Ekonomi dan Bisnis

Kisah Warga Banjarmasin Biayai Hidup Anak yang Kuliah di Jerman dari Usaha Bikin Abon

Usaha membuat Abon Bu Anton dijalani Fransisca Chandrawati Oedi di Jalan Mahat Kasan, Gatot Subroto, Kota Banjarmasin, Kalsel.

|
Penulis: Muhammad Syaiful Riki | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/MUHAMMAD SYAIFUL RIKI
Fransisca Chandrawati Oedi memperlihatkan berbagai macam produk olahannya, yaitu Abon Bu Anton, Kamis (19/10/2023). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Usianya telah 67 tahun. Kendati demikian, Fransisca Chandrawati Oedi masih aktif menjalankan usaha membuat abon.

Dari usaha Abon Bu Anton itulah, warga Jalan Mahat Kasan, Gatot Subroto, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), ini bisa membiayai kehidupan anak kedua mereka selama menempuh pendidikan S2 di Jerman.

Memproduksi abon dengan cara disangrai menggunakan mesin, sudah jadi rutinitas Fransisca.

Setiap pekan, dia rata-rata memproduksi 1.000 bungkus abon dari bahan dasar ikan dan ayam.

“Jumlah produksi sesuai pesanan. Kadang sekali proses itu bisa dari pagi sampai malam,” ujarnya, Kamis (19/10/2023).

Baca juga: Harga Bawang Merah Relatif Stabil, Pedagang Kuliner Bersyukur

Baca juga: Promo KFC Sabtu 21 Oktober 2023, Super Komplit 1 cuma Rp46.819, Lengkap Ayam, Burger dan Kentang  

Bukan hanya lokal, produk makanan berlabel Abon Bu Anton ini bahkan mampu menembus pasar internasional.

Tidak jarang, turis mancanegara yang berkunjung ke Banjarmasin, ketagihan dengan Abon Bu Anton.

Mereka menjadikannya sebagai oleh-oleh kuliner dari Kota Seribu Sungai.

“Ada juga beberapa wisatawan minta dikirimkan sampai ke Kanada, Hongkong, Singapura, Australia, Jerman dan Cina,” sebut istri Anton tersebut.

Bukan tanpa sebab. Proses pembuatan yang lama, menjadikan Abon Bu Anton lebih kering. Alhasil, abon mampu bertahan selama satu tahun.

Baca juga: Update Harga Bahan Pokok di HST, Daging Sapi dan Ayam Ras Turun, Cabe Rawit Lokal Naik

Baca juga: Update Harga Emas Batangan Sabtu 21 Oktober 2023, Antam Naik Rp12.000 per Gram, UBS Rp13.000

Selain sukses tembus pasar internasional, usaha tersebut mampu membiayai kehidupan anak kedua mereka saat menempuh pendidikan S2 di Jerman.

Sekitar 2003, sang anak berhasil mendapat beasiswa jurusan arsitek pada satu perguruan tinggi di Negeri Panzer.

“Saat kuliah di Jerman memang tidak bayar, tapi selama kehidupannya di sana tetap kami biayai,” tuturnya.

Bisnis abon yang dijalani Fransisca saat ini merupakan warisan dari sang ibu sejak 1978.

Ketika itu, Fransisca masih berusia 22 tahun. Mulanya, usaha yang dijalankan adalah kacang mete.

Baca juga: Stabilkan Harga Bahan Pokok di Daha Utara, Dinas Ketahan Pangan Kabupaten HSS Gelar Pangan Murah

Baca juga: Promo Indomaret Sabtu 21 Oktober 2023, Harga Miring Minyak Goreng hingga Camilan, Cek Daftarnya

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved