Btalk
Bincang di Btalk BPost, Foodies Kalsel Ini Sebut Banyak Kuliner Banjar Belum Di-review
Jihad Ramadhan dan Fefey berbagi cerita menjadi foodies profesional di Progam B-Talk Banjarmasin Post Bicara Apa Saja
Penulis: Salmah | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID - Banyak sosok yang mendadak menjadi foodies termasuk pesohor. Tampil sebagai pereview kuliner dengan kreativitas dan gaya masing-masing, bahkan ada yang dengan cara ‘nyeleneh’.
Sebenarnya seperti apa foodies itu? Apakah hanya icip-icip makanan lalu cuap-cuap di depan kamera lalu diunggah di media sosial?
Jihad Ramadhan dan Fefey berbagi cerita menjadi foodies profesional di Progam B-Talk Banjarmasin Post Bicara Apa Saja pada Rabu (11/10/2023) siang.
“Kalau untuk daerah, kami review kuliner di Kalimantan dan Jawa. Ke mana melangkah dan saat ada kesempatan maka bikin review. Tapi di Banjarmasin juga masih banyak yang belum di-review,” kata Jihad.
Berikut petikan wawancara Jurnalis BPost Amirul Yusuf dengan Jihad dan Fefey, yang ditayangkan langsung di Bpost Online, Instagram Banjarmasin Post dan YouTube Banjarmasin News Video:
Apa yang melandasi berkecimpung sebagai foodies?
Fefey : Dikarenakan suka kuliner, suka mendokumentasikan apa yang disantap. Diawali posting di Instagram yang dulu itu hanya berupa foto. Saya dan Jihad satu kerjaan dan punya kesukaan yang sama terhadap kuliner, makanya di awal kami bikin sama-sama.
Sejak kapan mulai bikin konten kuliner?
Fefey : Sejak 2016 dengan review pertama adalah dessert durian.
Jihad : Sama pada 2016, konten saya adalah martabak mozarela yang kala itu lagi tren.
Di mana saja posting konten dan sudah berapa banyak konten yang diposting serta ke mana saja me-review kuliner?
Jihad : Sudah banyak sekali, postingan ribuan. Dulu itu sebagai foodies perlu perjuangan, karena hanya bermodal foto tetapi harus menarik perhatian orang. Sekarang lebih mudah viral. Kami posting di Instagram, TikTok juga Tinder.
Kalau untuk daerah, kami review kuliner di Kalimantan dan Jawa. Ke mana melangkah dan saat ada kesempatan maka bikin review. Tapi di Banjarmasin juga masih banyak yang belum di-review.
Fefey : Ladang informasi kuliner begitu luas, di manapun berada, bisa review dan bisa posting. Masih banyak kuliner belum di-review. Contoh di Banjarmasin itu banyak yang lokasinya dalam gang tapi kulinernya legend.
Apakah ada komunitas kuliner dan kalian bergabung di sana?
Jihad : Setahu saya ada komunitas kuliner, tapi saya memilih sendiri saja, karena ada beberapa aktivitas kerja.
Apakah sebagai foodies bisa menghasilkan uang?
Jihad : Ya, dengan endorse ada biaya untuk kami. Juga ada yang minta review, minta visit, minta datang ke even mereka.
Adakah kisaran budget per bulan untuk bikin konten dan kisaran bayaran diterima ?
Fefey : Tidak pernah menghitung budget, jalan saja. Aaat ketemu tempat kuliner ya usahakan bikin review. Soal pemasukan dari kerja sama dengan klien ya itu nilainya disyukuri saja. Tidak perlu disebut angkanya.
Jihad : Sama. Kalau lagi mau review, ya sudah. Mengenai budget itu tidak tetap. Soal pemasukan, ya tergantung pemberian Tuhan. Kadang ramai, kadang tidak ramai. Syukuri saja.
Ada pengalaman kurang menyenangkan selama ini ?
Jihad: Sering di-bully oleh netizen, bahkan sampai body shaming. Begitulah sisi lain dari bekerja di sosial media. Juga pernah ketika kerja sama dengan klien, mereka memberikan produk yang terbaik, tapi setelah di-review malah menurunkan standar, jadinya kita di-bully netizen yang kemudian mencicipi ke sana. Makanya saya selalu pesan ke klien agar tetap menjaga kesamaan rasa.
Fefey : Netizen selalu mencari kekurangan, begitulah fenomenanya.
Apakah ada konten kreator yang diidolakan?
Jihad : Tentu ada, yaitu konten kreator yang memiliki kemampuan konten umum, apakah itu adventure, fashion. Saya pelajari cara pengambilan videonya.
Fefey : Siapapun konten kreator yang membawa dampak positif ke masyarakat saya suka. Apa lagi yang review-nya fun, no drama. Berhubung saya suka komunikasi dengan followers.
Bagaimana pendapat anda tentang adanya foodies yang dalam kontennya berkomentar tak layak terhadap suatu produk dan tempat kuliner?
Jihad : Harus ada etika, walau tempat kuliner itu bukan selera kita tapi kalau ada pelanggannya, berarti itu ada pasarnya.
Fefey : Kurang etis. Kalau kami tidak suka melakukan itu. Misal ada kuliner yang kami tidak suka ya tidak kami post. Kami selalu coba dulu.
Berikut tayangan bincang bersama Jihad Ramadhan dan Fefey berbagi cerita menjadi foodies profesional di Progam B-Talk Banjarmasin Post Bicara Apa Saja pada Rabu (11/10) siang :
(dea)
Hasan Basri Tolak PKI di Kalimantan Selatan, Begini Ceritanya Diungkap Peneliti Sejarah Brida Kalsel |
![]() |
---|
Beasiswa IBFL Ubah Potensi Mahasiswa ULM Jadi Prestasi |
![]() |
---|
Beasiswa IBFL, Mengubah Potensi Pemuda Kalsel Menjadi Prestasi, Berikut Kisahnya |
![]() |
---|
Lari sebagai Gaya Hidup Sehat, Begini Perbincangan Dua Runfluencer Kalsel |
![]() |
---|
Yuk Buruan Check In Kamar Hotel Di Swiss-Belhotel Borneo Banjarmasin, Tamu Dapat Sasirangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.