BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Bagi yang ingin rekreasi ke Bukit Sapu Angin di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), harus cari destinasi lain dulu. Pasalnya, saat ini bukit berketinggian 256 meter dari permukaan laut (mdpl) di Desa Panyipatan, Kecamatan Panyipatan tersebut, kembali ditutup.
Catatan banjarmasinpost.co.id, beberapa tahun silam Bukit Sapu Angin pernah ditutup menyusul perilaku segelintir pengunjung yang ditengarai kurang pantas. Kemudian beberapa bulan terakhir kembali dibuka, bahkan belum lama tadi ada kegiatan komunitas yang berkemah di sana.
Tapi sekarang kembali ditutup meski kabarnya bersifat sementara. Hal itu membuat sedih kalangan yang hobi hiking. "Padahal baru berencana ke Bukit Sapu Angin, tapi kok ditutup ya?" tanya Salman, warga Kota Pelaihari, Kamis (8/5/2025).
Pekerja swasta itu mengaku tertarik menjelajahi Bukit Sapu Angin setelah melihat foto-foto orang berkemah di bukit tersebut lewat sosial media. Dokumentasi itu memperlihatkan panorama alam yang begitu indah.
Camat Panyipatan, Muhammad Hadiat Wicaksono ketika dikonfirmasi, membenarkan, penutupan (sementara) Bukit Sapu Angin yang berada di belakang kantor-nya tersebut.
"Hal itu sesuai kesepakatan warga pada rapat koordinasi bertempat di rumah Ketua RT 9 Dusun 3 Panyipatan, Selasa malam lalu," beber camat.
Dia mengungkapkan, rapat tersebut dihadiri wakil dari Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tala, kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda desa, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas.
Penutupan tersebut ditegaskannya bukan kebijakan pemerintah daerah, tapi murni hasil kesepakatan masyarakat setempat yang merasa resah oleh aktivitas pengunjung di Bukit Sapu Angin yang dinilai tak pantas.
Pihaknya hanya sebatas memfasilitasi. Sesuai kesepakatan warga diputuskan dilakukan penutupan sementara, hingga menunggu kebijakan dari pemerintah daerah.
Keputusan tersebut juga dilandasi adanya rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di kawasan Bukit Sapu Angin. Kemudian juga menyangkut status area setempat yang merupakan kawasan hutan lindung.
Hadiat mengatakan, Bukit Sapu Angin memang menyajikan panorama alam yang indah. Tapi untuk menjangkaunya tidak ada akses khusus, karena dikelilingi lahan masyarakat.
Menurut camat, Bukit Sapu Angin tersebut bak miniatur pegunungan Meratus karena gugusannya panjang. Dimulai dari bukit di Desa Sungiriam yang tersambung dengan Bukit Liang di Desa Kandanganbaru, lalu tersambung dengan Bukit Sapu Angin.
Apakah baru-baru ini ada aktivitas yang tidak pantas di kalangan pengunjung? Hadiat menegaskan sejauh ini tidak ada laporan mengenai hal tersebut.
Tapi, karena sebagian besar warga tak menghendaki terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan sehingga sepakat untuk ditutup. Jadi, sifatnya antisipasi.
Pada rapat tersebut, jelas Hadiat, juga ada usulan seperti kunjungan tetap dibuka dengan pelarangan menginap bagi perempuan. Tapi, sebagian besar warga menginginkan ditutup. (banjarmasinpost/bl roy n)