Serambi Ummah

Akhlak Mulia Rasulullah SAW Wajib Diteladani oleh Pemimpin di Dunia

Sseorang yang menjadi pemimpin dipersyaratkan dipilih karena bernilai lebih utama dalam keteladanan 

Penulis: Dony Usman | Editor: Mulyadi Danu Saputra
dok banjarmasin post
H Akhmad Surkati SAg MSi, Wakil Ketua Umum MUI Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. 

PEMIMPIN sejatinya harus selalu hadir dalam kehidupan. Dia lokomotif gerak untuk kebersamaan. Keberadaan pemimpin persyarat bagi pencapaian sebuah tujuan. Dan seseorang yang menjadi pemimpin dipersyaratkan dipilih karena bernilai lebih utama dalam keteladanan. 


Dalam sebuah musafir, ada ajaran Islam yang mengharuskan di antara rombongan harus ada yang dijadikan pemimpin. Dia didaulat karena berkemampuan melaksanakan perjalanan agar lancar dan selamat. 


Maka realita sejarah kepimpinan yang bisa dirujuk; Adam AS dipilih Allah menjadi khalifah di muka bumi, memimpin gelaran kehidupan, mengatur, menguasai berbagai makhluk ciptaan Allah: berbagai jenis binatang dan sumber daya alam.


Adam AS teruji berhasil menjadi nabi sekaligus manusia pertama bersama ibunda Hawa memulakan hidup di atas tanah bumi, karena ilmu yang diajarkan Tuhan. 


Nabi Muhammad SAW terpilih sebagai Rasul akhir zaman dan penutup para nabi. Maka dengan kesempurnaan jasmani dan rohani, Rasul berhasil mengubah kehidupan jahiliyah menjadi beradab dan maju. 


Keberhasilan memimpin dunia, karena Saidina hadir dengan akhlak mulia dan menjadi penyelamat kehidupan semesta, rahmatan lil alamin.


Dan seorang mukmin, siapa pun dia mesti mampu menjadi pemimpin, meski terbatas pada diri sendiri dan keluarga. Selanjutnya, karena komitmen syahadat yang diikrarkan, maka tentu rukun Iman dan Islam menjadi visi misi menggapai bahagia dunia akhirat. 


Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi urusan Allah, ayat pertama yang diterima dan dilaksanakan Rasul adalah iqra, perintah membaca. 


Kondisi berpengetahuan bagi seseorang ada kala diwajibkan sesuai hajat yang melatar belakanginya. Berilmu kata Qur’an akan ditinggikan derajatnya karena berkesesuaian dengan Allah Yang Maha Benar. 


Namun demikian tidak cukup hanya berilmu, harus dilanjutkan dengan tahap beradab. Karena adab di atas ilmu. Karena itu keberhasilan nabi memimpin umat lebih didasari akhlak mulia yang ada padanya.


Bahkan Allah memuji, "sungguh engkau memiliki budi pekerti teramat mulia." Karena budi pekerti yang baik dan menarik ini lalu nabi dicintai umatnya. Akhlak mulia Rasul ini dapat dipahami dan dijadikan teladan bagi siapa yang ingin menjadi pemimpin


Empat sifat wajib bagi Rasul yang membuatnya teruji sebagai pemimpin dan juga menjanjikan bagi kesuksesan siapa saja yang ingin menjadi pemimpin.


Pertama, Shidiq, benar dalam segala keadaan dan kuat memperjuangkan kebenaran. Kedua, Amanah, terpercaya menjalankan tugas dan tuntas.  Ketiga, Tabligh, komunikatif, pesan tersampaikan ke umat dengan sempurna, dapat dipahami dan mudah dilaksanakan. Keempat Fatanah, cerdas, professional dan apa pun yang menjadi kebijakan selalu bermuara pada manfaat bagi orang banyak.


Untuk itu  memilih pemimpin tentu berpiihak kepada siapa yang berkarakter sebagaimana Rasul. Memang sangat ideal, jika tidak ditemukan, maka yang mendekatinya. 


Mencari alternatif yang lebih baik adalah ikhtiar hamba seraya berharap rida Allah, karena seseorang berbuat dipastikan ada niat dan kekuatan iman. Iman kuat tentu menolak apa saja yang tidak cocok dengan citra yang Allah kehendaki. 


Pamrih kepada selain Allah nilainya rendah, maka sama dengan menjatuhkan harga diri dan kualitas cinta kepadaNya. Cinta dunia pangkal segala penyakit hati; ria, ujub takabur, sum'ah hasad dan lainnya. Berbagai penyakit hati ini bersarang di banyak manusia, mengakibatkan hidup semakin sumpek, banyak masalah, dan persaingan tidak sehat


Bagaimana seorang muslim dalam pemilihan seorang pemimpin? Karena pemimpin adalah keniscayaan, maka Pilkada sebagai ruang demokrasi harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menghadirkan pemimpin yang amanah, dan bersama dia membangun Banua jauh lebih baik dan sejahtera. 


Pemimpin dan yang dipimpin selalu saja terikat dengan kehendak saling membutuhkan untuk mencipta hablu minan nas lebih baik. Berlakulah hukum fastabiqul khairat, saling bernasihat kebaikan dan kesabaran. Beginilah cara hidup agar tidak merugi.


Jika dalam proses menjadi pemimpin, lalu ada rangkaian tidak sewajarnya, menabrak aturan, dan gayung bersambut bersepakat tidak baik, setidaknya kondisi ideal yang diidamkan amat sangat jauh terealisasi. Ini karena akan ada kondisi lepas kontrol yang memaksa negatif, dan hubungan hampa sebab ketiadaan tulus ikhlas mengabdi. 


Melihat sosok pemimpin, tidak lain sosok lahir batin kuat tegak berdiri membela kehormatan orang banyak. Melalui kata, dia yang mendoakan masyarakatnya tanpa lelah. Lewat perbuatan, dia meninggal sejarah emas yang patut setiap orang mensyukurinya. Lewat hati, dia yang diam diam amat mencintai masyarakatnya tanpa perlu dibalas dipuji, senantiasa berarti bagi orang lain. 


Memilih pemimpin adalah baik, maka jangan bercampur dengan sesuatu yang buruk. Istilah karena tinta setitik rusak susu sebelanga, hanya meninggalkan penyesalan. 


Kehendak negara untuk menjadikan negeri lebih baik, maka hajat lima tahunan bangsa harus dikabulkan oleh siapa pun yang terlibat. Memilih karena alasan tidak sepatutnya, maka seperti hadis "Penyuap dan orang yang menerima suap berada dalam neraka". 


Artinya niat tidak baik, tidak sesuai dengan maksud, berdampak pada ketidaknyaman satu dengan lainnya, sistem yang rusak akan memenjara dalam waktu tak tentu, hubungan manusia yang saling curiga, saling benci, dan memendam dendam akan membuat kita tidak bersatu.


Dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 188, Allah berfirman “Dan janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”


Maka jangan jual kondisi yang baik dan bisa dikondisikan jauh lebih baik dengan harga murah sementara kemiskinan nasib tergadai dan tak ada yang bisa melunasi. (banjarmasinpost/dony usman)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved