Borneo

Berguru pada Peternak Ratusan Kambing di Kaltim, Kembangkan Pakan Fermentasi dari Limbah

Inilah sosok Widodo Putra orang yang beternak kambing di Kalimantan Timur. Kegiatannya bertenak kambing cukup sukses

Editor: Irfani Rahman
Foto Ist Antara
Widodo Putra salah satu peternak Kambing yang sukses di Kalimantan Timur 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Industri pertambangan yang moncer di Kalimantan Timur mendorong sektor lainnya berkembang pesat. Kaltim pun sebagai salah satu provinsi favorit para pencari kerja. Salah satunya adalah Widodo Putra.

Widodo memutuskan merantau ke Kaltim pada 1993. Ia bekerja di berbagai perusahaan, mulai dari industri kayu hingga perbankan.

Meski telah mencapai posisi nyaman di sebuah bank, Widodo merasa ada yang kurang. Ia menyadari bahwa bekerja untuk orang lain tak memberikan jaminan keamanan finansial di masa depan. “Saya belajar dari pengalaman bos-bos saya. Ketika mereka pensiun, mereka kesulitan mencari aktivitas produktif. Saya tidak ingin seperti itu,” ujar Widodo.

Ia pun memulai usaha beternak kambing pada 2011. Awalnya 10 ekor. Berkat kerja keras dan  rajin mengunjungi peternakan besar di Jawa untuk belajar, kini Widodo mampu menjual 350 ekor. Lebih dari itu, ia mampu menggerakkan komunitas peternak.

Tentu saja perjalanan Widodo tak selalu mulus. Ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari penyakit ternak hingga fluktuasi harga pasar. Namun, ia tak pernah menyerah. Ia terus belajar dan berinovasi.

Salah satu inovasi penting yang dilakukan Widodo adalah mengembangkan pakan fermentasi mandiri. Pakan ini dibuat dari limbah pertanian, seperti jagung dan singkong, yang difermentasi dengan teknologi khusus. Pakan fermentasi ini terbukti efektif meningkatkan produktivitas ternak dan menekan biaya produksi.

Setelah inovasinya membuahkan hasil, Widodo justru tak ingin sukses sendiri. Ia ingin berbagi ilmu dan pengalamannya dengan peternak lain. Ia lalu membentuk Komunitas Peternak Mandiri Sangatta (KPMS). Komunitas ini menjadi wadah bagi para peternak untuk belajar bersama, bertukar informasi, dan saling mendukung.

KPMS juga menjalin sinergi dengan sektor pertanian. Limbah pertanian diolah menjadi pakan ternak, sementara kotoran ternak diolah menjadi pupuk organik. Sinergi ini menciptakan siklus ekonomi yang berkelanjutan.

Reputasinya sebagai peternak dikenal semakin luas. Dengan komitmen dan konsistensinya, Widodo berhasil mendongkrak penjualannya hingga mencapai Rp150 juta -Rp 300 juta per bulan.

Keberhasilan Widodo tidak hanya diakui di tingkat lokal, namun juga telah menembus kancah nasional. Berbagai penghargaan bergengsi telah diraihnya.

Widodo juga menjadi teladan bagi generasi muda untuk berani berwirausaha dan berkontribusi bagi masyarakat. Ia ingin anak-anak muda tidak takut mencoba hal baru. Sektor pertanian dan peternakan memiliki potensi besar untuk dikembangkan.

“Kepada dua putri saya, Dean dan Deva, kami mewajibkan mereka mengembangkan inovasi bisnis peternakan ini,” ujar Widodo.

Ia optimistis mampu mengembangkan usahanya menjadi sebuah farm terintegrasi seluas 5 hektare menjadi wadah edukasi bagi warga. Konsepnya sebagai farm terintegrasi dengan sektor lainnya dan sebagai wadah edukasi serta wisata bagi masyarakat Kutai Timur, khususnya.

Melalui pertanian terintegrasi ini, Widodo berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat, khususnya di bidang pertanian dan peternakan. (antara)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved