdasarkan penelitian, saluran pencernaan sangat sensitif terhadap perubahan emosi seseorang. Hal ini dikarenakan otak memiliki efek langsung pada lambung dan usus.
Pencernaan yang buruk dapat emosi tidak stabil, mudah marah, kecemasan berlebih, sampai sulit tidur.
"Ilmuwan mengatakan sebaiknya makanan yang dikonsumsi setiap hari mengandung real food sebanyak 80 persen. 20 persennya boleh-boleh saja makan fake food namun bukan jadi makanan utama bagi seseorang," ucap dr Zaidul Akbar.
Selain buah dan sayur, manusia memerlukan gizi dan nutrisi dari hewan misalnya daging atau makanan laut. Dagingnya harus tetap matang bisa dibuat steik dengan tingkat kematangan dari medium hingga welldone, jangan sampai gosong atau terlalu matang.
Begitu pula makanan laut, harus direbus terlebih dulu untuk mengurangi kandungan logam berat dari pencemaran laut.
Sementara manfaat dari real food adalah masih tinggi serat, kaya akan nutrisi, dan lebih segar.
"Saatnya kita naikkan level dalam memakan makanan sehat, ingat semua fake food yang dimakan pasti akan ada resiko pada tubuh entah jangka panjang ataupun jangka pendek," pungkasnya.