Tahun Baru Islam 2023

Doa Awal Tahun Baru Islam, Simak Penjelasan Buya Yahya dan Khalid Basalamah  Soal Pergantian Tahun

Berikut bacaan Doa Awal Tahun yang biasa dilafazkan. Simak penjelasan Buya Yahya dan Ustadz Khalid Basalamah tentang pergantian tahun baru ini

Penulis: Mariana | Editor: Irfani Rahman
Arrazi Ibrahim
Ilustrasi berdoa. Inilah bacaan doa awal tahun. Hari ini kita telah memasuki Tahun Baru Islam 1445 H/2023 

BANJARMASINPOST.CO.ID -  Hari ini Rabu 19 Juli 2023 kaum muslimin telah memasuki Tahun Baru Islam 1445 H. Di awal tahun barui ini ada Doa Awal Tahun  yang biasa dibaca.

Pergantian Tahun Baru Islam2023  ini pun kerap dimaknai beragam oleh kaum muslimin.

Tak heran kadang ada muncul perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hal ini.

Sejumlah litelatur menjelaskan soal doa awal tahun dan akhir tahun itu.

Bahkan, sejumlah umat Islam lazim melakukannya di tiap pergantian tahun.

Buya Yahya dan Ustadz Khalid Basalamah dalam satu ceramahnya pernah membahas soal peerayaan Tahun Baru Islam

Baca juga: Bacaan Doa Akhir dan Awal Tahun Hijriyah, Ceramah Buya Yahya Sebut Bukan Bidah

Baca juga: Anjuran Puasa di Bulan Muharram 2023, Ustadz Khalid Basalamah Terangkan Landasan Dalilnya

Doa awal tahun dan akhir tahun yang beredar di kalangan muslimin Indonesia satu di antaranya:

1. Doa Akhir Tahun

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

"Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik.

Iklan untuk Anda: Warga Sulawesi Selatan Yang Sakit Lutut dan Pinggul Wajib Membaca Ini!
Advertisement by
 
Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm."

Artinya : Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu. Sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah pupuskan harapanku. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.

2. Doa Awal Tahun

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اَنْتَ اْلاَ بَدِيُّ الْقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرَمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلُ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ اَقْبَلَ اَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ
اَوْلِيَائِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ اْلاَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِى اِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

"Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam. Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa ‘alaa fadhlikal-’azhimi wujuudikal-mu’awwali, wa haadza ‘aamun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa’ihi wa junuudihi wal’auna ‘alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu’i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallam."

Artinya : Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah tetap melimpahkan rahmat dan salam (belas kasihan dan kesejahteraan) kepada junjungan dan penghulu kita Muhammad beserta keluarga dan sahabat Beliau. Ya Allah, Engkau Dzat Yang Kekal, yang tanpa Permulaan, Yang Awal (Pertama) dan atas kemurahan MU yang agung dan kedermawanan MU yang selalu berlebih, ini adalah tahun baru telah tiba. Kami mohon kepada MU pada tahun ini agar terhindar (terjaga) dari godaan syetan dan semua temannya serta bala tentara (pasukannya), dan (kami mohon) pertolongan dari godaan nafsu yang selalu memerintahkan (mendorong) berbuat kejahatan, Serta (kami mohon) agar kami disibukkan dengan segala yang mendekatkan diriku kepada MU dengan sedekat-dekatnya. Wahai Dzat Yang Maha Luhur lagi Mulia, wahai Dzat Yang Maha Belas Kasih.

Pendapat Buya Yahya: Bukan Bid'ah

Penceramah Buya Yahya menjabarkan hukum membaca doa akhir dan awal tahun Hijriyah bagi umat Islam.

Bagi yang ingin membaca dan mengamalkannya, bacaan doa akhir dan awal tahun Hijriyah ada di artikel ini.

Diterangkan Buya Yahya, jenis-jenis doa yang dipanjatkan kepada Allah dapat disesuaikan dengan hajat atau keinginan termasuk doa akhir dan awal tahun.

Mengamalkan doa tersebut, Buya Yahya memaparkan bukan suatu perbuatan yang disebut bid'ah selama mengandung makna yang baik atau benar.

Sebagaimana diketahui, tak lama lagi akan terjadi pergantian tahun dari 1444 Hijriyah memasuki tahun baru 1 Muharram 1445 Hijriyah.

