Kiprah UMKM Kalsel
Kupiah Jangang Anyaman Nurul Termahal Rp 3 Juta, Kesulitan Bikinnya Tingkat Dewa
Kerajinan tangan berupa kupiah jangang di Kabupaten Tapin telah eksis sejak puluhan tahun silam. Keberadaannya jadi ikon produk Bumi Ruhui Rahayu
Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Mulyadi Danu Saputra
BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Kerajinan tangan berupa kupiah jangang di Kabupaten Tapin telah eksis sejak puluhan tahun silam. Keberadaannya jadi ikon produk unggulan di Bumi Ruhui Rahayu.
Satu di antara ratusan perajin, Nurul Hakimah, menuturkan, hal itu berkenaan memiliki ciri khas tersendiri, tidak ditemukan pengolahannya di daerah lain. "Jadi cuma ada di Tapin, perajinnya tersebar di Kecamatan Candi Laras Utara dan Selatan atau biasa dikenal Margasari," ujar Nurul kepada banjarmasinpost.co.id, Selasa (6/8/2024).
Nurul merupakan perajin pertama yang memiliki merek tersendiri yang telah didaftarkan ke Kemenkumham RI dengan nama Azkia Collection. Penamaan ini dia sematkan untuk mempermudah pengenalan, penjualan, dan memiliki cita kreasi tersendiri. Meskipun pada umumnya kupiah jangang tidak berbeda jauh pola pembuatannya.
Adanya sertifikat merek yang sah itu, warga Desa Pabaungan Hulu ini pun mengaku lebih mudah meyakinkan pelanggan. Jadi, karyanya tidak mudah dicaplok orang. Dalan sebulan, Nurul beserta ibu dan anggota keluarganya rata-rata bisa menghasilkan enam hingga 10 kupiah jangang berbagai varian grade.
Menurut Nurul, produksi sangat tergantung bahan baku, tingkat kesulitan yang dipesan, hingga pengaruh cuaca. "Untuk bahan baku jangang, biasanya didatangkan dari luar daerah. Seperti Kalimantan Timur atau Hulu Barito. Sedangkan perajinnya cuma ada di kawasan Margasari," ujar wanita asli warga Margasari itu.
Sepengetahuannya, kupiah hasil kreasinya selain dijual ke pengepul, juga sering dipesan untuk suvenir atau kenang-kenangan. Sesuai kualitas, wanita berusia 31 tahun ini menjualnya mulai dari 75 ribu rupiah hingga Rp 3 juta.
Nurul memaparkan, untuk yang berharga jutaan, tingkat pengerjaan lebih rumit. Tebal, banyak motif dan helaian jangang lebih halus seperti benang.
Meski banyak digeluti perajin, ternyata masih ada beberapa kendala dalam produksi kerajinan kupiah jangang di Kabupaten Tapin. Menurut Nurul, setidaknya ada dua kendala yang membuat pemasaran kurang maksimal.
"Kendalanya kami terbatas modal dan belum mendapatkan pelatihan untuk berjuang secara online," ucap wanita yang telah menggeluti kupiah jangang sejak 20 tahunan lalu.
Karena modal perajin terbatas, imbuhnya, mereka sangat tergantung pada pengepul yang paling banyak membeli, kadang sekaligus menyediakan bahan baku. Kerajinan dengan kualitas mumpuni ini biasanya terpaksa dijual dengan harga lebih rendah dibandingkan di pasaran. Karena untuk memutar modal dan berbagai keperluan.
Padahal, jika mampu bertahan bisa saja harga jual di tingkat perajin, bisa lebih menyejahterakan mereka.
Kendala lainnya terkait pemasaran yang saat ini telah marak di marketplace atau via online, sehingga para perajin ada sedikit ketertinggalan. "Kami berharap ke depannya ada pelatihan, sehingga peluang pasar lebih luas. Dan semakin banyak permintaan, maka membuka peluang lapangan kerja baru bagi kaum ibu," cetus Nurul. (banjarmasinpost/m tabri)
| Jurnalis Ungkap Pemain 'Elit' Ingin Bergabung dengan Chelsea Klub Menunda Pembicaraan Kontrak Baru |
|
|---|
| Prakiraan Cuaca Kalsel Minggu 9 November 2025, Waspada Hujan Ringan dan Petir |
|
|---|
| Timnas Inggris Singkirkan Lima Bintang Pengumuman Skuad, Thomas Tuchel Juga Tolak Jack Grealish |
|
|---|
| Gosok Bagian Tubuh Celine Evangelista di Bawah Air Terjun, Fajar Nugra Grogi Lakoni Adegan di Film |
|
|---|
| Lupakan Silas Andersen, Arsenal Harus Targetkan Perusak 'Agresif' Lebih dari Bintang Chelsea Rp1 T |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.