Berita Tanahlaut
Pekebun di Tanahlaut Ini Gundah Tanaman Duriannya Mendadak Mati, Diduga Hal Ini Penyebabnya
Tanaman durian warga Tanahlaut yang dulu totalnya 200 batang, kini tersisa sekitar 30-40 batang yang masih hidup karena yang lain mendadak mati.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Kebun durian milik warga di Desa Simpangempat Sungaibaru, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), mendadak meranggas dan bahkan mati.
Hal itu setidaknya mendera kebun durian milik Nasrudin.
"Tanaman durian saya totalnya 200 batang. Saat ini cuma tersisa sekitar 30-40 batang saja yang masih hidup. Selebihnya, sudah mati," sebutnya, Jumat (7/10/2022).
Ia menerangkan kerusakan kebun duriannya yang ia tanam di lahan seluas dua hektare tersebut mulai terjadi pascabanjir besar pada Januari 2021 lalu.
Baca juga: Titian Tambat Kapal di Kampung Nelayan di Kabupaten Tanahlaut Kian Reot
Baca juga: Rumah Sakit Swasta di Tanahlaut Masih Punya Stok Vaksin Covid19 tapi Jumlahnya Pun Terbatas
Saat itu, kebunnya juga terendam, terutama di area yang bertopografi rendah.
Genangan banjir berlangsung cukup lama, hingga sekitar satu bulan.
Setelah itu, daun-daun tanaman duriannya mulai menguning kemudian rontok dan akhirnya mati.
Awalnya, dirinya sempat menduga akibat serangan hama penyakit.
Karena itu penyemprotan bahan kimia pembasmi hama penyakit tanaman pun diaplikasikan, namun tak berdampak apa pun.
Penggunaan pupuk-pupuk organik (herbal) pun juga digunakan, tapi juga tak mempan.
"Bahkan saya sampai mendatangkan bahan herbal dari Unhas (Sulsel) di kampung halaman saya, tapi juga tak mempan, padahal di sana sangat manjur," paparnya.
Dirinya juga hingga memasang infus pupuk pada semua tanaman duriannya yang mulai menguning dan meranggas.
"Tapi semuanya tak mempan, semua upaya pengobatan atau pemupukan sudah saya terapkan," tandasnya.
Akhirnya ia mengambil sampel air dan tanah di kebunnya untuk diperiksa di laboratorium.
Hasilnya, diindikasi ada zat tertentu di dalam tanah kebunnya yang ditengarai menjadi penyebab kerusakan dan kematian tanaman duriannya tersebut.
Hal itu dikuatkan dengan kenyataan ketika beberapa kali dirinya mencoba menanam bibit durian, namun selalu tidak tumbuh normal.
Padahal dulu, selalu tumbuh secara normal dan subur.
Nasar menengarai lahan kebunnya tercemar limbah tambang yang ada di wilayah hulu.
"Pasalnya dulu saat banjir besar pada Januari 2021, airnya sangat keruh. Apalagi kebun saya persis berada di tepi sungai kecil yang juga menjadi aliran air dari hulu tersebut," kata Nasrudin.
Sekitar enam bulan lalu, lanjutnya, pihak perusahaan tambang batu bara mengambil sampel di kebun duriannya.
"Tapi hingga sekarang belum disampaikan, apa hasilnya. Saya berharap kiranya dapat segera disampaikan supaya menjadi jelas," tandasnya.
Lebih lanjut ia berharap adanya perhatian dari pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah daerah.
Baca juga: Prihatin Kebakaran di Mekarsari, Kapolres Batola Sambangi Korban dan Berikan Santunan
Baca juga: Jelang Baayun Maulid di Banua Halat Tapin, Target 8 Ribu Peserta, Pendaftar Sudah 4.128 Orang
Pasalnya, kebun duriannya tersebut juga pernah mengharumkan nama Tala karena buah duriannya (Si Mungkal) menjadi juara pertama pada kontes durian se-Kalsel, beberapa waktu silam.
Ia menuturkan mulai menanam durian sejak 2012 silam.
Ada lima jenis (varietas) yang ia tanam antara lain Si Mungkal dan Montong.
Dirinya sempat tiga kali panen raya.
Hasil sekali panen Rp 800 juta hingga Rp 1,6 miliar.
Namun kini semua itu cuma tinggal kenangan.
Apalagi hingga saat ini pun perlahan, satu per satu tanaman duriannya juga menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
"Ada yang baru mati beberapa hari yang lalu," sebutnya.
(banjarmasinpost.co.id/roy)