Objek Wisata Religi Sekumpul

Wisata Kalsel: Jumlah Jemaah Haul Guru Sekumpul di Martapura Banjar Diprediksi Meningkat Lagi 

Diperkirakan jemaah ketika haul KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau lebih dikenal Abah Guru Sekumpul yang ke 20 akan meningkat lagi. 

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Edi Nugroho
Banjarmasinpost.co.id/Nurholid Huda).
Objek wisata religi di Kabupaten Banjar ada banyak. Termasuk satu di antarnya yang dekat jantung kota Martapura adalah Objek Wisata Religi Sekumpul.  

BANJARMASINPOST.CO.ID-Jika di haul ke 19 karena masih dibayang bayangi usai Pandemi Covid 19. 

Diperkirakan jemaah ketika haul KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau lebih dikenal Abah Guru Sekumpul yang ke 20 akan meningkat lagi. 

Untuk kepastian jadwal nantinya akan menunggu dari Ar Raudah Sekumpul. 

Prediksi peningkatan jemaah yang akan berhadir di Haul Guru Sekumpul 2025 itu disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Banjar, HM Hilman.

Baca juga: Kepulan Asap Pekat, Kebakaran Hebat Landa Gudang Golden10 Houseware di Belitung Darat Banjarmasin

Baca juga: Tim Jagoan Empat Kabupaten Bertarung di Bumi Ruhui Rahayu

"Prediksi ini berdasarkan dari semakin meningkatnya jemaah yang berziarah maupun mengikuti kegiatan keagamaan di Kubah Guru Sekumpul setiap malam Senin dan malam Jumat. Pastinya nanti akan tambah lebih dari  3,5 juta orang," sebut HM Hilman.

Karena itu, sambung dia kedepan perlu persiapan matang untuk penerimaan peziarah yang datang dari berbagai penjuru Indonesia dan sebagian negara lain yang akan datang. 

Riwayat 

Guru Sekumpul memiliki nama  KH Muhammad Zaini Ghani. Beliau juga adalah zuriyat Rasulullah SAW dari jalur turunan dari Sayyidina Husein RA (cucu Rasulullah SAW). Marga beliau adalah Alaydrus. Ayahnya bernama H Abdul Ghani bin Abdul Manaf Al-Banjary. Sedangkan, ibunya bernama Hj Masliyah binti H Mulya (adik kandung dari H.Semman Mulya/guru padang).


Dilahirkan pada malam Arba’ 27 Muharram 1361 Hijriyah bertepatan dengan 11 Februari 1942 Masehi di Kampung Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Selama tinggal di Tunggul Irang, beliau tiada menyusu dengan ibunya, hanya menghisap liur Al’aarif billah H AbdurRahman atau H Adu sampai kenyang selama 40 hari.

Nama beliau selagi kecil adalah Qusyairi. Sejak kecil termasuk salah seorang yang mahfudz, yaitu suatu keadaan yang sangat jarang terjadi, kecuali bagi orang-orang pilihan yang sudah ditentukan Allah Ta’ala. Beliau adalah salah seorang anak yang mempunyai sifat-sifat dan pembawaan lain dari yang lain, di antaranya adalah beliau tidak pernah ihtilam (mimpi basah).

Beliau yang sejak kecil selalu berada di samping kedua orangtuanya dan nenek beliau yang bernama Salbiyah. Sedangkan, Salbiyah ini adalah orang yang majzub artinya diangkat Allah Ta’ala, aqal basyariyahnya diganti dengan aqal rabbaniyah.

Di masa kanak-kanak beliau sudah mulai ditanamkan pendidikan tauhid dan akhlak oleh ayah dan nenek beliau sendiri, serta belajar membaca Alquran. Dengan demikian, guru pertama dalam bidang tauhid dan akhlaq adalah ayah dan nenek beliau sendiri yang selalu berada di sampingnya dan memimpinnya.

Meskipun kehidupan ekonomi kedua orangtua beliau dalam keadaan yang sangat lemah. Namun mereka selalu memperhatikan untuk membantu dan meringankan beban guru yang mengajar anak mereka membaca Alqur’an. Sehingga setiap malam beliau diberi bekal sebotol kecil yang berisi minyak tanah untuk diberikan kepada Guru Muhammad Hasan, Pasayangan Martapura yang mengajarkan kitab suci Alqur’an.

Dalam usia lebih kurang 7 tahun, beliau sudah mulai belajar di Madrasah Kampung Keraton Martapura selama 2 tahun. Kemudian meneruskan ke Madrasah Darussalam Martapura sampai tamat, dan tidak pernah sekolah SD.

Guru-Guru Abah Guru Sekumpul

Untuk tingkat ibtida di Keraton Martapura, guru-guru beliau adalah Guru Muhammad Zaini Umar, Guru Abdul Mu’iz. Sedangkan, guru beliau di tingkat ibtida di Pesantren Darussalam Martapura, adalah Guru Sulaiman, Guru H Abdul Hamid Husein, Guru H Mahli Abdul Qadir, Guru Muhammad Zein, Guru H Rafi’i, dan Guru Syahran.

Berlanjut di tingkat tsanawi dan aliyah, Guru Sekumpul diajari oleh Guru H Husein Dahlan, Guru Salman Yusuf, Guru H Sya’rani Arief, Guru H Husein Qadri, Guru H Salim Ma’ruf, dan Guru H Semman Mulya yang merupakan paman beliau, serta Guru Salman Jalil. Sedangkan, guru-guru di bidang tajwid, adalah Guru H Sya’rani Arief, Guru Nasrun Thohir yang merupakan seorang qori dan hafiz Quran, serta Guru H Aini Kandangan. Untuk guru khusus tasawuf dan suluk, Guru Sekumpul mendapat bimbingan dari Guru H Muhammad Syarwani Abdan(Guru Bangil), Kyai Falak Bogor dan Sayyid Muhammad Kutbi.

Untuk sanad dalam berbagai bidang ilmu dan tarekat yang diterima Guru Sekumpul adalah dari Sayyid Muhammad Amin Kutbi, Sayyid Abdul Qadir Albar, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Muhammad Yasin Padang, Kyai Falak Bogor, Syaikh Ismail Yamani. Sedangkan, guru pertama secara ruhani atau mimpi adalah Syaikh Ali Junayd Berau bin Qodhi H Muhammad Amin bin Mufti H Jamaluddin bin Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjary.

Selanjutnya, H Muhammad Syarwani Abdan (Guru BangiL), kemudian Guru Bangil menyerahkan kepada Kyai Hamid Pasuruan, kemudian Kyai Hamid Pasuruan menyerahkan kepada Kyai Falak Bogor. Lalu, Kyai Falak menyerahkan kepada Sayyid Muhammad Amin Kutbi, kemudian Sayyid Muhammad Amin Kutbi menyerahkan kepada Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdull Al-Banjary, yang selanjutnya langsung dipimpin oleh Rasulullah SAW.


Atas petunjuk Syaikh Ali Junayd Berau, beliau dianjurkan untuk belajar kepada H Muhammad (Gadung) bin H Salman Al-Farisi bin Qodhi H Mahmud bin Asiah binti Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjary mengenai masalah Nur Muhammad. Maka dengan demikian di antara guru beliau tentang Nur Muhammad antara lain adalah H Muhammad.

Dalam usia lebih kurang 10 tahun, beliau sudah mendapat khushushiyyah dan anugerah dari Allah SWT berupa kasyaf hissi, yaitu melihat dan mendengar apa-apa yang di dalam ataupun yang terdinding.

Sewaktu beliau siyahah,yaitu berjalan-jalan di hutan,maka rumput-rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan manfaatnya untuk pengobatan dan sebagainya. Begitupula, batu-batuan dan besi, kesemuanya ini tidaklah beliau perhatikan dan hal-hal yang demikian itu beliau anggap hanya merupakan ujian dan cobaan.


Dalam usia kurang dari 14 tahun atau tepatnya masih duduk di kelas 1 tsanawiyah,beliau telah dibukakan oleh Allah ta’ala atau futuh tatkala membaca tafsir : وكان الله سميعا بصيرا

Beliau adalah seorang yang sangat mencintai para ulama dan orang-orang saleh. Hal itu tampak ketika beliau masih kecil di mana beliau selalu menunggu di tempat yang biasanya H ZainaL Ilmi bin Abdus Shamad Al-Banjari Dalam Pagar yang beliau lewati pada hari-hari tertentu, ketika hendak pergi ke Banjarmasin. Hal ini semata-mata hendak bersalaman dan mencium tangan Tuan Guru H ZainaL Ilmi bin Abdus Shamad Al-Banjary Dalam Pagar.

Di masa remaja, beliau pernah bermimpi bertemu dengan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein (keduanya cucu Rasulullah SAW). Yang kemudian kedua cucu Rasulullah SAW, masing-masing membawakan pakaian dan memakaikan (memasangkan) kepada beliau lengkap dengan sorban dan lainnya. Diceritakan, warna pakaian beliau yang pink dan putih, dan beliau ketika itu diberi nama oleh keduanya dengan nama ZainaL Abidin. Pernah beliau berkunjung ke rumah Kyai Hamid Pasuruan (Habib Hamid bin Abdullah Basyaiban) di Pasuruan, Jawa Timur, lantas Kyai Hamid menyambut gembira kedatangan beliau. Kata Kyai Hamid,“Gubernur Kalimantan,,Gubernur Kalimantan,” yang maksudnya adalah Wali Kutub Kalimantan.


Beliau adalah seorang ulama yang menghimpun antara syari’at, thoriqat,dan haqiqat,dan juga seorang yang hafiz Qur’an dan tafsirnya,yaitu Tafsir Alquran Jalalain. Kata beliau, tiga bersaudara dunia akhirat,  yakni Alfaqir (itu beliau sendiri), Guru Bangil (KH Muhammad Syarwani bin H Abdan)dan Guru Padang (paman beliau, K.H.Muhammad Semman bin H Mulya).

Hingga, Guru Bangil berucap kepada Guru Semman : “kamu sama Zaini di Sekumpul, saya sendirian di Bangil, sembari Guru Bangil menangis. Diceritakan juga, ucapan Guru Bangil kepada Guru Semman, sembari meletakkan dahi ke paha Guru Semman. “Aku sebentar lagi mau pulang, “ kata Guru Bangil. “Aku minta do’a kepada kamu,” Lalu dijawab Guru Semman : Inggih pun Guru, ulun (saya) doakan. Kemudia, Guru Semman berkata kepada Abah Zaini Sekumpul, setelah Guru Bangil pulang nanti giliran aku yang pulang. “Doakan aku lah,”  kata Guru Semman kepada Abah Zaini SekumpuL. Lantas, dijawab Abah Zaini Sekumpul. “Aamiin, inggih pun, ulun doakan Guru ai,”.

Beliau adalah seorang ulama zurriyat Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjary (Datu Kalampayan)yang menghidupkan kembali amalan-amalan serta tarekat yang diamalkan Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari. Karena itu, majelis pengajian yang beliau laksanakan,baik majelis ta’lim maupun majelis amaliyahnya (Majelis Maulid yang dilaksanakan rutin tiap malam Senin di Musholla Ar-Raudhah SekumpuL dan Majelis Burdah yang dilaksanakan rutin tiap malam Jumat di Musholla Ar-Raudhah Sekumpul), adalah seperti Majelis Syaikh Abdul Qadir Jailani.

Beliau adalah satu-satunya ulama di Kalimantan bahkan se-Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan Thariqat Sammaniyyah. Karena itu, banyaklah yang datang kepada beliau untuk mengambil ijazah tersebut. Bahkan bukan hanya ijazah Thariqat Sammaniyyah, beliau juga mengijazahkan Thariqat Idrisiyyah dan Thariqat Aidarussiyyah, kepada para muridnya tak hanya dari Kalimantan, namun ada yang datang dari Pulau Jawa dan daerah lainnya. (Banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda).

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved