Tragedi Pesta Halloween Itaewon
Intip Sejarah Perayaan Halloween, Kini Tragedi Pesta Halloween Itaewon Korsel Tewaskan 146 Orang
Tragedi Pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan menggemparkan dunia. Ratusan orang tewas. Intip sejarah perayaan Halloween di dunia.
Pada 43 Masehi, Kekaisaran Romawi telah menaklukkan sebagian besar wilayah Celtic.
Selama 400 tahun mereka memerintah tanah Celtic, dua festival asal Romawi digabungkan dengan perayaan tradisional Samhain.
Pertama adalah Feralia, hari di akhir Oktober ketika orang Romawi secara tradisional memperingati meninggalnya orang mati.
Kedua adalah hari untuk menghormati Pomona, dewi buah dan pohon Romawi.
Pada abad ke-9, pengaruh Kekristenan telah menyebar ke tanah Celtic.
Pada tahun 1000 M, gereja menjadikan 2 November sebagai All Saints' Day, hari untuk menghormati orang mati.
All Saints' Day dirayakan mirip dengan Samhain, dengan api unggun besar, parade, dan berpakaian seperti orang suci, malaikat, dan setan.
Perayaan All Saints' Day juga disebut All-hallows atau All-hallowmas dari bahasa Inggris Tengah Alholowmesse yang berarti All Saints' Day.
Selain itu malam sebelum All Saints, malam tradisional Samhain mulai disebut All-Hallows Eve dan akhirnya menjadi Halloween.
Pada paruh kedua abad ke-19, perayaan Halloween mulai populer di Amerika.
Hal itu dikarenakan banyak imigran baru, sebagian orang Irlandia yang membantu menjadikan perayaan ini populer secara nasional.
Meminjam dari tradisi Eropa, orang Amerika mulai mengenakan kostum dan pergi dari rumah ke rumah meminta makanan atau uang.
Peristiwa ini yang akhirnya menjadi tradisi 'trick or treat'.
Trick or treat adalah cara yang relatif murah untuk berbagi perayaan Halloween.
Beberapa keluarga juga bisa mengganti trick or treat dengan memberikan hadiah kecil kepada anak-anak tetangga.
Orang Amerika menghabiskan sekitar 6 miliar dollar per tahun untuk Halloween, menjadikannya hari libur komersial terbesar kedua di negara itu setelah Natal.
Reaksi Pemimpin Dunia
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menulis di Twitter, "Peristiwa tragis di Seoul mengejutkan kita semua."
"Pikiran kami bersama banyak korban dan keluarga mereka," kata Scholz.
"Ini adalah hari yang menyedihkan bagi Korea Selatan. Jerman mendukung mereka."
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menawarkan dukungan "sepenuh hati" kepada Korea Selatan setelah insiden tragis itu.
"Pikiran yang tulus untuk penduduk Seoul dan orang-orang Korea setelah tragedi di Itaewon. Prancis ada di sisi Anda," cuit Macron di Twitter.
Presiden AS, Joe Biden, menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada keluarga yang kehilangan.
"Kami berduka dengan rakyat Republik Korea dan mengirimkan harapan terbaik kami untuk pemulihan cepat bagi semua orang yang terluka," katanya dalam sebuah pernyataan.
Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat "berpihak pada Republik Korea selama masa tragis ini."
Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, mencuit, "Semua pikiran kami dengan mereka yang saat ini menanggapi dan semua warga Korea Selatan pada saat yang sangat menyedihkan ini."
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan dia "sangat sedih" dengan tragedi itu.
"Sangat sedih dengan peristiwa mengerikan di pusat kota Seoul. Apa yang dimaksudkan sebagai perayaan berubah menjadi tragedi dengan begitu banyak korban muda," cuitnya.
Borrel melanjutkan, "Kami bersama rakyat Republik Korea pada saat yang sulit ini."
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menulis, "Kami bersama korban dan belasungkawa kami yang terdalam kepada keluarga dan teman-teman yang meninggal dan terluka, serta kepada orang-orang (Korea Selatan) karena mereka berduka atas tragedi yang mengerikan ini."
(Banjarmasinpost.co.id/Tribunnews.com)
