Berita HSU

Mengunjungi Pengrajin Kain Tenun Ikat Hayak dan Sarigading Modern HSU, Digemari Hingga Luar Kalsel

Tiga buah alat tenun manual ada di Desa Simpang Empat, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalsel.

Penulis: Dony Usman | Editor: Edi Nugroho
(banjarmasinpost.co.id/donyusman)
Husain saat menggunakan mesin tenun manual yang ada di rumah Rumah Kreatif Tenun Ikat Hayak, Desa Simpang Empat, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara 

BANJARMASINPOST.CO.ID, AMUNTAI- Tiga buah alat tenun manual atau disebut juga Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) terlihat begitu masuk ke Rumah Kreatif Tenun Ikat Hayak,

Desa Simpang Empat, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

Di antara ketiga alat yang ada itu, nampak, Husain, sang pemilik Rumah Kreatif Tenun Ikat Hayak, begitu serius dan telaten menenun helai demi helai benang untuk bisa menjadi lembaran kain.

Gerakan tangan dan kakinya begitu kompak menggerakan alat penenun. Perlahan helaian benang dari sekoci atau teropong dan dari bagian bum, bisa tersusun rapi. Menyatu sesuai motif yang diinginkan.

Baca juga: Satpol PP Samarinda Kaltim Ungkap Alasan Belum Juga Tertibkan Maraknya Usaha Pom Mini

Baca juga: Ratusan Orang Pengunjung THM di Palangkaraya Kalteng Jalani Tes Urine, Inilah Hasilnya

"Ini lagi proses membuat kain tenun ikat hayak," ujar Husain, membuka pembicaraan, Minggu (19/5/2024) pagi.

Menurut pria yang lahir di Desa Cangkering, Kabupaten HSU, 16 Juni 1986 ini, kain yang saat ini dibuat di tempatnya ada dua jenis, ada jenis tenun ikat hayak dan juga ada tenun sarigading dengan sentuhan modern.

Sementara itu, untuk Rumah Kreatif Tenun Ikat Hayak miliknya yang berlokasi di Desa Simpang Empat, baru dibangun Husain pada sekitar awal tahun 2023.

Ketertarikan Husain dengan kerajinan tenun mungkin bisa dibilang tidak sengaja. Kala itu sekitar akhir tahun 2018 diperkenalkan tetangganya saat bermukim di Tumbang Samba, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

"Tetangga saya itu mantan pengrajin tenun dan mau mengajari membuat kain tenun, tapi bahan dan alat tenunnya dimintanya saya sendiri yang siapkan," kata Husain.

Dari situ dirinya yang merupakan seorang pedagang mau mencoba untuk belajar dan dalam waktu sekitar tiga bulan akhirnya bisa membuat kain tenun, termasuk merakit alat tenunnya.

Kemudian tahun 2022 Husain pulang ke kampung halaman di Desa Cangkering, Kecamatan Amuntai Selatan, HSU dan keranjinan tenun ini dicoba untuk lebih dikembangkan lagi.

Awalnya hanya ada satu alat dan tempatnya membuat berlokasi di rumahnya di Desa Cangkering. Kain yang dbuat masih berupa tenun ikat kreasi dengan beberapa motif khas bikinan sendiri.

Karyanya itu kemudian berusaha dikenalkan kepada orang-orang sekitar. Dengan perjuangan yang tak kenal lelah serta sempat mendapat penolakan, kain tenunnya kemudian mulai bisa diterima.

"Sebelum itu saya lebih dulu mengawali mengenalkannya kepada orang-orang dengan menemui satu-satu. Pertama yang dibuat merupakan kain tenun ikat kreasi dengan beberapa motif," ujarnya.

Setelah itu barulah di awal tahun 2023, tempat produksinya pindah ke lokasi saat ini di Desa Simpang Empat, dengan alat tenun bukan mesin yang juga bertambah jadi tiga buah.

Husain memang bukan hanya sekadar mahir menghasilkan kain tenun, dengan pengalamanya sebagai tukang lemari, mesin tenun pun juga dirakitnya sendiri.

Menggunakan bahan yang sebagian besar kayu ulin, tiga buah alat tenun di tempatnya itu merupakan hasil rakitannya sendiri dan dapat berfungsi dengan baik.

Begitu pula dengan alat pemintal benang yang ada di tempatnya, juga rakitannya sendiri, dengan salah satu bagiannya memanfaatkan pelek atau lingkar roda untuk ban.

Seiring dengan usahanya untuk terus berkembang, dalam perjalanannya beberapa tokoh memberikan masukan untuk membuat kain tenun yang menjadi khas dan budaya dari Kabupaten HSU.

Dari masukan beberapa pihak itu dan juga inovasinya, selanjutnya selain membuat kain tenun ikat hayak, tercetuslah untuk membuat kain tenun sarigading dengan sentuhan modern.

Kain tenun sarigading ini sendiri merupakan warisan budaya HSU yang pada masanya dulu hanya dipergunakan untuk pengobatan tradisional bagi kalangan keturunan khusus.

Husain tertarik membuat tenun sarigading dengan sentuhan modern ini tidak lain agar melalui apa yang dibuatnya tetap bisa melestarikan warisan budaya terkait keberadaan kain sarigading yang menjadi khas HSU.

"Dibuat dengan sentuhan modern agar kain sarigading buatannya bisa digunakan setiap orang dan bisa untuk fashion sehari-hari, sehingga kain khas tenun sarigading juga bisa turut semakin dikenal," katanya

Berbagai pameran baik level kabupaten maupun nasional telah diikuti. Sehingga apa yang dilakukannya ini bisa semakin banyak diketahui orang.

Dari apa yang dilakukannya ini terlihat membuahkan hasil. Selain bisa mengajari masyarakat sekitar, kain tenunnya juga mulai banyak dikenal.

Banyak pihak juga yang datang ke rumah kreatifnya untuk melihat maupun belajar. Termasuk ingin tahu terkait cerita kain khas sarigading yang merupakan warisan budaya HSU.

Kain tenun olahan tangan Husain kini juga sudah ada penggemarnya. Beberapa pesanan bahkan ada yang datang dari luar Kalsel, di antaranya Bengkulu, Sulawesi dan Jakarta.

Ini dikarenakan juga dalam membuat kain tenun ini dia sangat menjaga kualitas, termasuk dalam memilih jenis bahan dasar yang digunakan, seperti benang dan pewarna.

"Tentunya dalam mengerjakan juga harus telaten dan sabar agar kualitas kain bisa terjaga," ucapnya.

(banjarmasinpost.co.id/donyusman)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved