"Jadi ajaran itu sebenarnya bukan ajaran bi'dah justru itu adalah menentang dari pada keyakinan jahiliyyah" tuturnya. Alhamdulillah, terang Syarbani kita diatur semuanya oleh salafus soleh.
Coba baca ini, baca ini, baca Al Qur'anul Karim, ''salamun qoulam...” dan seterusnya' dengan harapan selamat.
Kenapa Tidak? setiap ada ayat rahmat kita dianjurkan memohon kepada Alloh, setiap ada ayat adzab kita dianjurkan juga meminta perlindungan kepada Alloh.
"Tidak ada masalah...ajaran-ajaran ini. Semuanya adalah Islami, justru ini adalah mengeluarkan kita dari pada keyakinan-keyakinan jahiliyyah," tambahnya
Salah sekali kalau ada yang mengatakan itu adalah karena pengaruh jahiliyyah, justru itu adalah omongan-omongan orang yang jahil (bodoh), karena ini adalah sebagai bentuk ''protes'' , sebagai bentuk penentangan terhadap keyakinan jahiliyyah, yang diajarkan salafus soleh. Alhamdulillah 'ala dzalik.
Jadi akhir Rabu jangan ada yang meyakini hari itu adalah hari na'as, tapi anda juga jangan jadi orang lupa/lalai kepada Allah, ibadah juga pada Allah biar selamat, jangan seakan-akan menantang turunnya adzab Allah...kenektemenan (kena sungguhan) nanti, itu sombong namanya.
Tetap mengharap selamat kepada Alloh, dengan membaca Al Qur'an, dengan berdzikir kepada Allah swt. Kemudian aktifitas seperti biasa, malah orang-orang dahulu lebih menggunakan ''liburlah tidak ada masalah, tapi libur untuk rekreasi, kemudian mayoran''.
"Itu dahulu...tapi tidak harus... Mudah-mudahan kita semua jadi pengikut salafus soleh. Aamin. Intinya di kalangan Nahdliyyin atau warga NU ada dua pandangan yang berbeda, yaitu : pertama, ada yang percaya bahwa ada bala' memang yang diturunkan. Pendapat ini mengacu pada kitab Kanzun Najah ad-Dayraby," katanya.
Kedua, lanjutnya pendapat yang menyatakan tidak ada bala' pada bulan-bulan tertentu, termasuk sangkaan bala' di Safar.
"Saya pribadi memilih pendapat yang kedua ini, di samping ini juga pandangan Muktamirin Nahdlatul Ulama, dan juga fatwa preventif dari Rais Akbar bahwa tak boleh melaksanakan shalat arba mustamir itu, yang di jawa dikenal dengan istilah Rabu wekasan tersebut," terangnya.
Namun terkait dengan amalan-amalan pada hari Arba Mustamir, atau rebo Wekasan tadi, di daerah2 yang faham agamanya kurang dalam, kerapkali dirubah oleh ulamanya atau kyainya sebagai hari PENUH HARAPAN.
Maka itu, rasa ketakutan adanya bala, bisa berubah menjadi adanya harapan.
"Caranya dengan membaca doa dan dzikir. Agar tidak bertabrakan dengan PBNU, maka langkah yanh ditempuh adalah tidak melaksanakan sholat LIDAF IL BALAK, tapi SHOLAT MUTLAQ yang bisa dilakukan kapan saja. Sehingga aktifitas ibadah berjalan tanpa harus menanggung dosa lainnya," pungkasnya.
(BANJARMASINPOST.CO.ID/KRISTIN JULI)