Umumnya beredar bacaan-bacaan doa akhir tahun dan awal tahun untuk dibaca sesuai dengan waktunya.

Buya Yahya menjelaskan inovasi pada ibadah yang sudah ditentukan bentuknya tidak boleh dilakukan.

"Biarpun Anda jago senam, tidak boleh rukuk ditambah dengan gerakan yang ada senamnya, karena sudah ditentukan," ujar Buya Yahya dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Al-Bahjah TV.

Namun ada ibadah yang dari Allah dibebaskan mutlak tidak diikat, boleh pilih dari yang diperkenankan misalnya perbanyak dzikir.

Allah tidak membatasi waktu dzikir, sepanjang nafas masih berhembus maka perbanyaklah dzikir, sholawat, ini yang termasuk jihad memperbanyak atau melakukan perintah Nabi SAW. Adapun waktunya tidak terbatas, bisa pagi, siang, dan malam.

"Kata Allah mintalah kepadaku akan aku kasih, ada dzikir yang diajarkan Nabi SAW baca, tapi Anda bisa berdzikir sesuai yang Anda ingin, untuk benahi sandal pun Anda boleh minta kepada Allah," jelas Buya Yahya.

Macam-macam doa yang dipanjatkan kepada Allah adalah bebas sesuai hajat, yang tidak boleh adalah doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW namun diganti atau diubah sesuai keinginan.

Misalnya Anda minta anak enam, atau ingin punya rumah, tidak ada larangan untuk berdoa apapun, karena doa bebas, segala kebaikan boleh Anda minta.

"Jadi berdoa sendiri tidak bid'ah, tidak semua doa harus dari lafadz Nabi SAW, memang sudah disepakati umat muslim yang berdoa sesuai lafadz Nabi SAW lebih bagus," terang Buya Yahya.

Umat muslim yang berdoa dengan makna yang benar maka tidak dilarang. Dari masa ke masa ulama membuat doa. Para sahabat Nabi SAW, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, Sayyidina Umar Bin Khattab pernah berdoa yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Soal doa akhir tahun dan awal tahun, Buya Yahya menjelaskan boleh dibaca dan mengimbau jangan mudah menyebut bid'ah.

"Jika berbeda pendapat jangan mudah untuk mencaci sesama muslim, itu adalah permasalahan di dalam hatinya, yang membid'ahkan doa itu kami jamin tak terlepas dari doa tambahan di dalam hidupnya," ucap Buya Yahya.

Makna dari doa akhir dan awal tahun juga sah dan baik, boleh dibaca dan boleh juga dipanjatkan doa yang lainnya.

Doa-doa tersebut bukan dari Nabi Muhammad SAW, melainkan ditulis para ulama. Kaum muslimin pun boleh membuat doa asal maknanya benar.

"Tidak ada larangan membuat doa atau menyusun doa dari diri sendiri, yang tidak boleh adalah mengatakan doaku lebih bagus dari doa Nabi Muhammad SAW," tukas Buya Yahya.

Khalid Basalamah Anjurkan Lihat Syariat Islam

Sementara, mengutip dari kanal YouTube Syiarku Islam pada 18 Juli 2023,
Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan mengenai hukum memperingati Tahun Baru Hijriah 1 Muharram.

Dia menjawab satu pertanyaan dari jamaahnya tentang hukum merayakan 1 Muharram.

“Ustadz, peringatan 1 Muharram dilarang sampe sejauh mana? Jika 1 Muharram dijadikan momentum syiar Islam apakah dilarang? Misal akan ada acara gebyar Muharram, lalu diadakan lomba-lomba tahfidz Quran, adzan, cerdas cermat dan lain sebagainya, apakah tidak diperbolehkan?” kata Khalid membacakan pertanyaan jemaahnya.

Menurutnya, ia tidak mengungkapkan pendapatnya secara pribadi lewat pertanyaan tadi, melainkan kita harus kembali pada pendapat umumnya para ulama.

“Ulama-ulama yang saya pernah belajar dari tangan mereka, mereka mengatakan tidak pernah ada dicontohkan oleh Nabi SAW, padahal Nabi adalah Nabi, utusan Allah SWT,” jelasnya.

“Alasan kaum muslimin mengadakan Tahun Baru Islam kenapa? Karena kaum lain punya Tahun Baru Masehi kan?,makanya kita juga tarik-tarik mencontohi,” ungkap Ustadz Khalid Basalamah.

“Untuk apa menambah-nambah? Kenapa kita harus merayakan 1 Muharram? Apa masalahnya? Apa urusannya gitu? Nggak ada hubungannya dengan syariat kita,” jelasnya lagi.

Dia menambahkan, di Indonesia, setiap orang memiliki hak untuk menyampaikan sesuatu. “Saya juga punya hak untuk menyampaikan apa yang saya pelajari. Kan gitu,” katanya.

Dijelaskan Khalid Basalamah, hal ini belum pernah diriwayatkan bahwa Nabi SAW merayakan, ataupun kiyai dengan alasan apapun.

“Lomba kuda kah, lomba manakah, nggak pernah ada sama sekali,” ucapnya.

Oleh karenanya, tidak perlu diadakan, karena jika hal ini sudah pernah terjadi, maka tahun berikutnya sudah pasti akan diadakan lagi.

“Karena kalau anda buka itu, nanti tahun depan akan ada lagi. Nanti dari cerdas cermat pindah ke ini, pindah ke itu,” ujar Ustadz Khalid Basalamah.

Menurutnya, dia menjelaskan ini agar supaya tetap menjaga kemurnian dari syariat tersebut, namun dia tak bisa melarang untuk melakukannya.

“Anda mau lakukan silahkan saja. Jangan salahkan saya tapi, karena saya punya hak untuk menyampaikan apa yang saya tahu,” jelasnya.

“Karena itu jika dibiarkan saudaraku, maka akan banyak embel-embelnya, banyak bunga-bunganya,” katanya.

Keterangan Muhammad Abduh Tuasikal

Dalam menghadapi tahun baru hijriyah atau bulan Muharram, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal juga memberikan penjelasan yang dikutip Rumaysho.

Menurutnya, sebagian kaum muslimin salah dalam menyikapi tahun baru Islam.

Bila tahun baru Masehi disambut begitu megah dan meriah, maka mengapa kita selaku umat Islam tidak menyambut tahun baru Islam semeriah tahun baru masehi dengan perayaan atau pun amalan?

Satu hal yang mesti diingat bahwa sudah semestinya kita mencukupkan diri dengan ajaran Nabi dan para sahabatnya.

Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu dalam menyambut tahun baru Hijriyah, maka sudah seharusnya kita pun mengikuti mereka dalam hal ini.

Bukankah para ulama Ahlus Sunnah seringkali menguatarakan sebuah kalimat,

لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ

“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita melakukannya.”

Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat.

Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya.

Sejauh yang kami tahu, tidak ada amalan tertentu yang dikhususkan untuk menyambut tahun baru hijriyah. Dan kadang amalan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam menyambut tahun baru Hijriyah adalah amalan yang tidak ada tuntunannya karena sama sekali tidak berdasarkan dalil atau jika ada dalil, dalilnya pun lemah.

Dia juga membahas amalan yang keliru dalam menyambut tahun baru.

Sebagian orang ada yang mengkhsuskan puasa dalam di akhir bulan Dzulhijah dan awal tahun Hijriyah.

Inilah puasa yang dikenal dengan puasa awal dan akhir tahun. Dalil yang digunakan adalah berikut ini.

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً

“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta’ala menjadikan kaffarot/tertutup dosanya selama 50 tahun.”

Lalu bagaimana penilaian ulama pakar hadits mengenai riwayat di atas:

Adz Dzahabi dalam Tartib Al Mawdhu’at (181) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan gurunya –Wahb bin Wahb- yang meriwayatkan hadits ini termasuk pemalsu hadits.
Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) mengatan bahwa ada dua perowi yang pendusta yang meriwayatkan hadits ini.

Ibnul Jauzi dalam Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang pendusta dan pemalsu hadits.

Kesimpulannya hadits yang menceritakan keutamaan puasa awal dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yang tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun karena haditsnya jelas-jelas lemah.

Lalu, Merayakan tahun baru hijriyah dengan pesta kembang api, mengkhususkan dzikir jama’i, mengkhususkan shalat tasbih, mengkhususkan pengajian tertentu dalam rangka memperingati tahun baru hijriyah, menyalakan lilin, atau membuat pesta makan, jelas adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya.

Karena penyambutan tahun hijriyah semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, para sahabat lainnya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya.

Yang memeriahkan tahun baru hijriyah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru masehi yang dirayakan oleh Nashrani. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas telah menyerupai mereka (orang kafir). Secara gamblang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”

(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved