BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI-Sebagai pelaku UMKM jatuh bangun menjalankan usaha dialami HM Tahir (66), pemilik usaha kerupuk amplang legendaris yang bertahan dan tetap berkembang sampai sekarang. Kendala yang dihadapi, adalah ketika musim hujan.
Proses pengeringan kerupuk amplang mengandalkan panas matahari, sehingga jika terjadi hujan pada siang hari, produksi terpaksa di jeda atau berhenti sejenak sampai cuaca panas.
Masalah lainnya, sebut dia ketika harga bahan melonjak. Seperti Tapung tapioka yang sempat di harga Rp700.000 per bantal isi 50 kg.
Demikian pula harga minyak goreng serta bahan lainnya yaitu bawang putih, pewarna khusus makanan dan penyedap rasa dan ikan peda sebagai bahan membuat kerupuk amplang yang sekarang mengalami kenaikan harga.
Baca juga: UMKM Kalsel- Kerupuk Amplang Zadul M Tahir Barabai, Camilan Legend Sejak 1976 Ada di Warung-Warung
Baca juga: UMKM KALSEL: Bertahan di Tengah Jajanan Kekinian, Kerupuk Amplang Zadul M Tahir Rekrut 13 Warga
"Alhamdulillah untuk harga tapioka sekarang sudah turun menjadi Rp 500.000 per bantal,"jelasnya.
Menyiasati mahalnya harga bahan membuat kerupuk amplang tersebut, Tahir menyatakan tak mau mengubah cita rasa, Karena menyangkut kepercayaan konsumen.
Namun, untuk menutupi biaya produksi dia terpaksa mengurangi isi kerupuk per bungkusnya.
Dia pun berharap para konsumen memaklumi hal tersebut. (Banjarmasinpost.co.id/hanani)