Nasional
Teganya AR, Anaknya yang Derita Hidrosefalus Dibuang ke Sumur, Mengaku Kasihan pada sang Buah Hati
, AR membuang anaknya karena merasa kasihan terhadap kondisi korban yang menderita hidrosefalus.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Seorang ibu membuang anaknya yang menderita Hidrosefalus ke dalam sumur di Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (9/8/2024).
Kejadian tersebut awalnya dianggap kecelakaan.
Namun, kata Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Purwakarta AKBP Lilik Ardiansyah, usai polisi menyelidiki kasus dan memeriksa saksi, terungkap bahwa peristiwa itu merupakan ulah AR (37), ibu korban.
"AR yang merupakan ibu kandung korban mengakui bahwa dirinya yang memasukkan anak kandungnya itu ke dalam sumur," ujarnya dalam konferensi pers di Markas Polres Purwakarta, Jumat (30/8/2024), dikutip dari Tribun Jabar.
Saat ini, polisi telah menetapkan AR sebagai tersangka.
Lilik menuturkan, AR membuang anaknya karena merasa kasihan terhadap kondisi korban yang menderita hidrosefalus. Ditambah lagi, korban selama tiga bulan terakhir mengalami kejang-kejang.
Baca juga: Masih Didominasi Perkara Narkotika, Kejari HST Klaim Kasus Kriminalitas di HST Alami Penurunan
Baca juga: Panik ada Mobil BPK, Ibu Peminta Sumbangan di HST Lari dan Tabrak Pengendara Motor Hingga Terjatuh
Berdasarkan pengakuan tersangka, AR sempat duduk di sumur selama lima menit setelah membuang korban.
"Kemudian pelaku menjauh dari sumur tersebut untuk menenangkan diri dan pelaku merasa khawatir apabila ada orang yang melihat," ucap Lilik.
Tersangka melakukan tindakan tersebut sekitar sore hari sewaktu sang suami bekerja.
Akibat dimasukkan ke sumur oleh ibunya, korban meninggal.
Atas perbuatan tersangka, polisi menjeratnya dengan Pasal 80 Ayat (3) dan ayat (4) juncto Pasal 76C UU No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU RI No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
"Pelaku terancam kurungan selama 15 tahun dan ditambah 1/3. Untuk korban tengah dilakukan pemakaman oleh pihak keluarga," ungkap Lilik.
BISAKAH HIDROSEFALUS DISEMBUHKAN?
Hidrosefalus adalah kelainan otak yang ditandai dengan lingkar kepala yang membesar dan bisa menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan penglihatan hingga autisme. Lantas, apakah hidrosefalus bisa disembuhkan?
Untuk diketahui, pembesaran lingkar kepala pada penderita hidrosefalus terjadi karena penumpukan cairan serebrospinal di dalam otak.
Dilansir dari Kids Health melalui Kompas.com, penumpukan cairan tersebut bisa memberi tekanan pada otak. Akibatnya, penyakit ini bisa memicu beberapa masalah, seperti:
- Gangguan penglihatan
- Mengganggu tumbuh kembang anak
- Membuat si kecil sering kelelahan
- Memicu sakit kepala
- Menyebabkan gangguan kognitif
- Membuat si kecil mengalami gangguan belajar sehingga proses akademiknya terhambat.
Lantas apakah penyakit hidrosefalus bisa disembuhkan? Berikut penjelasan mengenai pengobatan hidrosefalus yang penting untuk diketahui.
Bagaimana cara mengobati hidrosefalus?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, hidrosefalus terjadi karena adanya penumpukan cairan di otak. Jadi, cara terbaik untuk menyembuhkan hidrosefalus adalah dengan jalan operasi untuk mengeluarkan cairan berlebih tersebut.
Jika hidrosefalus tidak diobati, peningkatan tekanan akan menyebabkan kerusakan otak.
Dilansir dari Cleveland Clinic, ada dua jenis operasi yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit hidrosefalus, yakni:
Operasi shunt
Operasi shunt dilakukan dengan pemasangan alat medis yang disebut shunt. Shunt adalah tabung fleksibel yang dipasang di otak Anda.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Alat ini membantu mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke area lain di tubuh agar bisa diserap.
Ventrikulostomi ketiga endoskopi (ETV)
Operasi ini dilakukan dengan membuat lubang kecil dibuat di dasar ventrikel ketiga Anda.
Hal ini menciptakan jalur bagi cairan serebrospinal agar bisa mengalir ke dalam dan sekitar otak Anda seperti biasanya. Prosedur ini umumnya dilakukan pada anak di atas usia 2 tahun.
Apa efek samping dari pengobatan hidrosefalus?
Operasi untuk mengatasi hidrosefalus bisa mengakibatkan beberapa efek samping.
Namun, dilansir dari Cleveland Clinic menyebut bahwa efek samping tersebut biasanya tidak bersifat permanen.
Untuk pasien yang melakukan pengobatan dengan operasi shunt, mereka harus menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Sebab, shunt bisa saja rusak, gagal, atau menyebabkan infeksi. Jika ini terjadi, maka diperlukan operasi ulang.
Sementara itu, operasi ETV bisa memicu sakit kepala, masalah penglihatan, mual dan muntah.
Beberapa pasien yang melakukan operasi untuk hidrosefalus juga bisa mengalami nyeri otot leher dan bahu, kejang, dan muncul kemerahan atau nyeri di sepanjang area yang dipasang shunt.
Mereka juga bisa mengalami demam. Jika memang Anda telah melakukan operasi untuk mengatasi hidrosefalus dan mengalami komplikasi, segera periksakan diri ke dokter.
Ulah Polisi Brigadir IR Ambil Uang Rp 6,4 Juta dari Tabungan Pengedar Narkoba, Tarik via ATM |
![]() |
---|
PN Madiun Tolak Permintaan Pergantian Status Kelamin dari Laki-laki ke Perempuan, ini Alasan Hakim |
![]() |
---|
Menteri Hukum Sahkan SK Kepengurusan PPP Kubu Mardiono, Soal Kubu Agus Suparmanto: Saya Belum Tahu |
![]() |
---|
Terlilit Utang! Polisi Aiptu IWS Menjambret Kalung Emas Pedagang Tomat, Tabrak Mobil saat Kabur |
![]() |
---|
MDIS Buka Suara soal Ijazah Wapres Gibran: Sarjana Sains dari University of Bradford Inggris |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.