Berita Banjarmasin

Mengenang Nurdin, Pemuda Sederhana yang Meninggal Saat Bantu Padamkan Api di Teluk Tiram Banjarmasin

keluarga Muh Nurdin berusaha tegar menyambut doa bersama yang digelar untuk mengenang kepergian sang anak yang meninggal saat bantu padamkan kebakaran

|
Penulis: Saiful Rahman | Editor: Irfani Rahman
banjarmasinpost.co.id/Saifurrahman
MUH NURDIN- Foto almarhum M Nurdin saat pelepasan siswa SMP 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN-Sebuah rumah sederhana di Gang Family Rt41, Jalan Sepakat, Teluk Tiram, Banjarmasin Kalimantan Selatan tampak wajah-wajah sedih menyambut tamu yang datang. Selasa (23/9/2025) Sore.

Sambil membersihkan rumah dan menyiapkan suguhan, keluarga Muh Nurdin berusaha tegar menyambut doa bersama yang digelar untuk mengenang kepergian sang anak.

Seperti tradisi masyarakat pada umumnya, rumah duka menjadi tempat berkumpulnya warga untuk memanjatkan doa. Namun kali ini, suasana terasa lebih pilu. Rumah itu adalah kediaman Muh Nurdin, pelajar SMK yang gugur saat membantu petugas BPK dan pemadam kebakaran memadamkan api di Gang Berdikari Rt03, Minggu (21/9).

Nurdin tewas bersama seorang pria bernama Wahyudi setelah terkena kabel putus yang masih dialiri arus di lokasi kebakaran. Kondisi jalan yang padat dan macet kala itu, dikatakan membuat proses evakuasi ke Rumah Sakit sempat tertunda hingga area benar-benar lapang.

Baca juga: Ibnu Sina Mundur dari Ketua Demokrat Kalsel, Pentolan Dozer Ini Jadi Pengganti Sementara

Baca juga: Empat Tambang di Kalsel Disanksi Pusat, Warga: Perusahaan Telah Lama Tutup

Kepergian Nurdin pun memebekas pilu bagi para warga sekitar yang mengenal sosoknya. Beberpa menit setelah api padam oborlan wargapun terdengar yang mengatakan bahwa Nurdin kerap kali ikut membantu kegiatan kemanusiaan bersama BPK.

"Sering sudah saya nasehati, tapi namanya juga dia senang membantu. Saya hanya bisa memberi tahu agar berhati-hati," ucap Santi Ibu Nurdin

Di tengah kesibukan persiapan, Santi ibu Nurdin, bersama sang nenek dan para bibi mengenang sosok remaja yang dikenal ceria, sopan, dan ringan tangan tersebut.

“Dia itu ramah dan sopan. Kalau dengar ada kebakaran, langsung lari bantu,” kenang Santi dengan mata yang terus basah.

Nurdin bukan hanya anak yang aktif secara sosial, tapi juga sangat peduli pada keluarganya. Sepulang sekolah, ia bekerja di depot galon untuk membantu ibunya yang seorang diri membesarkan dua anak. Malam harinya, ia tetap menyempatkan diri mengikuti pengajian.

“Dia paham mamanya sendirikan. Jadi dia berusaha bantu sebisanya,” tutur sang nenek, menahan haru.

Nurdin adalah anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya masih duduk di bangku TK. Kedekatan mereka dengan salah satu bibi membuat panggilan “mama” lebih akrab daripada “tante”.

Salah satu Bibi Nurdin yang paling akrab pun menangis terisak mengenang keponakan yang telah pergi untuk selamanya. Si Bibi menangis mengenang keponakan yang telah ia anggap sebagai anaknya sendiri, ia mengusap wajahnya yang memerah, air mata terus keluar. Semakin ditanya tentang Nurdin semakin kuat tangisan dan deras air mata.

“Dia paling akrab sama Nurdin. Sudah seperti anak sendiri. Nurdin dan adiknya nggak pernah panggil tante, tapi mama?” ujar Nenek Nurdin

Sejak peristiwa nahas pada Minggu (21/9), Guru dan teman-temannya datang silih berganti, mengenang sosok pemberani yang tetap santun dan peduli. Atasan kerja dan perwakilan Dinas Sosialpun dikatakan ikut datang menengok rumah Pahlawan Remaja tersebut. Santi sang Ibu mengungkap bahwa saat pemakaman pun sang kepala sekolah sampai turut hadir.

“Kalau ada temannya jalan kaki ke sekolah, dia bonceng. Kadang dia bilang, ‘Kalau kamu nggak ada jemputan, biar saya jemput,” cerita Santi, mengenang kebaikan hati putranya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved