Bumi Saijaan

BPKP Sampaikan Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran Pemkab Kotabaru 2025

Kepala BPKP Kalsel, Ayi Riyanto menyampaikan hasil evaluasi atas perencanaan dan penganggaran Pemerintah Kabupaten Kotabaru Tahun 2025

Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Irfani Rahman
Foto Diskominfo Kotabaru
TERIMA DOKUMEN - Bupati Kotabaru, Muhammad Rusli menerima dokumen hasil evaluasi perencanaan dan penganggaran APBD 2025 dari Kepala BPKP Perwakilan Kalsel, Ayi Riyanto, Kamis (12/6/2025). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan, Ayi Riyanto menyampaikan hasil evaluasi atas perencanaan dan penganggaran Pemerintah Kabupaten Kotabaru Tahun 2025 pada audiensi resmi yang di Aula Bamega, lantai 2 Kantor Bupati Kotabaru, Kamis (12/6/2025).

Acara ini dihadiri unsur pimpinan SKPD, auditor BPKP, serta para kepala unit teknis di lingkungan Pemkab Kotabaru

Dalam sambutan pembuka yang dibacakan Pj Sekda Eka Saprudin, mewakili Bupati Kotabaru, dirinya menekankan audiensi ini menjadi bagian dari komitmen bersama dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel, sekaligus sebagai momentum refleksi untuk meningkatkan kualitas pembangunan daerah.

"Hasil evaluasi ini harus kita jadikan panduan dalam memperbaiki kebijakan, khususnya di lima sektor prioritas pembangunan kita," tegas Sekda.

Hal ini merujuk pada pengentasan kemiskinan, penurunan stunting, kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan UMKM.

Eka juga menambahkan, ke depan isu-isu strategis seperti program makan bergizi gratis, koperasi merah putih, dan sekolah rakyat harus turut menjadi bagian dari pemikiran dalam penyusunan RPJMD, agar kebijakan pembangunan benar-benar menjawab kebutuhan mendasar masyarakat.

Dalam paparannya, Kepala Perwakilan BPKP Kalimantan Selatan Ayi Riyanto mengungkapkan, dari total anggaran lima sektor prioritas yang mencapai Rp1,4 triliun, terdapat Rp764,8 miliar atau 51,5 persen anggaran yang berpotensi tidak efektif, serta Rp42,2 miliar atau 2,85 persen yang dinilai tidak efisien.

Menurut BPKP, sejumlah program masih disusun tanpa keterkaitan yang kuat antara perencanaan jangka menengah dan pendek. Selain itu, indikator kinerja program lebih banyak berorientasi pada aspek kuantitatif ketimbang kualitas hasil.

"Kami melihat masih banyak indikator yang hanya menghitung jumlah, seperti anak yang bersekolah, tanpa mengukur kualitas pendidikan itu sendiri," ujar perwakilan BPKP.

Kondisi ini lanjutnya, berkontribusi terhadap permasalahan lanjutan seperti tingginya angka pengangguran terbuka, yang bahkan melampaui angka kemiskinan di Kotabaru.

Evaluasi juga menyoroti ketidaksesuaian antara judul program dan implementasi di lapangan. 

Salah satu contoh yang disampaikan adalah program penanggulangan stunting yang justru banyak mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tidak langsung, seperti pelatihan umum, alih-alih intervensi spesifik untuk ibu hamil dan balita.

Selain itu, anggaran pemberdayaan UMKM disebut masih belum sepenuhnya menjangkau pelaku usaha kecil di desa-desa yang membutuhkan akses dan pendampingan.

Dalam sesi tanggapan, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Sri Sulistyani, menyoroti pentingnya inovasi digital, terutama di wilayah yang belum memiliki infrastruktur lengkap.

"Media sosial dapat menjadi solusi murah dan efektif untuk edukasi kesehatan atau penguatan peran perempuan di pedesaan," ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved