Berita Internasional
Jumlah Korban Jiwa Kian Bertambah Imbas Konflik Hamas-Israel, 500 Anak Palestina Tewas di Jalur Gaza
Perang Israel dengan kelompok Hamas Palestina, jumlah korban jiwa semakin bertambah, di antaranya 500 anak Palestina tewas.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Kurang lebih sudah sepekan perang Israel dengan kelompok Hamas Palestina berlangsung, jumlah korban jiwa semakin bertambah, di antaranya 500 anak Palestina tewas.
Israel terus memborbardir jalur Gaza melalui serangan udara, menyebabkan korban terus berjatuhan.
Sekitar setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza berusia di bawah 18 tahun.
Dilansir Al Jazeera, serangan kali ini merupakan serangan besar kelima yang dilakukan Israel dalam 15 tahun terakhir.
Baca juga: Evakuasi WNI di Palestina dan Israel Tertunda Sebab Situasi Memanas, Pasokan Pangan Kian Menipis
Baca juga: Kabar Mesut Ozil yang Dulu Mau Diboyong Raffi Ahmad Bila RANS FC 5 Besar Liga 1, Konsisten Palestina
Empat dari lima anak di Gaza hidup dalam depresi akibat konflik, lapor Save the Children pada tahun 2022.
"Lebih dari setengahnya berjuang melawan pikiran untuk bunuh diri dan trauma menyaksikan kematian anak-anak lain," kata laporan itu.
Jumlah korban tewas akibat perang Israel-Hamas kian meningkat.
Total korban tewas di kedua belah pihak saat ini mencapai 3.145 orang.
Di Gaza, jumlah orang yang tewas mencapai 1.799 jiwa, dan 6.388 orang terluka.
Sedangkan di Tepi Barat yang diduduki, total korban jiwa mencapai 46 orang dan 700 orang terluka.
Lalu, di pihak Israel sendiri, 1.300 orang telah tewas dan 3.400 orang terluka.
Angka-angka tersebut telah dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, dan Layanan Medis Israel.
Di antara jumlah korban tewas itu, 500 anak telah terbunuh dalam konflik yang berlangsung selama tujuh hari terakhir.
Israel telah menggempur Jalur Gaza selama tujuh hari terturut-turut.
Wilayah terkepung itu pun menghadapi bencana kemanusiaan yang semakin besar.
Anak-anak yang telah kehilangan rasa aman, terpaksa harus mengungsi dan meninggalkan rumah mereka di tengah malam.
Samah Jabr, seorang ibu dari empat anak di Kota Gaza mengaku sangat khawatir dengan putra sulungnya yang masih berusia 13 tahun.
"Dia tidak tahan jika ada orang berbicara dengan suara keras, meskipun mereka sedang bercanda. Saya mencoba memberitahunya bahwa perang ini akan berakhir," kata Jabr.
Jabr memeluk anaknya, Qusay dengan sangat erat dan merencanakan hal-hal yang ingin dilakukan setelah perang berakhir.
"Suara misil sangat menakutkan, dan rumah kami berguncang sangat keras," kata Jabr.
Dia mengajari anak-anaknya sejak dini untuk mengenali cahaya yang menyertai ketika sebuah rudal ditembakkan, sehingga mereka siap menghadapi suara memekakkan telinga.
Baca juga: Intip Senjata Mutakhir Hamas dan Israel Saat Konflik Berdarah di Palestina, Ada Rudal Fateh-110
Satu Jurnalis Tewas
Tak hanya di Gaza Palestina, serangan udara Israel juga menyerang Lebanon. Alhasil satu jurnalis tewas.
Videografer kantor berita Reuters dan enam jurnalis lainnya terluka di Lebanon selatan pada Jumat (13/10/2023).
Mereka dihantam rudal yang ditembakkan dari arah Israel, menurut videografer Reuters yang berada di lokasi kejadian.
Kelompok jurnalis tersebut, termasuk dari Al Jazeera dan Agence France-Presse (AFP), bekerja di dekat Alma al-Shaab.
Situs tersebut berada dekat perbatasan Israel.
Di sana, militer Israel dan milisi Hizbullah Lebanon saling baku tembak dalam bentrokan perbatasan.
Dikutip CBC, seorang fotografer Associated Press di lokasi kejadian menyaksikan insiden itu.
Ia melihat jenazah videografer Reuters Issam Abdallah dan beberapa dari enam orang yang terluka dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans.
Gambar dari tempat kejadian menunjukkan sebuah mobil hangus.
Dalam sebuah pernyataan, Reuters menjelaskan bahwa Issam Abdallah terbunuh saat menyambungkan koneksi video langsung kepada lembaga penyiaran.
Kamera mengarah ke lereng bukit ketika ledakan keras menghantam kamera.
Terdengar suara jeritan dan udara dipenuhi dengan asap.
"Kami sangat sedih mengetahui videografer kami, Issam Abdallah, terbunuh," kata Reuters.
"Kami segera mencari lebih banyak informasi, bekerja sama dengan pihak berwenang di wilayah tersebut, dan mendukung keluarga serta kolega Issam," kata Reuters.
Dua jurnalis Reuters lainnya, Thaer Al-Sudani dan Maher Nazeh, terluka dalam insiden tersebut.
Keduanya diizinkan keluar dari rumah sakit setelah menerima perawatan medis, kata Reuters.
Nazeh mengatakan Reuters dan dua organisasi berita lainnya sedang merekam tembakan rudal yang datang dari arah Israel ketika salah satu rudal menghantam Abdallah.
"Dia sedang duduk di dinding batu rendah dekat anggota kelompok lainnya," kata Nazeh.
"Beberapa detik kemudian, rudal lain menghantam mobil yang digunakan kelompok tersebut dan membakarnya.
Meskipun outlet berita lain, termasuk Associated Press dan Al Jazeera, mengatakan bahwa peluru tersebut berasal dari Israel, Reuters tidak dapat memastikan apakah rudal tersebut benar-benar ditembakkan oleh Israel.
Agence France-Presse mengatakan dua jurnalisnya terluka.
Stasiun penyiaran yang didanai Qatar, Al Jazeera, mengatakan dua jurnalisnya juga terluka dalam insiden tersebut.
Padahal keberadaan mereka jelas dapat dibedakan sebagai jurnalis.
Baca juga: Perang Israel-Hamas, Ini Daftar 26 Negara yang Pulangkan Warganya dari Tel Aviv
Mereka menyalahkan Israel atas insiden tersebut, dan mengatakan semua orang di balik "tindakan kriminal ini" harus bertanggung jawab.
Sesaat sebelum Abdallah terbunuh, dia memposting di media sosial foto dirinya mengenakan helm dan jaket antipeluru dengan tulisan "pers" terlihat di atasnya.
PM Lebanon Salahkan Israel
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati dan seorang anggota parlemen Hizbullah menyalahkan Israel atas insiden tersebut.
Pasukan Pertahanan Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait kematian dan serangan terhadap jurnalis.
"Jelas, kami tidak ingin memukul atau membunuh atau menembak jurnalis mana pun yang melakukan tugasnya," kata Utusan Israel untuk PBB, Gilad Erdan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (13/10/2023).
"Tapi tahukah Anda, kami sedang dalam keadaan perang, segala sesuatunya mungkin terjadi," lanjutnya.
Desa Alma Al-Shaab telah berulang kali menjadi lokasi bentrokan sejak perang meletus lebih jauh ke selatan antara Israel dan Hamas.
Milisi Palestina yang memiliki hubungan dekat dengan Hizbullah.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Perang Israel-Hamas, Sekitar 500 Anak Palestina Tewas dalam 7 Hari Terakhir
| Diakui Mayoritas Negara di Dunia, Pemimpin Palestina akan Pidato Virtual di PBB, AS Menentang |
|
|---|
| Respon Donald Trump Usai Penembakan Charlie Kirk hingga Tewas di Kampus Utah |
|
|---|
| Kisah Menyentuh 5 Orang Koma Terlama di Dunia dan Penyebabnya, Ada 40 Tahun Lebih |
|
|---|
| Amerika Ikut Campur Lumpuhkan Fordow, Natanz, dan Isfahan, Perang Israel vs Iran Berpotensi Membesar |
|
|---|
| Rencana Evakuasi WNI di Israel Lewat Jalur Darat Amman Yordania, Ada 192 Orang |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.