Piala Afrika 2024

Kabar Buruk dari Piala Afrika 2024, Pesawat Tim Rival Senegal Gagal Terbang, Eks MU Ungkap Faktanya

Kabar Buruk dari Piala Afrila 2024, Pesawat Tim Rival Senegal dan Mesir Gagal Terbang, Eks MU Saidy Janko Ungkap Faktanya

Editor: Aprianto
Twitetr PanoScout
Kabar Buruk dari Piala Afrila 2024, Pesawat Tim Rival Senegal dan Mesir Gagal Terbang, Eks MU Ungkap Faktanya 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Kabar Duka dari Piala Afrila 2024, Pesawat Tim Rival Senegal dan Mesir Gagal Terbang.

Tim Gambia yang akan melakoni laga pembuka kontra Timnas Senegal pada Senin depan.

Timnas Gambia terbang dan beberapa menit mengudara nyaris sekerat setelah pasokan oksigen di pesawat mereka habis.

Skuad sedang terbang dari ibu kota mereka Banjul ke Piala Afrika di Pantai Gading ketika masalah serius terjadi.

Penerbangan tim Gambia terpaksa melakukan pendaratan darurat beberapa menit setelah lepas landas.

Saidy Janko membagikan video para pemain yang turun dari pesawat.

Baca juga: Arsenal Incar Transfer Messi Berikutnya Senilai Rp1 Triliun, Kesepakatan Ivan Toney Terungkap

Kurangnya oksigen menyebabkan beberapa pemain.

Beberapa pemain pingsan di dalam pesawat, sebelum pilot terpaksa kembali ke Bandara Banjul untuk melakukan pendaratan darurat hanya sembilan menit setelah lepas landas.

Mantan pemain Manchester United Saidy Janko termasuk di antara para pemain di pesawat tersebut.

Dan dia membagikan video di Instagram yang memperlihatkan para pemain turun dari pesawat, dengan keterangan: "Tidak dapat diterima.

Setelah melakukan perjalanan total selama 32 jam dari Arab Saudi (Kamp Pelatihan) ke Gambia dengan singgah lama di Istanbul dan Casablanca.

"Kami seharusnya melakukannya terbang dari Gambia ke Pantai Gading untuk AFCON hari ini," katanya, dikutip dari the sun, Kamis (11/1/2024).

“Segera setelah kami memasuki pesawat kecil yang disewa untuk menerbangkan kami, kami menyadari panas luar biasa yang membuat kami bercucuran keringat.

Kami diyakinkan oleh kru bahwa AC akan menyala begitu kami berada di angkasa.

Panas yang tidak manusiawi dan kekurangan oksigen menyebabkan banyak orang menderita sakit kepala parah dan pusing ekstrem.

Selanjutnya, orang-orang mulai tertidur lelap beberapa menit setelah memasuki pesawat/lepas landas.

Pemain berusia 28 tahun, yang bermain satu pertandingan untuk Man Utd pada tahun 2014 dalam kekalahan 4-0 di Piala Liga dari MK Dons, menambahkan.

“Saat berada di udara, situasinya menjadi lebih buruk, membuat pilot tidak punya pilihan lain selain pendaratan darurat kembali di bandara Banjul sembilan menit setelah lepas landas. Yang terjadi dengan sukses," bebernya.

“Jika bukan karena ini, konsekuensinya bisa jauh lebih buruk!!! Mengetahui apa yang bisa terjadi, jika kita terpapar situasi ini lebih lama lagi, di dalam pesawat, kehabisan oksigen," lanjutnya.

“Kami bersyukur bahwa semua orang merasa baik-baik saja tetapi ini adalah situasi yang harus diatasi menjelang AFCON, karena ini hanyalah salah satu hambatan kami dalam tugas internasional," ujarnya.

"Ini tidak dapat diterima dan hal ini harus segera dihentikan," tambahnya.

Manajer Gambia, Tom Saintfiet, berbicara kepada Nieuwsblad tentang cobaan berat tersebut, dan menjelaskan: "Kita semua bisa saja mati.

"Kami semua tertidur dengan cepat. Saya juga. Saya bermimpi singkat tentang bagaimana hidup saya diselesaikan. Sungguh dan sungguh," katanya.

Setelah sembilan menit, pilot memutuskan untuk kembali karena tidak ada pasokan oksigen. Beberapa pemain tidak bangun sampai segera setelah mendarat.

Tim Gambia sekarang mencari cara untuk melakukan perjalanan ke Pantai Gading menjelang pertandingan pembukaan Piala Afrika melawan Senegal pada hari Senin.

Mereka juga tergabung dalam satu grup bersama Kamerun dan Guinea di Grup C.

Namun Saintfiet menegaskan dia tidak bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk menyelesaikan penerbangan dua setengah jam menuju turnamen tersebut.

Dia menambahkan: “Kami sekarang berada di Gambia dan tidak ingin lagi terbang dengan pesawat seperti itu. Itu adalah pesawat terkecil yang bisa mereka temukan, mungkin, dengan baling-baling, untuk 50 orang.

"Seolah-olah satu-satunya hal yang penting adalah ia terbang. Ada batasannya, saya rela mati di lapangan sepak bola, saya tidak rela mati demi pekerjaan saya di luar lapangan," tegasnya.

Federasi Sepak Bola Gambia mengeluarkan pernyataan yang berbunyi: “Penerbangan Chartered yang membawa Scorpions ke Piala Afrika telah kembali ke Banjul karena masalah teknis.

Penerbangan tersebut baru sembilan menit mengudara ketika kru menyadari dan segera meminta untuk kembali ke Banjul.

(Banjarmasinpost.co.id)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved