UMKM Kalsel

UMKM Kalsel - Menengok Usaha Batu Bata Tanah Liat di Sungai Tabuk Kalsel, Dipasarkan Hingga Kapuas

Di Sungai Tabuk Kabupaten banjar terkenal dengan perajin batu bata, banyak sua batu bata disini dan dijual hingga Kapuas Kalteng

Penulis: Kristin Juli Saputri | Editor: Irfani Rahman
Banjarmasinpost.co.id/Kristin Juli Saputri
Gudang produksi batu bata milik Sabariah di Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJAR - Industri batu bata merupakan salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang turut menunjang sosial ekonomi masyarakat.

Khususnya masyarakat di wilayah Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Desa tersebut dikenal sebagai sentra perajin batu bata.

Peluang industri batu bata di Sungai Tabuk dalam jangka panjang tetap ada karena topografi wilayah bertanah liat cokelat.

Adapun wilayah Sungai Tabuk lebih dekat ke  ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang terdapat banyak aktivitas pembangunan atau konstruksi sehingga permintaan bahan bangunan batu bata dari tanah liat semakin bertambah.

Bahkan, para perajin batu bata di kawasan Sungai Tabuk masih mampu menjual batu batanya hingga ke Kapuas.

Baca juga: UMKM Kalsel  - Pertama di Kotabaru, Begini Kesegaran Degan Jelly Royan Sarang Tiung

Sabariah, yang memliki gudang pengolahan batu bata mampu memproduksi 60.000-70.000 biji batu bata dalam satu bulan dengan dibantu oleh 12-14 orang pegawainya.

Pegawainya tersebut merupakan warga dari desa setempat yang ikut bekerja padanya.

Berdasarkan pantauan langsung Banjarmasinpost.co.id, Selasa (17/12/2024) siang, proses pengolahan batu bata yang diproduksi di gudang Sabariah yang terdapat di Desa Abumbun Jaya, Sungai Tabuk memang berbeda dengan bata ringan dari pulau Jawa. 

Ada beberapa tahapan yang dikerjakan anak buah Sabariah secara manual. 

Pertama mencari tanah liat, kemudian tanah tersebut diinjak-injak agar melebur dan lebih halus.

Berikutnya adalah proses pencetakan yang dilakukan lima orang yang bekerja di gudang.

Terakhir, tanah liat yang sudah dicetak akan melalui tahap pembakaran atau pengeringan.

Menurutnya, proses pembakaran atau pengeringannya bisa memakan waktu 5-6 hari.

Dalam proses pengeringan tersebut bisa menghasilkan 20.000-23.000 balok batu bata dan menggunakan bahan bakar kayu.

“Lima pegawai saya yang bekerja di gudang masing-masing bisa menghasilkan 200-1000 balok batu bata tiap orangnya dan untuk harga 1 baloknya kurang lebih 500 rupiah,” ucapnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved