Berita Nasional

Dipukul dan Ditendang Berulang Kali, Anggota Baru Pecinta Alam di Bitung Sulut Alami Kekerasan 

Viral di media sosial sebuah video memperlihatkan diduga sejumlah siswa dari komunitas pecinta alam Kota Bitung, Sulawesi Utara melakukan

Editor: Edi Nugroho
IG/FAKTA.INDO
KEKERASAN OSPEK- Viral di media sosial sebuah video memperlihatkan diduga sejumlah siswa dari komunitas pecinta alam Kota Bitung, Sulawesi Utara melakukan kekerasan terhadap anggota barunya. 

Dari informasi yang dihimpun, salah satu orang tua korban, telah melaporkan kejadian ini ke polisi setelah putranya, AA, pulang dengan wajah penuh lebam, dan bibir pecah. 

Awalnya, korban meminta izin kepada orang tuanya untuk mengikuti kegiatan pendakian gunung.

AA awalnya berdalih cedera akibat gigitan tawon, hingga Nurdiana mengetahui kebenaran setelah melihat video yang direkam anaknya sendiri.

Kapolres Bitung, AKBP Albert Zai mengkonfirmasi terkait viralnya aksi kekerasan dalam komunitas pecinta alam Bitung.

Albert mengungkapkan kegiatan itu diikutsertakan oleh enam anggota baru.

Baca juga: Kini Muncul, Himateta Unsri Ungkap Kronologi Suruh Maba Saling Cium Kening, Beribu Minta Maaf

Adapun kegiatan orientasi ini dilakukan oleh komunikasi salah satu SMA di Kota Bitung.

"Ada enam orang dalam kegiatan pendidikan dasar tersebut, namun sampai saat ini baru satu orang tua yang melaporkan kepada kita di Polres Bitung pada tanggal 1 Oktober kemarin," kata Albert, dilansir dari tayangan tvOneNews, Kamis, (2/10/2025).

Pihaknya akan memeriksa lima anggota baru yang turut menjadi korban dalam aksi kekerasan tersebut.

"Kita akan tetap melakukan pemeriksaan terhadap lima orang pelajar lainnya yang ada di SMA selevel yang ada di Kota Bitung," terangnya.

Kegiatan orientasi itu terjadi pada 26-28 September 2025, dalam rangka pendidikan dasar.

Ketika selesai melaksanakan pengenalan pendidikan dasar dan pelatihan, diduga senior melakukan kegiatan "tradisi" melatih fisik.

"Jadi mereka merekrut pelajar baru dengan tujuan memberikan pelatihan dasar baik itu peta kompas, berpifak, dan bertahan di alam bebas, pada kegiatan ini ada semacam tradisi yaitu pemberian syal ketika pelatihan itu selesai dilatih," ungkap Albert.

Hingga orang tua menemukan kondisi tubuh sang anak mengalami luka bengkak dan lebam akibat kegiatan tersebut.

"Hanya saja ketika saat pengakhiran dari kegiatan pelatihan ini, ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya kekerasan baik itu menampar wajah, kemudian ada yang menendang tubuh, dan ini yang menjadi masalah ketika pelajar ini pulang ada temuan bagi orang tuanya," sambungnya.

Sumber: Tribun Sumsel
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved