Religi
Cara Bersuci Orang yang Sakit Ketika Ingin Shalat, Ceramah Buya Yahya Jelaskan Wudhu dan Tayammum
Buya Yahya menyebut ada kalanya orang yang sakit harus diperban atau jabiroh, meliputi perban atau diinfus pada anggota tubuh misalnya tangan.
Penulis: Mariana | Editor: Edi Nugroho
BANJARMASINPOST.CO.ID - Penceramah Buya Yahya menjelaskan cara bersuci untuk orang yang sakit atau sedang masa pengobatan di rumah sakit.
Solusi bagi orang yang sakit ketika ingin shalat, diterangkan Buya Yahya berbeda dengan orang yang sehat, meski sakit tetap diwajibkan shalat
Dijabarkan Buya Yahya, ada kalanya orang yang sakit harus diperban hal itu disebut dengan istilah jabiroh, meliputi perban atau diinfus pada anggota tubuh misalnya tangan.
Cara bagi orang yang diinfus atau diperban untuk bersuci yakni dapat mengerjakan wudhu dan tayammum.
Baca juga: Ceramah Buya Yahya Soal Mahar dan Seserahan Hasil Utang, Imbau Jangan Dipaksakan
Baca juga: Surah dalam Alquran yang Jadi Ayat Ruqyah, Ceramah Buya Yahya Sebut Tuntunan Nabi Muhammad SAW
Jabiroh adalah tambalan yang menutupi anggota badan karena luka yang dapat menghalangi sampainya air pada kulit, terutama pada saat berwudhu atau mandi.
Yang termasuk jabiroh meliputi tambalan, perban, gips, dan lainnya yang menghalangi air sampai ke kulit.
Buya Yahya menjelaskan orang yang anggota tubuhnya ada jabiroh maka melakukan wudhu dan tayamum untuk bersuci.
"Setelah wudhu di bagian muka atau wajah, setelah itu Anda basuh tangan, basuh yang bisa dibasuh, di bagian yang diperban sucikan dengan bertayamum menggunakan debu," terang Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.
Setelah itu lanjutkan wudhu di anggota tubuh lainnya, jikalah ada jabiroh di dua area tubuh maka lakukan tayamum dua kali sesuai dengan Mazhab Syafi'i.
Meski sudah ada aturannya, menurut pengalaman pribadi ketika sakit Buya Yahya mengaku berat untuk melaksanakannya, sekalipun dalam mendakwahkannya terasa mudah.
Baca juga: Pandangan tentang Doa Qunut Shalat Subuh, Simak Penjelasan UAS, UAH dan Buya Yahya
"Orang yang sakit perlu diringankan seringan-ringannya, maka kemudian sanad dari Imam Abu Hanifah, basuh yang bisa dibasuh. Adapun di atas perban cukup di usap airnya, tak usah pakai tayamum sudah selesai," jelasnya.
Sehingga berwudhu atau membasuh anggota tubuh yang bisa dibasuh, tidak perlu pakai dua cara.
Bagi orang yang sehat tak perlu iri dengan orang yang sakit karena merasa lebih diringankan.
Buya Yahya pun mengimbau bagi kaum muslimin yang ingin mengetahui hal tersebut secara lebih detail bisa membeli buku fikih bersuci fikih praktis thaharah.
"Jadi tidak merepotkan orang yang sakit sesuai pendapat mazhab Imam Abu Hanifah tersebut, namun bukan berarti mazhab Imam Syafi'i salah, tidak, kemudahan bagi yang sakit," tuturnya.
Buya Yahya menjelaskan Allah bersama orang sakit, hal itu bermakna orang yang sakit membawa rahmat dan berkah.
"Maka dari itu kita disunnahkan, dianjurkan menjenguk orang sakit tentunya dengan catatan sesuai dengan kondisi sakitnya," jelas Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.
Kondisi sakit itu merujuk pada seseorang yang mengidap penyakit tertentu, misalnya menderita penyakit menular yang masih terjadi saat Covid-19 maka sebaiknya tidak menjenguk namun tetap mendoakan dari jauh.
Bagi yang sakit menderita penyakit menular bisa meyakinkan orang-orang sekitar untuk tidak usah datang menjenguk, sehingga kerabat atau keluarga tidak merasa bersalah.
"Namun bagi yang ingin menjenguk orang sakitnya tidak menular atau wajar dan kalau pun menular ada cara-cara agar tidak tertular, Anda bisa berkunjung dan ini sebuah kemuliaan yang luar biasa," tuturnya.
Dalam berkunjung atau membesuk orang yang sakit perlu diperhatikan adab-adab agar tak bertentangan atau justru mengganggu orang yang sakit.
Di antaranya harus memperhatikan dan memilih waktu yang tepat, misalnya tidak menjenguk di saat jam tidur.
"Orang yang sakit paling enak adalah tidur, kalau orangnya tidur kemudian Anda datang jangan dibangunkan," imbaunya.
Memilih waktu yang tepat juga menghindari ketidaksiapan orang yang sakit atau pihak keluarganya. Misalnya ada kotoran atau bau tak sedap yang belum dibersihkan, yang tahu waktunya adalah orang yang sakit dan menjaganya.
Adab lainnya ketika menjenguk diusahakan memberikan harapan atau motivasi bagi yang sakit. Jangan sampai malah menakut-nakuti.
"Aduh saya kemarin lihat orang sakit begini, sehari mati, nah ini kurang ajar tidak boleh begitu, dibesarkan hatinya, sebesar apapun penyakitnya Allah yang Maha Kuasa untuk mencabutnya," tuturnya.
Contoh kalimat motivasi di antaranya:
1. Tidak ada sakit yang Allah berikan kecuali Allah memberikan pahala kepadamu, mengangkat derajatmu, mengampuni dosamu
2. Sebesar-besar penyakit Allah yang punya, orang yang sakit bisa disembuhkan. Banyak orang sehat justru lebih dulu meninggal
Selanjutnya selama berkunjung, mengajari atau membisikkan orang yang sakit agar selalu ingat kepada Allah SWT.
"Jangan sampai waktu berlalu tanpa dzikir, sakit ini adalah teguran, sakit kebaikan bagi ahli iman," ucapnya.
Tak lupa saat mengunjungi orang sakit hendaknya membaca doa yang diucapkan tujuh kali maka pasti Allah akan sembuhkan selama ajalnya belum datang.
Doa tersebut yakni:
أَسْأَلُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَ العَرْشِ العَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ
As’alullāhal azhīma rabbal ‘arsyil ‘azhīmi an yassfiyaka.
Artinya, “Aku memohon kepada Allah yang agung, Tuhan arasy yang megah agar menyembuhkanmu,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 114).
Selain membaca doa itu, juga bisa melakukan ruqyah dengan membaca surah Al-Fatihah.
Simak video selengkapnya: klik
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)