Berita Tapin

Kobaran Api Ancam Lahan Kering Tanaman Cabai di Desa Hiyung Tapin Kalsel, Ada Ribuan Hektare

Kobaran api mengancam lahan kering di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin.

Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Edi Nugroho
(Banjarmasinpost.co.id/MuhammadTabri
Ilustrasi: Angking, bocah belia yang turut memadamkan api yang membakar lahan dan mengancam kebun Cabai Hiyung warga di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Jumat (15/9/2023) sore. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Kobaran api mengancam lahan kering di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin.

Saat warga menghalau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dari permukiman pada Jumat (15/9), api justru mengarah ke perkebunan cabai Hiyung yang menjadi andalan masyarakat sebagai penghasilan tambahan di samping bertani padi.

Ketua Desa Tangguh Bencana Desa Hiyung Junaidi, Sabtu (16/9), memaparkan sedari Jumat (15/9) siang kobaran api merambat ditiup angin menuju perkebunan cabai. Akibatnya tidak sedikit tanaman cabai yang memasuki masa panen jadi korban.

“Kalau dikalkulasikan, kurang lebih 12.000 batang. Tersebar di kebun sekitar tiga hektare lebih,” ujarnya.

Baca juga: Pengelola Kolam Renang Mundur, Pemkab Tala Berencana Buka Kembali Penawaran Ke Pihak Swasta

Baca juga: Karhutla di Sekitar Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru Memburuk,  Penerbangan Dialihkan ke Balikpapan

Warga yang juga petani cabai terpedas di Indonesia ini memaparkan per hektare kebun bisa menghasilkan 6 ton cabai per sekali tanam. Ada pun harga cabai bisa mencapai Rp 50 ribu per kilogramnya.

Tiga hektare kebun cabai yang terbakar dikali enam ribu kilogram cabai per musim dikalikan Rp 50 ribu per kilogram maka petani Hiyung di desa ini menderita kerugian mencapai Rp 900 juta.

Imi, petani cabai di Desa Hiyung RT 3, mengatakan belakangan ini harga cabai Hiyung cukup baik, namun kualitas beratnya berkurang. “Pasokan air minim jadi buah cabai agak kering,” tuturnya.

Upaya untuk membuat batang cabai lebih dingin di tengah lahan yang mulai kering dan pecah-pecah adalah dengan menumpuk rerumputan dan jerami kering di pangkal batang. Namun tindakan itu riskan saat ada kebakaran. “Sudah ada sekitar 950 bantang cabai siap panen milik saya terbakar,” tutur Imi.

Ini belum final karena hingga Sabtu api masih menjalar. Sejumlah petani berupaya mempertahankan kebun cabai, jeruk dan sebagian sawit di RT 4. Langkah yang dilakukan yakni membuat pembatas dan membasahinya dengan semprotan punggung hingga mesin portabel.

Baca juga: Kondisi Terbaru SDN Bahandang 2 Jejangkit Batola Kalsel, Guru Hanya Mengajar Satu Murid

“Masih kami usahakan menahan rambatan api . Setidaknya masih ada batang cabai yang tidak terbakar,” ujar Ardiansyah saat menjaga kebun cabainya.

Warga juga menggunakan peralatan sederhana seperti ember dan batang pisang untuk menghalau apa.

“Walaupun tidak berdampak banyak, setidaknya memperlambat rambatan api,” ujar Zainab, petani cabai yang sibuk mencabut rumput.

Hal serupa juga dilakukan Hj Ipau, perempuan paruh baya ini terus menginjak-injak rumput di sekitar kebun cabainya.

Jumat sore itu, bersama sejumlah waga, Angking, belia belasan tahun, turut berjibaku memadamkan api. Dengan batang pisang berdaun, dia menggebuk api yang ada di tanah.

Di tengah kepungan asap anak bersepatu boot itu nyaris tak ada takutnya. Sesekali ia keluar dari kepulan asap untuk menyeka perih mata dan keringat.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved