Religi

Hukum tentang Mubazir Dijelaskan Buya Yahya, Imbau Tak Asal dalam Bersedekah

Penceramah Buya Yahya menjelaskan hukum tentang mubadzir atau menghabiskan harta secara berlebihan.

Penulis: Mariana | Editor: M.Risman Noor
capture kanal youtube Al-Bahjah TV
Buya Yahya beri penjelasan tentang mubazir dan tidak asal bersedekah. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Penceramah Buya Yahya menjelaskan hukum tentang mubadzir atau menghabiskan harta secara berlebihan.

Termasuk bersedekah dikatakan Buya Yahya bisa jadi masuk dalam perbuatan mubadzir jika dilakukan secara asal-asalan.

Cara yang terbaik dalam melakukan sedekah, Buya Yahya mengimbau harus memperhitungkannya agar dapat berkesinambungan.

Mubadzir adalah menghamburkan atau menggunakan harta berlebihan, yang menjadi sebab pincangnya atau terganggunya jalan ekonomi orang tersebut.

Menggunakan harta di jalan kemaksiatan sudah pasti termasuk perbuatan mubadzir.

Buya Yahya menjelaskan bersedekah tak perhitungan termasuk dalam mubadzir sehingga kebaikannya tidak bisa maksimal.

Baca juga: Kejang Teratasi Lewat Pjiat, dr Zaidul Akbar Sarankan Konsumsi Madu dan Kurma

Baca juga: Sosok Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan Presiden UEA Resmikan Masjid di Solo Bareng Jokowi

"Karena setelah berbuat baik habis hartanya, padahal ada potensi untuk mengembangkan harta tersebut untuk terus bersedekah dapat menolong orang lebih banyak lagi," jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.

Sehingga jikalau ingin berderman sebaiknya berpikir terlebih dahulu bisa membantu orang dan membantunya dapat secara berkesinambungan.

Contoh yang keliru adalah misalnya memiliki uang Rp 100 juta, kemudian seluruhnya diberikan kepada orang lain, orang yang bersedekah itu menjadi fakir dan tidak bisa menolong orang lagi.

"Yang benar adalah punya uang Rp 100 jua, 50 persennya dikembangkan menjadi bisnis atau usaha sehingga dapat menghasilkan lebih banyak untuk membantu orang lain lebih banyak pula, itu sah" papar Buya Yahya.

Tidak diperkenankan seseorang menolong orang lain, namun diri sendiri menjadi tak punya apa-apa.

Seorang muslim yang memiliki jiwa dakwah sekaligus bisnis, maka bisa mengembangkan bisnis tersebut hingga sukses dan hendaknya menolong orang lain dengan penghasilan atau harta yang telah dikumpulkan.

"Jangan sampai kamu berbuat baik, tapi setelah itu berhenti kebaikannya, itu termasuk mubadzir," kata Buya Yahya.

Sehingga biarpun ingin berbuat baik harus ada pertimbangan yang matang, dari diri sendiri atau keluarga, jangan sampai bersedekah namun anak dan istri kelaparan.

Baca juga: Jumlah Shalat Pokok Meliputi Fardhu dan Sunnah, Ustadz Adi Hidayat Beri Penjelasan

Alquran menyebut orang mubadzir adalah teman karibnya setan sebagaimana tersurat pada Surah Al-Isro' ayat 26-27:

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

Artinya: “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”

"Jadi mubadzir tak hanya menghabiskan harta untuk kemaksiatan yang menbuat tidak berkah namun juga menggunakan harta namun tidak perhitungan sehingga membuat roda ekonomi jadi tersendat-sendat bahkan hancur," paparnya.

Termasuk mubadzir lainnya adalah menyia-nyiakan karunia, misalnya dalam berbelanja pastikan barang yang dibeli itu digunakan.

Yang hobi belanja ketika barang sampai rumah malam tidak terpakai, ini termasuk mubadzir.

"Atau Anda berani membuang sesuatu yang masih bisa digunakan, mubadzir, termasuk urusan sederhana kalau Anda makan pastikan bakal habis, jangan sampai sebutir nasi, sesendok nasi, apalagi seperempat piring dibuang begitu saja, ini tidak menghargai karunia Allah SWT," terang Buya Yahya.

Karena hal itu bisa saja Allah mencabut rezeki, sebab tidak layak diberi rezeki karena tidak menghormati pemberian Allah.

Buya Yahya pun heran kebiasaan makan sebagian orang yang menyisakan makanannya di piring agar terlihat kaya.

Hal ini adalah perbuatan tercela, sebab ingin dipandang kaya oleh manusia, kaya yang sebenarnya adalah kaya hati dekat kepada Allah dan tidak tamak kepada dunia.

"Bahkan Nabi Muhammad SAW menjilati tangan untuk membersihkan makanan yang menempel, ada yang bilang menjijikkan, dasarnya apa mengatakan demikian? Sendok pun bahkan dipakai banyak orang," tandas Buya Yahya.

Kadang-kadang orang merendahkan sesuatu dari Nabi Muhammad itu tidak berpikir terlebih dahulu.

Buya Yahya mengimbau kaum muslimin dapat memahami makna mubadzir seluas-luasnya sebab orang yang mubadzir temannya setan.

(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved