Selebrita

Dalang Perceraian Indra Bekti dan Aldilla Jelita Terkuak, Indy Barends: Kita Hargai

Editor: Murhan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aldilla Jelita dan Indra Bekti yang di ambang cerai.

BANJARMASINPOST.CO.ID - Akhirnya presenter Indy Barends buka suara mengenai rumah tangga Indra Bekti dan Aldilla Jelita yang di ambang perceraian.

Dekat dengan Indra, namun ada beberapa hal yang tak bisa dicampuri oleh Indy.

Hal ini termasuk nasib Indra yang kini sedang didera masalah rumah tangga.

Indy mengaku hanya bisa memberi dukungan atas keputusan kedua belah pihak.

Dia tidak mau, masalah sahabat dekatnya itu terus diperpanjang sehingga menimbulkan opini publik.

Selain itu, dia juga meminta netizen untuk tidak terlalu beropini mengenai masalah Indra dan Aldila.

"Menambahkan sedikit aja sebelum nanti panjang pertanyaan dari temen-temen. Paling tidak kita hargai aja sih keputusan dari siapapun," kata Indy.

Baca juga: Ayu Ting Ting Kabur, Efek Tampilan Aneh Kala Pulang Dipergoki Bilqis

"Kita enggak bisa 'oh kenapa nih ada kejadian begini orang suaminya lagi sakit' akan menyakitkan untuk pihak tertentu. Ini kan juga disaksikan oleh yang melihat program masing-masing. Jadi paling tidak hargai kedua orang ini dari pihak Dila dari pihak Bekti," tambah Indy.

Indy menyebut keputusan Indra dan Aldila berpisah sudah didasari dengan adanya kesalahan yang tidak bisa ditolelir oleh salah satu pihak.

Kembali lagi, presenter 51 tahun itu tidak ingin menyalahkan kedua-duanya.

"Apalagi kalau kita enggak kenal, enggak tau, enggak bisa main bilang 'oh suaminya lagi sakit, main ditinggal aja'. Ya mungkin ada hal tertentu yang sudah enggak bisa ditolerir. Dan itu harus kita hargai keputusan orang," ujar Indy.

Di lain sisi, Indra mengaku sedang memberikan ruang untuk Aldila Jelita agar sama-sama berpikir dan memperbaiki diri.

"Dila aku berikan space, supaya kita bisa memperbaiki diri aja dulu," lanjut Bekti.

Ayah dua anak ini juga menyebut, istrinya tak serta merta meninggalkannya begitu saja.

"Dila enggak ninggalin gitu aja," ujar Indra.

Sebelumnya kabar perceraian Indra dan Aldila hingga kini masih jadi perbincangan publik.

Belum juga sembuh dari sakit yang diderita, Indra ratapi nasibnya harus hidup tanpa sosok sang istri.

Keputusan Aldila untuk mundur bak sudah bulat. Istri Indra sudah tak bisa lagi mempertahankan hubungannya.

4 Kebiasaan dalam Pernikahan yang Jadi Pemicu Perceraian

Banyak penelitian telah membantu memprediksi pasangan mana yang dapat membangun hubungan pernikahan yang memuaskan, serta pasangan mana yang penuh konflik, tidak bahagia, dan mengarah ke perceraian.

Biasanya, perbedaan latar belakang, usia, atau bahkan pendapat bukanlah alasan utama yang dapat menghancurkan suatu hubungan pernikahan.

Sebaliknya, perilaku dan bagaimana orang berkomunikasi menjadi penentu yang bisa memengaruhi kesehatan suatu hubungan.

Di antara temuan yang paling penting adalah seperangkat kebiasaan komunikasi yang dijuluki dengan "The Four Horsemen of the Apocalypse".

Baca juga: Status Asli Amanda Manopo dan dr Ekles Akhirnya Terkuak, Serupa Arya Saloka di Ikatan Cinta

Menurut psikolog dan peneliti pernikahan, John Gottman, PhD, "The Four Horsemen of the Apocalypse" adalah empat kebiasaan komunikasi yang meningkatkan kemungkinan perceraian.

Keempat perilaku tersebut adalah kritik, defensif, menghalang-halangi, dan menghina.

Gottman menyebut keempat kebiasaan komunikasi ini membuat hubungan pernikahan cenderung menjadi tidak stabil dan tidak bahagia.

Puncaknya, ada kemungkinan yang besar ikatan pernikahan itu akan berakhir pada perceraian.

Sejak 1970-an, Gottman telah mempelajari ribuan pasangan, di mana dia bersama timnya menyaksikan pasangan berinteraksi dan melacak kepuasan hubungan mereka.

Melalui penelitian ini, mereka mampu menyaring kebiasaan relasional yang membuat hubungan pernikahan hancur.

Gottman menemukan, ketika pasangan memanfaatkan kritik, pembelaan, penghalang, atau penghinaan selama masa-masa sulit mereka, ini dapat memicu apa yang dikenal sebagai "distance and isolation cascade".

Artinya, ketika pasangan menggunakan salah satu dari empat kebiasaan ini tanpa perbaikan yang berhasil dari waktu ke waktu, mereka akan semakin jarang untuk saling memenuhi kebutuhan koneksi mereka.

Tentu saja, kebanyakan orang akan menggunakan kebiasaan ini dari waktu ke waktu dalam hubungan mereka. Tak satu pun dari kita yang kebal.

Namun, kuncinya adalah bagaimana kita mengenali penggunaannya dan dengan cepat melakukan perbaikan, serta berupaya untuk semakin jarang menggunakannya.

Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut sejumlah penjelasan mengenai empat kebiasaan dalam pernikahan yang dapat menyebabkan perceraian.

1. Kritik

Kritik adalah tindakan memerhatikan masalah dalam hidup atau hubungan dan mengubahnya menjadi komentar tentang kelemahan sifat karakter pasangan.

Kita dapat menangkap diri sendiri menggunakan kritik ketika kita mengucapkan kata-kata "selalu" atau "tidak pernah" saat menggambarkan sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan pasangan.

Kritik berbeda dengan keluhan. Mengeluarkan keluhan adalah aspek normal dan sehat dari suatu hubungan, sebab jika tidak ada yang pernah mengeluh, maka akan ada banyak kebencian yang tidak diproses seiring waktu.

Misalnya, jika kita masuk ke rumah yang berantakan setelah seharian bekerja dan melihat dapur berantakan, kita mungkin merasa frustrasi.

Ketika kita akan mengungkapkan hal ini pada pasangan, kita mungkin akan menggunakan kritik atau keluhan.

Dari situ, kita dapat melihat bahwa keluhan berfokus pada masalah (dapur yang berantakan), sementara kritik membuat pasangan menjadi masalahnya.

Ini kemungkinan akan memulai lingkaran frustasi di mana pasangan kita akan meresponsnya dengan defensif.

Maka dari itu, alih-alih melontarkan kritik, cobalah untuk menggunakan cara-cara seperti mengekspresikan apa yang kita perhatikan, berbagi perasaan, dan menyatakan kebutuhan kita.

2. Defensif

Defensif adalah reaksi terhadap kritik yang dirasakan. Terkadang, kritik itu benar-benar ada dan terkadang itu hanya proyeksi.

Apabila kita menjadi defensif, orang lain akan percaya bahwa kebutuhan mereka tidak didengar, sehingga ini akan meningkatkan keterputusan dan bahkan mungkin meningkatkan kritik.

Ada waktu dan tempat untuk membicarakan persepsi kita sendiri, tetapi biasanya tidak pada saat seseorang mengajukan pertanyaan.

Bahkan, mungkin posisi kita cenderung tidak didengar jika kita langsung menanggapinya dengan cara ini.

Jadi, daripada bersikap defensif, cobalah mengambil tanggung jawab untuk bagian kita, sekalipun kita hanya memiliki sedikit masalah.

Kita juga dapat mencoba memvalidasi persepsi dan realitas pasangan karena kemungkinannya adalah bahwa persepsi pasangan valid dan ada bagian yang menjadi tanggung jawab kita.

Mungkin sulit untuk mengakuinya, tetapi ini sangat penting untuk fungsi relasional yang sehat.

3. Penghalang

Stonewalling atau penghalang persis seperti kedengarannya, yakni ketika seseorang dalam percakapan mulai bertindak seperti dinding batu.

Di mana, pasangan kita tidak peduli dengan masalah yang kita hadapi dan tetap diam selama sebagian besar percakapan atau bahkan mungkin memalingkan wajahnya.

Untuk orang suka seperti ini, kemungkinan mereka berada dalam keadaan physiological flooding yang terjadi ketika tubuh mendeteksi ancaman.

Dalam konflik, terkadang tubuh kita akan mendeteksinya sebagai ancaman lain. Artinya, tubuh dapat melepaskan hormon stres dan jantung kita akan berdebar kencang.

Bagian otak kita yang bertanggung jawab atas perilaku relasional menjadi terhenti, sehingga kita kehilangan naluri relasional seperti pemecahan masalah, humor, dan kasih sayang.

Ketika orang berada di dalam kondisi physiological flooding, mereka tidak mungkin untuk melakukan percakapan yang produktif.

Itulah mengapa penting bagi kedua orang dalam percakapan harus beristirahat saat mereka menyadari bahwa ada keadaan seperti ini.

Orang yang menghalangi perlu bekerja untuk menenangkan diri. Dibutuhkan sekitar 20 menit agar hormon stres keluar dari aliran darah.

Selama istirahat, pihak yang mengalami physiological flooding bisa melakukan latihan pernapasan dalam, pergi jalan-jalan, melakukan aktivitas yang menenangkan seperti membaca, melukis, dan lainnya.

Untuk menenangkan diri, kita membutuhkan ruang yang jauh dari konflik. Jadi, cobalah untuk tidak terus memikirkannya, menulis tentangnya, atau menelepon sahabat kita untuk membicarakannya.

Kemudian, sangat penting bahwa orang yang mengambil jeda kembali ke percakapan saat tenang. Pengembalian ini membangun kepercayaan dalam hubungan.

4. Penghinaan

Penghinaan adalah yang paling berbahaya karena ini merupakan kebiasaan yang sangat kejam dan paling buruk atau bisa menjadi pelecehan emosional.

Menurut penelitian Gottman, penghinaan telah terbukti menjadi indikator perceraian terbesar yang telah dikaitkan dengan masalah kesehatan bagi pasangan yang dihina, termasuk sistem kekebalan yang lebih rendah.

Penghinaan adalah kritik yang dilebih-lebihkan karena mengambil posisi superioritas satu demi satu.

Ketika orang menghina, mereka mengekspresikan ketidakpuasan mereka dengan memanfaatkan rasa malu dan sarkasme kejam untuk menjatuhkan orang lain.

Penghinaan dikembangkan melalui pemodelan atau kebencian yang sudah berlangsung lama.

Beberapa orang belajar untuk menghina karena mereka mungkin melihat orangtua mereka memanfaatkan penghinaan dalam konflik untuk meluapkan kekesalan.

Sementara bagi yang lain, penghinaan telah berkembang dalam hubungan sebagai respons terhadap kebencian atau pengkhianatan yang sudah berlangsung lama.

Alih-alih memanfaatkan penghinaan, kita harus berusaha membangun keterampilan komunikasi baru untuk membahas perasaan kesal kita lebih dalam.

Secara khusus, kita harus belajar untuk berbicara tentang diri sendiri daripada orang lain ketika dalam konflik.

Tujuan utamanya adalah untuk dapat menggunakan cara yang lebih lembut, tetapi pada awalnya kita mungkin hanya fokus untuk dapat menceritakan perasaan kita daripada menyerang orang lain.

Baca juga: Penjelasan Medis Soal Manfaat Mandi Air Mineral ala Verrell Bramasta, Raisa dan Cameron Diaz

Baca juga: Satu Fakta Rumah Tangga Nagita dan Raffi Ahmad, Ibu Rafathar Kuak Ujian Terberat

(Banjarmasinpost.co.id/Sriwijaya Post)

Simak berita lainnya di GoogleNews, Klik: Banjarmasin Post

 

Berita Terkini