Berita Nasional

Update Ledakan Tungku Smelter Nikel di Morowali, 13 Pekerja Tewas, 46 Alami Luka-luka

Inilah kabar terbaru ledakan yang terjadi di smelter nikel di Morowali, puluhan pekerja tewas dan belasan luka-luka

Editor: Irfani Rahman
Via Tribun Palu
Tragedi Ledakan Tungku Smelter di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) Morowali, yang menewaskan 13 pekerja di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Minggu (25/12/2023). 

“Salah seorang keluarga saya La Ode Abdul Mursalim meninggal dalam ledakan ini. Ini pekerjaan pertama dia setelah lulus kuliah,” kata Laode dalam cuitannya di X, Minggu (25/12).

Laode M. Syarif dan almarhum La Ode Abdul Mursalim merupakan “sepupu dua kali”, yaitu kerabat yang merupakan anak dari sepupu orang tua.

“Kakeknya seperti orang tua kami sendiri,” kata Laode kepada BBC News Indonesia.

Laode, yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Kemitraan, berharap kecelakaan seperti yang dialami keluarganya “tidak terjadi lagi” di semua tambang dan smelter di Sulawesi dan juga di tempat-tempat lainnya.

Sebab, dia mengatakan “banyak sekali laporan bahwa smelter-smelter di Morowali tidak mengindahkan aturan-aturan K3”.

Dia juga berharap perusahaan bisa memberikan “kompensasi yang wajar dan bukan ala kadarnya, seperti minta maaf dan biaya penguburan”.

“Kompensasi yang harus diterima oleh karyawan meninggal harus memperhitungkan usia produksi mereka sampai 65 tahun dikalikan penghasilan yang wajar untuk seorang karyawan yang sarjana,” tambah Laode.

Takut suatu saat ikut jadi korban

Mantan pekerja di IMIP, Katsaing mengatakan bahwa perusahaan terkesan lebih mengutamakan produktivitas dibanding keselamatan para pekerja.(DOKUMENTASI PT IMIP via BBC Indonesia)
Mantan pekerja di IMIP, Katsaing mengatakan bahwa perusahaan terkesan lebih mengutamakan produktivitas dibanding keselamatan para pekerja.

Katsaing, yang juga merupakan Ketua Umum Serikat Pekerja Indonesia Sejahtera di Morowali, bekerja di IMIP selama delapan tahun sebelum berhenti sekitar dua bulan yang lalu.

Berdasarkan informasi yang dia himpun, Katsaing menyebut proses perbaikan tungku "tidak diawasi dengan sistem K3 yang cukup".

"Memang di sana itu tidak difasilitasi dengan jalur evakuasi khusus, tangga perlu diperbanyak sehingga teman-teman mudah untuk kabur," katanya mengomentari video dari sejumlah pekerja yang lompat dari bangunan lantaran panik saat insiden terjadi.

Sementara itu, Katsaing juga menyebut masih banyak pekerja yang diangkat sebagai K3 "yang tidak memiliki lisensi".

"Ditunjuk-tunjuk saja. Seharusnya diberi training dulu, baru diangkat setelah mendapatkan lisensi K3. Itu yang keliru," tuturnya.

Selama delapan tahun bekerja di kawasan industri tersebut, Katsaing mengaku "belum pernah melihat uji kelayakan alat-alat operasional.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved