Gempa Turki

Jumlah Rumah Baru yang Diperlukan untuk Korban Gempa Bumi Turka, Perlu 500 Ribu Unit

Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD) mengumumkan jumlah korban tewas di Turki akibat gempa bumi naik menjadi 44.218, Jumat (24/2).

Editor: Edi Nugroho
AFP/OMAR HAJ KADOUR/Tribunnews.com
Pemandangan dari udara ini menunjukkan penduduk mencari korban dan penyintas di tengah puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di desa Besnia dekat Harim, di provinsi Idlib barat laut yang dikuasai pemberontak Suriah di perbatasan dengan Turki, pada 6 Februari 2022. - Ratusan orang dilaporkan tewas di Suriah utara setelah gempa berkekuatan 7,8 yang berasal dari Turki dan dirasakan di seluruh negara tetangga. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Lebih dari 160.000 bangunan, termasuk 520.000 unit apartemen, rusak atau hancur akibat gempa bumi di Turki.

Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD) mengumumkan jumlah korban tewas di Turki akibat gempa bumi naik menjadi 44.218, Jumat (24/2).

Turkiye memulai pekerjaan untuk membangun lagi permukiman pasca gempa bumi dahsyat yang mengguncang 6 Februari 2023. Gempa magnitudo 7,8 itu menewaskan lebih dari 50.000 jiwa di kedua negara.

Sedangkan di Suriah, korban jiwa dilaporkan sebanyak 5.914 jiwa.
Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan telah berjanji untuk membangun kembali tempat tinggal dalam waktu satu tahun.

Baca juga: Wisata Kalsel : Menikmati Pesona Danau Hatiwin, Destinasi Andalan Kabupaten Tapin

Baca juga: BSI Maslahat Galang Dana Untuk Penyintas Gempa Turki

Akan tetapi, beberapa ahli menyampaikan bahwa pembangunan harus mengedepankan keselamatan sebelum mengebut pekerjaannya. Beberapa bangunan harus didesain untuk mampu menahan getaran guna antisipasi gempa di masa depan.

“Untuk beberapa proyek, tender dan kontrak telah dilakukan. Prosesnya berjalan sangat cepat,” kata seorang pejabat Turkiye yang enggan disebutkan identitasnya.

Dia menambahkan bahwa tidak ada kompromi untuk urusan keselamatan.

Bagi para korban selamat, kebutuhan untuk tempat tinggal sementara adalah bantuan yang sangat dibutuhkan. Pihak berwenang mengatakan, berbagai tenda telah dikirim untuk banyak korban. Namun di lapangan, orang-orang melaporkan kesulitan untuk mengaksesnya.

“Saya punya delapan anak. Kami tinggal di sebuah tenda. Ada air di atas (tenda) dan tanahnya lembab. Kami meminta tenda lagi dan mereka tidak memberikannya kepada kami,” kata Melek (67).

Bersama puluhan orang lainnya, dia ikut mengantre untuk mendapatkan bantuan di luar sebuah sekolah menengah atas (SMA) di Kota Hassa.

Sekolah tersebut digunakan sebagai pusat distribusi bantuan oleh sekelompok relawan bernama Interrail Turkey. Seorang relawan, Sumeyye Karabocek, menuturkan bahwa kurangnya tenda masih menjadi masalah terbesar sejauh ini.

Pemerintahan Turkiye mendapat berbagai kritik atas banyaknya bangunan runtuh karena gempa bumi. Banyak orang menyebut, hal itu disebabkan kurangnya kualitas bangunan yang dibangun. Rencana awal Pemerintah Turki sekarang adalah membangun 200.000 unit apartemen dan 70.000 rumah desa dengan biaya setidaknya 15 miliar dollar AS.

Bank AS JPMorgan memperkirakan, pembangunan kembali rumah-rumah dan infrastruktur di Turkiye akan menelan biaya 25 miliar dollar AS.

Sementara itu, Program Pembangunan PBB memperkirakan, kerusakan akibat gempa di Turkiye telah menyebabkan 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Dibutuhkan setengah juta atau 500.000 rumah baru.

Pemerintah Turkiye sudah mengeluarkan peraturan baru yang mengizinkan perusahaan dan badan amal membangun rumah dan tempat kerja untuk disumbangkan ke kementerian urbanisasi bagi orang yang membutuhkan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved