Kerupuk Amplang M Tahir

UMKM Kalsel- Kerupuk Amplang Zadul M Tahir Barabai, Camilan Legend Sejak 1976 Ada di Warung-Warung

H Muhammad Tahir (66) merintis kerupuk amplang zadul dengan brand namanya sendiri sejak 1976

Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/Hanani
KERUPUK AMPLANG- Kegiatan packing kerupuk amplang di rumah produksi M Tahir, pemilik UMKM  di Jalan Perintis kemerdekaan Desa benawa Tengah Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu sungai Tengah, Selasa (17/6)2026). 

BANJARMASINPOST.CO.ID,BARABAI- Bagi warga Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), camilan ini sudah tidak asing lagi.

Kerupuk amplang Zadul (zaman dulu). Disebut amplang Zadul karena penampakannya, berbeda dengan amplang zaman sekarang.

Warna kerupuknya menjadi ciri khas yang  tak pernah  berubah yaitu merah muda dan kuning.

Dikemas dengan kemasan sederhana, yaitu plastik bening, meski Zadul, camilan ini masih disukai tak hanya masyarakat HST, tapi juga masyarakat lainnya di wilayah Banua Anam.

Amplang inipun terbilang legend. Mereka yang lahir tahun 70-an ke atas pasti pernah jajan kerupuk ini di warung-warung, pasar serta kantin kantin sekolah.

Salah satu perajin yang memproduksi amplang ini, adalah H Muhammad Tahir (66).  

Baca juga: UMKM KALSEL: Variasi Lezat Bos Pentol Banjarmasin, Dari Pentol Kecil hingga Dumpling dan Mie Gelas

Di tengah gempuran camilan berkemasan modern dan makanan kekinian,dia sukses mengembangkan usahanya ini menjadi sumber penghasilan keluarga.  

Dia merintis usaha kerupuk amplang, dengan brand produk memakai namanya sendiri.

Ditemui banjarmasinpost.co.id di rumah produksinya, yang terletak di samping tempat tinggalnya di Jalan Perintis kemerdekaan Desa Benawa Tengah, Kecamatan Barabai, Selasa (17 Juni 2025, H Tahir  berbagi cerita awal dia merintis usaha ini, yaitu pada tahun 1976.

Saat memulai usaha itu Tahir mengatakan sudah menikah dan masih berusia 17 tahun.

"Sebelumnya pernah bekerja pada perajin kerupuk amplang di Martapura. Setelah menikah, saya pindah domisili di Barabai, membangun usaha sendiri kerupuk amplang,"tuturnya.

Awal produksi, membuat 10 kilogram, dipasarkan sendiri ke warung-warung. Sebagian diantar ke toko toko makanan di pasar Barabai.

Seiring waktu, usaha kerupuk amplang tersebut kian berkembang. Hingga akhirnya, dia membeli mesin dari teknologi sederhana, untuk pengemasan.

Diakui sempat mengalami jatuh bangun merintis usaha itu, hingga akhirnya pada 2015, dia bisa meningkatkan produksi menjadi 100 kilogram per hari.

Peningkatan produksi didukung dengan adanya dua unit mesin pengemas modern yang dibelinya pada tahun 2023.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved