BTALK

Hasan Basri Tolak PKI di Kalimantan Selatan, Begini Ceritanya Diungkap Peneliti Sejarah Brida Kalsel

Hasan Basri, lulusan pesantren dan Al-Azhar Mesir, pada Agustus 1960 mengeluarkan keputusan menghentikan aktivitas PKI di wilayahnya

Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/Dok
ULAS G30S - Peneliti Sejarah Brida Kalsel Wajidi mengulas peristiwa G30S bersama Jurnalis BPost Murhan, Selasa (30/9). 

BANJARMASINPOST.CO.ID- Tanggal 30 September 1965 menjadi sejarah kelam Indonesia. Pada hari itu terjadi gerakan sekelompok tentara yang didalangi PKI (Partai Komunis Indonesia). Mereka menculik, menyiksa dan membunuh sejumlah jenderal. Aksi keji itu tidak hanya di Jakarta, tetapi juga terjadi di banyak daerah termasuk Kalsel.

Bersama aparat keamanan, berbagai elemen masyarakat bangkit melawan gerakan PKI. Menariknya, penumpasan aktivis PKI di Kalsel tidak diwarnai gejolak besar seperti daerah lain. Sistem kekerabatan Bubuhan Banjar menjadi pembeda.

Melalui B-Talk Banjarmasin Post Bicara Apa Saja, Peneliti Sejarah pada Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kalsel Wajidi mengulasnya. Dipandu Jurnalis Murhan, perbincangan ditayangkan di akun YouTube Banjarmasin Post News Video, Facebook BPost Online, Instagram @banjarmasinpost dan website banjarmasinpost.co.id. Berikut petikannya:

Bagaimana sebenarnya jejak PKI di Kalsel sebelum ditumpas pada 1965?

Kalau kita bicara komunisme, sebenarnya sudah masuk sejak masa pergerakan kebangsaan. Hanya secara organisatoris, PKI di Kalsel baru berkembang pada awal 1960-an. Di Pemilu 1955, PKI bahkan masuk empat besar bersama Masyumi, PNI dan NU. Bung Karno menghendaki kabinet berkaki empat, termasuk ada unsur PKI. Tapi di Kalsel, kondisi berbeda. Pangdam X Lambung Mangkurat saat itu, Kolonel Hasan Basri menilai PKI berbahaya.

Apa alasan Hasan Basri menolak keberadaan PKI di Kalsel?

Kalsel ini masyarakatnya agamis. Hasan Basri, lulusan pesantren dan Al-Azhar Mesir, paham betul paham komunis tidak bisa berjalan bersama agama. Karena itu, Agustus 1960 beliau mengeluarkan keputusan menghentikan aktivitas PKI di wilayahnya. Keputusan ini kemudian diikuti Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan.

Tapi Bung Karno kan tidak setuju, ya?

Betul. Bung Karno marah dan memanggil Hasan Basri ke Istana. Bung Karno bilang urusan politik itu wewenang pusat, bukan pangdam. Tapi Hasan Basri menjawab: demi Pancasila dan Indonesia, PKI harus dihentikan di Kalsel. Itu menunjukkan sikap tegas beliau.

Selain Hasan Basri, adakah tokoh lain Banua yang keras menentang PKI?

Ada. Misalnya Idham Chalid. Beliau sejak awal berada di garis depan menolak komunisme, termasuk lewat jalur politik sebagai pimpinan NU dan Waperdam. Jadi selain jalur militer lewat Hasan Basri, ada juga jalur politik lewat Idham Chalid.

Jadi bisa dikatakan, ketegasan Hasan Basri plus kultur masyarakat Banjar yang religius, membuat PKI sulit berkembang di Kalsel?

Tepat sekali. Itu jejak bubuhan Banjar dalam menumpas PKI. Ketegasan pangdam, tokoh agama, plus kesadaran masyarakat membuat PKI tidak punya ruang besar di Kalsel.

Dalam kondisi kesenjangan ekonomi yang semakin lebar dan literasi sejarah generasi muda yang minim, apakah mungkin paham komunisme dengan wajah baru bangkit lagi di Kalsel?

Ya, sejak dulu kita ini sudah dinyatakan sebagai bahaya laten. Artinya, paham komunisme bisa saja muncul kembali, apalagi jika kesenjangan ekonomi makin melebar. Antara pejabat dengan masyarakat, orang kaya dengan yang miskin, itu menjadi lahan subur bagi munculnya paham ini.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved