Serambi Ummah
Rezeki Bukan Saja Uang
Rezeki tidakhanya berupa uang saja saja ,Ketua MUI Kalsel KH Husin Naparin Lc MA berikan penjelasan mengenai Rezeki
Rezeki Bukan Saja Uang
Oleh: KH Husin Naparin Lc MA
(Ketua MUI Provinsi Kalsel)
ALLAH telah menciptakan manusia dan menganugrahkan segala fasilitas untuk hidup dan kehidupan mereka. Itulah yang di sebut rezeki. Rezeki bisa jadi berbentuk materi atau hissiy yaitu segala sesuatu yang dimakan, dipakai, ditempati dan digunakan untuk memelihara kehidupan yang diberikan oleh Tuhan.
Seorang sahabat datang menemui Rasulullah, pada waktu itu beliau sedang membaca surah At Takasur lalu ia bersabda, “Maali maalii.” Artinya hartaku hartaku.
Beliau berkata lagi, “Qala hal laka yabnaa aadama minmalika illa maakalta faaafnaita awlabista faablabta awtasaddakta faamdaita” Artinya wahai manusia kamu tidak memiliki harta (yang kamu kumpulkan itu) melainkan apa yang kamu makan, maka menjadi habis apa yang kamu pakai menjadi lusuh dan apa yang kamu sedekahkan maka akan berlalu.
Rezeki bisa juga berbentuk immateri (ma’nawi) berupa taat, syukur, sabar, bacaan Qur’an dan lain-lain. Sebagai contoh seorang penjual koran pagi itu berteduh di tepi sebuah warung. Sejak subuh hujan turun lebat sekali, seakan menghalanginya melakukan aktivitas untuk berjualan koran seperti biasa, tidak ada satu sen pun uang yang akan diperoleh seandainya hujan tidak berhenti.
Namun kegalauan itu ternyata tidak nampak sedikitpun di wajahnya. Hujan masih terus turun dengan derasnya. Ia tetap duduk di tepi warung itu sambil tangan nya memegang sesuatu ternyata kitab suci Al-Qur’an yang dibacanya.
Ada yang bertanya kepadanya,
“Bagaimana jualan korannya mas?” Ia pun menjawab, “Alhamdulillah sudah terjual satu.” Lalu orang tersebut bertanya kembali, “Susah juga ya kalau hujan begini.” Lalu ia menjawab, “Insyaa Allah rezeki sudah ada yang mengaturnya.” Orang itu pun terus bertanya, “Terus kalau hujannya sampai siang?” Ia menjawab, “Itu berarti rezeki saya bukan jualan koran tapi banyak berdo’a.”
Orang itu pun bertanya, “Kenapa?” Lalu ia menjawab, “Bukankah Rasulullah pernah bersabda ketika hujan adalah waktu yang mustajab untuk berdoa, kesempatan berdoa itu adalah rezeki juga.” Orang itu pun terus bertanya, “Lantas kalau tidak dapat uang bagaimana?” Penjual koran menjawab, “Berarti rezeki saya adalah bersabar.” “Kalau tidak ada yang bisa di makan,” Tanya nya lagi. “Berarti rezeki saya berpuasa, Allah yang memberi kita rezeki apa saja rezeki yang Allah berikan saya syukuri, selama berjualan koran walaupun tidak laku dan saya harus berpuasa saya tidak pernah kelaparan.” Hujan pun berhenti penjual koran itu bersiap-siap untuk menjajakan korannya. Ia pergi sambil memasukkan kitab Al-Qur’an ke dalam tasnya.
Lewat kisah ini menyadarkan kita bahwa rezeki bukan saja uang tetapi bisa dalam bentuk hidayah, kesabaran, berpuasa, berdoa, beribadah, serta rasa syukur semuanya merupakan amal sholeh yang juga merupakan rezeki dari Allah Sang Maha Pemberi Rezeki.
Rezeki ma’nawi atau immateri adalah rezeki yang terlupakan oleh kita barang kali karena memang tidak nampak oleh mata kepala kita. Rasulullah bersabda “Rakatal fajri khairu minatdunnya wamafiha.” Artinya dua rakaat shalat sunnat subuh lebih baik dari dunia dan isinya.
Sebagai seorang muslim wajib bekerja mencari rezeki, sedangkan hasilnya adalah urusan Allah SWT. Tujuan bekerja adalah untuk mendapatkan rezeki yang halal. Menurut sebagian para ulama seseorang bukanlah mencari rezeki tetapi mencari karunia Allah SWT (Fadh lullah) karena rezeki bisa jadi ada yang halal dan ada yang haram.
Rezeki yang halal itu adalah fadh lullah. Di sinilah rahasianya seorang muslim mengawali hari kesehariannya dari mesjid yang direalisasikan dengan sholat fardhu subuh berjamaah.
Saat masuk masjid ia berdoa seperti doa yang diajarkan Rasulullah SAW yaitu setelah membaca basmalah dan shalawat “Allahummaftahli abwaba rahmatika” Artinya ya Allah bukakan lah bagiku pintu-pintu rahmat mu. Di mesjid ia mencari rahmat Allah. Usai sholat ia pun keluar mesjid melangkah kan kaki untuk mencari karunia Allah (Fadhlullah).
Merealisasikan firman Allah SWT. “Faiza kudiyati shalawata fantasyiru fil ardi wabtagu min fadlillah wajkurullaha kasiran laallakum tuflihum.” Artinya apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaran lah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak bayak supaya kamu beruntung.
Saat keluar mesjid ia berdo’a “Allahummaftahli abwaba fadlika.” Artinya ya Allah bukakanlah bagiku pintu-pintu karunia mu”. Wallahualam. (*)
| Aturan Mahar Pernikahan dalam Islam, KUA Kalumpang: Penghormatan bagi Wanita |
|
|---|
| Mahar Pernikahan Sesuai Kesepakatan, Bukan Syarat Sah Akad Nikah |
|
|---|
| Adab Makan Sesuai Syariat Islam, MUI Balangan: Jadikan Makanan Pembawa Berkah dan Tidak Mubazir |
|
|---|
| Tokoh Agama Berperan Jaga Keharmonisan, Tanamkan Nilai-nilai Segar Membangun |
|
|---|
| Kiprah Ustadz Muhammad Syafiq SHI MH di Bidang Dakwah, Sebar Ilmu hingga ke Pegunungan Meratus |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.