Masih Ada Laporan Kasus Bullying di HSS Kalsel, Korban Sampai Tidak Turun Sekolah  

Saat ini bullying masih kerap terjadi terhadap anak di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan (Kalsel).

|
Penulis: Adiyat Ikhsan | Editor: Irfani Rahman
Banjarmasinpost.co.id/adiyat ikhsan
BERI PENYULUHAN - Kabid PPPA, Nani Trisnawati saat menyampaikan materi di Penyuluhan Pembinaan Anak Remaja (PAR) dan Pola Asuh Anak dan Remaja di Era Digital (PAARED) di Pendopo Bupati, Senin (29/9/2025). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KANDANGAN - Kekerasan psikis, seperti bullying masih kerap terjadi terhadap anak di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan (Kalsel).

Bullying tidak hanya menyasar anak, tetapi ditemukan sampai usia remaja dan ke atasnya.

Hal ini disampaikan DPPKBPPPA HSS, melalui Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Nani Trisnawati kepada Banjarmasinpost.co.id usai Penyuluhan Pembinaan Anak Remaja (PAR) dan Pola Asuh Anak dan Remaja di Era Digital (PAARED) di Pendopo Bupati, Senin (29/9/2025).

Menurutnya, bullying yang terjadi, bermula dari olok-olokan sampai terjadi perkelahian dan kekerasan fisik.

“Dinas DPPKBPPPA baik di UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) memang ada menerima kejadian untuk 2025, tetapi angka pastinya kurang ingat, tetapi ada,” katanya.

Sampai diketahui adanya bullying tadi, bermula dari laporan pihak sekolah atau dari orang tua anak langsung.

Baca juga: BREAKING NEWS- Heboh Kabar Bayi Terbawa Angin Puting Beliung di Gambut Banjar, Saat Tidur di Ayunan

Dimana, si korban tidak mau bersekolah lagi, sehingga dilakukan penelusuran dan penjangkauan ke rumah untuk mengetahui penyebabnya.

“Dari pengakuan orang tua, anak tersebut sering diganggu. Kebanyakan kasus itu, lebih ke body shaming, nah si anak ini malu, sehingga tidak mau bersekolah 1 – 3 bulan, karena sering terganggu tadi, meski hanya kata-kata, Padahal, karena usianya sudah masuk masa pubertas,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, DPPKBPPPA melalui PUSPAGA dan UPTD PPA sama-sama turun tangan untuk melakukan penanganan dan melihat ranahn sampai mana.

“Karena, apabila kasus masih ringan, seperti konseling kita tangani melalui PUSPAGA. Namun, bila ada unsur kekerasan akan masuk ke laporan UPTD PPA sehingga dilakukan pemanggilan terhadap pelaku dan orang tuanya, serta pihak sekolah,” tambahnya.

Kini, terang Nani, setiap sekolah dari PAUD sampai SLTA sederajat telah memiliki Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan dan mereka turut bergerak menangani.

Sementara, pihaknya di 2025 ini sempat menangani kasus pembullyan/ perundungan yang dilakukan secara berkelompok di daerah Kandangan, dengan korban dan pelaku sama-sama perempuan.

“Satu orang korban sampai mengalami memar, oleh pelaku sekitar 10 anak. Hasilnya kemarin dilakukan mediasi,” sampainya.

(Banjarmasinpost.co.id/Adiyat Ikhsan) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved