Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Dalam sepekan terakhir warga dua kabupaten, Kotabaru dan Tanahbumbu dihebohkan dengan kemunculan buaya.
Bahkan teror predator rawa ini sempat menyerang, seorang korban di Kecamatan Sungai Loban meninggal.
Sementara penyerangan seekor buaya terjadi di Desa Karang Payau, Kecamatan Kelumpang Hulu Kotabaru seorang bocah mengalami luka robek dengan sembilan jahitan di paha kiri.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah 3 Batulicin, Nikmat Hakim mengatakan penyerangan buaya terhadap penduduk tidak jarang terjadi, secara teknis kejadian disebabkan akibat kerusakan habitat alami buaya.
• Ditangkap Usai Terkam Gadis di Tanbu hingga Tewas, Buaya Ini Ternyata Tak Bergigi
• Keluarga Korban Diterkam Buaya di Sebambanbaru Sempat Menolak Hewan Tersebut Dibawa ke Penangkaran
• Buaya yang Ditangkap Ternyata Bukan Pemangsa, Begini Penuturan Warga Sungai Sebamban Baru
Menurut Nikmat Hakim yang menjadi habitat alami buaya adalah hutan mangrove yang didominasi oleh vegetasi nipah.
Namun kebanyakan berubah menjadi area pemukiman dan tambak.
Sedangkan hutan mangrove yang menjadi kawasan konservasi seperti, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman wisata alam menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
Lanjut Nikmat Hakim, sementara Balai KSDA Kalimantan Selatan merupakan Unit Pelaksana Teknis Ditjen Ksdae Kemen LHK RI.
Kecuali Kawasan Hutan Lainnya (KHL) dan Areal Penggunaan Lainnya (APL) kewenangan ada di Pemerintah Daerah.
"Kami (BKSDA Kalsel) senantiasa selalu mengimbau kepada masyarakat berhati-hati," pesannya.
Terlebih yang bermukim di wilayah pesisir atau muara hingga sepanjang sungai yang bervegetasi hutan mangrove (vegetasi nipa), karena daerag itu habitat buaya.
• Diterkam Buaya tapi Tak Ditemukan Bekas Luka Gigitan di Tubuh Remaja Sungailoban ini
• Nyawa Remaja Diterkam Buaya di Sungailoban Tak Terselamatkan karena Luka ini
Berapa besar tingkat kerusakan hutan mangrove (vegetasi nipah), secara umum (kabupaten) Nikmat Hakim tidak mengetahui.
"Tapi khusus di kawasan konservasi di Kabupaten Tanahbumbu dan Kabupaten Kotabaru berkisar 20 hingga 40 persen. Hanya tidak semua hutan mangrove sebagai kawasan hutan konservasi di kabupaten Tanahbumbu dan Kotabaru," tandas Nikmat Hakim. (banjarmasinpost.co.id/helriansyah)