Berita Batola

Warga Bantaran Sungai Masih BAB di Jamban, Wakil Rektor ULM Beri Tanggapan Ini

Mengapa warga di bantaran sungai di Batola masih BAB di jamban, jadi perhatian Wakil Rektor ULM, Dr Iwan Aflanie

BANJARMASINPOST.CO.ID/EKA PERTIWI
Wakil Rektor I Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Iwan Aflanie. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Mengapa warga di bantaran sungai di Batola masih BAB di jamban, menurut Wakil Rektor ULM, Dr Iwan Aflanie, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut.

Pertama, faktor kebiasaan yang seakan telah menjadi budaya masyarakat. Kemudian, kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat bahwa buang air di sungai dapat menyebabkan pencemaran air dan penyebaran penyakit, serta masyarakat tidak memiliki fasilitas MCK (standar) yang memadai.

Terkait hal itu, menurutnya pemerintah harus peduli akan kondisi tersebut, tidak boleh abai.

Pemerintah bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat harus memberikan edukasi yang berkesinambungan tentang perihal pentingnya air dan sungai yang bersih.

“Masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam memelihara sungai dan kesehatan lingkungan.
Pemerintah daerah harus mempersiapkan program yang terukur dan terencana untuk mengubah
kebiasaan buruk masyarakat yang BAB di sungai,” ujarnya.

Dikatakan Iwan, bila diperlukan dapat membuat Perda tentang larangan jamban apung. Pemda seyogyanya bersikap serius dan tegas.

“Pemda wajib membantu masyarakat untuk menyediakan jamban yang sehat. Disertai dengan air bersih yang memadai,” kata Iwan.

Iwan mengungkapkan, Pemda dapat melakukan berbagai kajian, termasuk bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mencari akar permasalahan dari stunting di daerahnya.

“BAB di sungai sangat berpotensi menyebabkan penularan penyakit-penyakit yang bersifat "water transmitted diseases", misalnya diare dan cacingan. Seringnya diare dan keadaan cacingan akan menyebabkan anak-anak mengalami stunting. Ibu hamil dan calon yang kurang gizi akibat sering diare dan cacingan dapat mengakibatkan stunting pada anak (yang kelak dilahirkan),” tuturnya.

Iwan menambahkan, perlu kajian yang komprehensif tentang masalah stunting ini. Termasuk mengkaji kondisi ekonomi masyarakat. (tar)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved