Religi

Niat Puasa Tasu'a dan Asyura, Ustadz Abdul Somad Paparkan Makna dan Cara Berpuasa di Bulan Muharram

Amalan-amalan puasa di bulan Muharram bagi kaum muslimin dijelaskan Penceramah Ustadz Abdul Somad.

Penulis: Mariana | Editor: Edi Nugroho
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)
Penceramah Ustadz Abdul Somad memaparkan amalan-amalan puasa di bulan Muharram bagi kaum muslimin. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Penceramah Ustadz Abdul Somad memaparkan amalan-amalan puasa di bulan Muharram bagi kaum muslimin.

Diterangkan Ustadz Abdul Somad, amalan tersebut yakni puasa sunnah mencakup Puasa Tasu'a dan Asyura.

Ustadz Abdul Somad menuturkan Puasa Tasu'a dan Asyura adalah ibadah khusus yang hanya ada di bulan Muharram.

Bulan Muharram sendiri adalah bulan pertama di antara 12 bulan dalam sistem kalender Islam, yang mana berarti masuk tahun baru di kalender hijriyah.

Baca juga: Niat Puasa Tasua dan Asyura, Ceramah Ustadz Abdul Somad Tentang Amalan di Bulan Muharram

Baca juga: Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Muharram 2023, Ustadz Abdul Somad Paparkan Makna Shaum Pertengahan Bulan

Kini umat muslim memasuki bulan dan tahun baru yakni Muharram 1445 Hijriyah, bulan pertama dalam kalender Islam.

Ada sejumlah amalan sunnah yang dianjurkan di bulan Muharram, amalan paling afdhol dilaksanakan adalah puasa sunnah.

Amalan tersebut sunnah dilaksanakan pada 10 Muharram disebut Puasa Asyura, ada juga puasa yang dilaksanakan sehari sebelumnya yaitu 9 Muharram disebut Puasa Tasu'a.

Ustadz Abdul Somad menjelaskan di bulan Muharram satu satu puasa sunnah khusus yang tidak dijumpai di bulan-bulan lain, yaitu puasa Asyura.

"Puasa Asyura adalah tanggal 10, namun yang paling bagus puasa itu adalah 9, 10, 11 tiga hari, kalau tidak sanggup tiga hari pilih dua hari 9 dan 10 Muharram," jelas Ustadz Abdul Somad dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Bujang Hijrah.

Baca juga: Ustadz Abdul Somad Jelaskan Hukum Menikah di Bulan Muharram, Imbau Perbanyak Ibadah dan Amal Shaleh

Hal tersebut diperintahkan atau dianjurkan Nabi Muhammad SAW kepada umat Islam, puasa selama tiga hari bertujuan untuk menyelisihi atau membedakan dengan kaum Yahudi di Madinah yang juga melaksanakan puasa di tanggal 10 Muharram.

Pendakwah yang karib disapa UAS mengungkapkan di Madinah ada tiga suku kaum Yahudi, yakni Yahudi Bani Nadhir, Yahudi Bani Quraidhah, dan Yahudi Qainuqa.

"Suku Yahudi tersebut tidak makan dan minum pada tanggal 10 Muharram, Nabi bertanya, 'Ma hadza?' mereka menjawab 'Ha dza yaumun sholihun' Ini adalah hari yang baik, Allah menyelamatkan Nabi Musa dan menenggelamkan Fir'aun laknatullah. Mereka bersyukur kepada Allah dengan berpuasa di tanggal 10 karena Allah telah menyelamatkan Nabi Musa," papar Ustadz Abdul Somad.

Nabi Muhammad SAW merasa lebih berhak atas Nabi Musa As, maka Rasulullah SAW memerintahkan untuk puasa tersebut.

Sehingga tentang puasa Asyura, tidak ada ikhtilaf antara ulama, diriwayatkan berdasarkan hadits shahih sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW.

"Karena itu bagi yang berbadan sehat khususnya perempuan yang banyak punya utang puasa, dengan berpuasa Asyura 9, 10, dan 11 Muharram maka sudah bisa mengganti tiga hari puasa yang ditinggalkan," tutur Ustadz Abdul Somad.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved