Berita Viral

Sekolah Disegel Ahli Waris, Ratusan Siswa SDN Belajar di Tenda Darurat, MBG Pun Dibagi di Luar Pagar

Ratusan siswa harus belajar di tenda darurat imbas sekolah mereka disegel ahli waris. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ikut terganggu.

|
Editor: Murhan
KOMPAS.COM/Fathor Rahman
TENDA DARURAT - Siswa SDN Tamberu 2 masih belajar di tenda darurat di Desa Tamberu, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Jumat (31/10/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Sebanyak 111 siswa harus belajar di tenda darurat beberapa hari ini
  • Sekolah mereka disegel ahli waris yang menuntut kejelasan haknya
  • Program MBG ikut terganggu karena dibagi di luar pagar

BANJARMASINPOST.CO.ID - Ratusan siswa harus belajar di tenda darurat imbas sekolah mereka disegel ahli waris. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ikut terganggu.

Hal ini dialami 111 siswa SDN 2 Tamberu, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

Mereka terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar di rumah-rumah warga dan tenda darurat.

Ini terjadi setelah gedung sekolah mereka disegel oleh warga yang mengaku sebagai ahli waris pemilik lahan.

Adanya penyegelan dilakukan pada Minggu (19/10/2025) oleh seorang warga bernama Ach Rasyidi.

Ia mengklaim sebagai ahli waris pemilik tanah tempat gedung SDN 2 Tamberu berdiri.

Baca juga: Tak Terima Dipukul Sapu, Anak Laporkan Ibunya ke Polisi, Berawal dari Menolak Bereskan Tempat Tidur

“Selain belajar di rumah warga, sebagian siswa mulai hari ini terpaksa juga belajar di tenda darurat penanggulangan bencana,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pamekasan, Mohammad Alwi, Selasa (21/10/2025).

Menurut Alwi, penyegelan ini bukan yang pertama kali terjadi.

Kasus serupa juga pernah terjadi pada Juni 2024.

Saat itu, penyegelan sempat dibuka setelah Pemkab Pamekasan berjanji memberikan ganti rugi lahan kepada pihak ahli waris.

“Saat ini, saudara Rasyidi yang merupakan ahli waris dari pemilik tanah sebelumnya kembali melakukan penyegelan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu para siswa terpaksa belajar di rumah warga dan di tenda darurat,” ujar Alwi.

Ia menegaskan, Disdikbud Pamekasan terus berupaya melakukan negosiasi agar segel dapat dibuka dan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan normal.

“Kami juga sudah melaporkan kasus ini ke Pemprov Jawa Timur agar ada solusi terbaik, terutama terkait keberlangsungan proses belajar siswa,” katanya.

Hingga kini, para siswa dan guru masih telantar.

Ketua Komisi IV DPRD Pamekasan, Halili, mengungkapkan bahwa situasi ini tidak hanya berdampak pada siswa, tetapi juga guru yang tidak memiliki tempat untuk beristirahat.

"Perlu adanya tambahan 1 tenda lagi untuk ruang guru," ujarnya pada Minggu (2/11/2025), melansir dari Kompas.com.

Halili menjelaskan bahwa saat berkunjung ke tenda darurat, ia menemukan bahwa tidak ada tempat istirahat untuk para guru.

Dengan hanya dua tenda yang ada, ruang tersebut hanya cukup untuk enam kelas, sehingga banyak guru terpaksa beristirahat di luar tenda.

"Saya berharap mereka pun diberi tempat. Saat jam istirahat, para guru juga perlu beristirahat," tegasnya.

Kondisi siswa di dalam dua tenda tersebut juga sangat memprihatinkan.

KUNJUNGAN - Komisi IV DPRD Pamekasan mengunjungi siswa SDN Tamberu 2 yang belajar di tenda darurat di Desa Tamberu, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan.
KUNJUNGAN - Komisi IV DPRD Pamekasan mengunjungi siswa SDN Tamberu 2 yang belajar di tenda darurat di Desa Tamberu, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan. (KOMPAS.COM/Ach. Rasyidi)

Satu tenda menampung tiga kelas yang hanya dipisahkan oleh kain, yang berpotensi mengganggu proses belajar mengajar.

"Saya yakin proses belajar mengajar tidak maksimal," imbuhnya.

Halili menambahkan, satu bangku yang terisi oleh tiga orang sudah tidak layak untuk digunakan.

Ia berharap pemerintah segera menemukan solusi, baik melalui relokasi atau membeli tanah dari ahli waris.

"Saya berharap segera ada solusi dari pemerintah. Apakah relokasi atau membeli tanah ke ahli waris," tuturnya.

Sementara itu Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Pamekasan, Achmad Zainullah, menyampaikan bahwa masih ada satu tenda yang belum terpakai.

"Tenda darurat masih tersisa satu," katanya.

Dia menjelaskan bahwa setelah dua tenda didirikan di SDN Tamberu 2, masih ada empat tenda yang tersisa, namun tiga di antaranya telah dibangun di Area Arek Lancor untuk dijadikan posko bencana.

"Satu tenda yang tersisa bisa saja segera didirikan. Tapi kami menunggu perintah pimpinan," tambahnya.

MBG Dibagi di Luar Pagar

Selama gedung sekolah disegel, program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk siswa tetap berjalan seperti biasa, meskipun distribusinya dilakukan di luar pagar sekolah.

Berdasarkan pantauan di lapangan, siswa datang ke sekolah tanpa mengenakan seragam hanya untuk mengambil jatah menu MBG yang disediakan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Darul Arqom.

Mereka membawa wadah makanan dari rumah untuk memindahkan makanan sebelum dibawa pulang.

“Sampai hari ini anak saya belum bisa bersekolah karena pintu pagar masih tertutup,” ujar salah satu wali murid, Juhairiyah, Selasa pagi.

“Jam tujuh pagi anak-anak tetap diminta datang ke sekolah untuk mengambil makanan. Setelah itu mereka langsung pulang,” tambahnya.

Ia berharap penyegelan ini segera berakhir agar anak-anak bisa kembali belajar di ruang kelas seperti semula.

“Kami masih menaruh harapan besar masalah ini segera terselesaikan dan siswa bisa belajar normal lagi,” ucapnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Kompas.com)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved