Berita Viral
Kaget Pasien Datang Bawa Rahim yang Copot di Kresek, dr Dadan Bertindak, Ternyata Ulah Dukun Beranak
Masih ingat kasus rahim copot yang sempat viral di media sosial? Terkuak jika kasus tersebut terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Masih ingat kasus rahim copot yang sempat viral di media sosial? Terkuak jika kasus tersebut terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Ternyata, kasus tersebut merupakan peristiwa lama yang kembali terangkat berkat podcast dr Gia Pratama dengan YouTuber Raditya Dika.
Nah, Dokter yang menangani kasus rahim copot tersebut, dr H Dadan Susandi, Sp OG (K)-Obginsos, pun buka suara terkait kasus yang tak biasa tersebut.
Dadan Susandi mengatakan, kasus rahim copot yang diceritakan oleh dr Gia Pratama tersebut terjadi di RSUD dr Slamet Garut, lebih dari 10 tahun silam.
Pasien tersebut, ungkapnya, berasal dari Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut.
Baca juga: Tindakan AKBP B pada Bu Dosen Untag Sehari Sebelum Tewas Tanpa Busana Terungkap, Polisi Beber Fakta
"Saya ingat betul, saat itu pukul 23.30 WIB malam," ujar dr Dadan Susandi, dilansir dari podcast RSUD dr Slamet Garut, Selasa (18/11/2025).
"Saya ditelepon sama bidan jaga, 'Dok ada konsul, ini pasien dengan inversio,' saya sudah mikir ini pasti korban paraji," imbuhnya, dilansir dari Tribun Jabar.
Inversio uteri adalah kondisi langka ketika rahim terbalik dan menonjol keluar melalui vagina setelah persalinan.
Situasi ini biasanya terjadi akibat tarikan yang terlalu kuat pada tali pusat atau kontraksi rahim yang tidak optimal segera setelah bayi lahir.
Kondisi ini bersifat gawat darurat karena dapat memicu perdarahan hebat dan syok pada ibu.
Dalam penanganannya, dokter harus segera mengembalikan posisi rahim ke tempat semula dan menghentikan perdarahan.
Kecepatan tindakan medis sangat menentukan keselamatan ibu.
Dadan pun mengaku sempat kaget dengan keterangan bidan yang menyebut rahim pasien sudah di luar tubuh dan dimasukkan ke keresek.
Dia bahkan baru percaya setelah bidan memberikan foto kondisi keresek berisi rahim yang dikirimkan sang bidan.
"Itu kan bidannya ngomong, 'Tapi dok, uterusnya dikeresekan,' saya langsung naik spaneng."
"Sampai saya ngomong keras, 'Yang bener aja kamu. Maksudnya ditutuk keresek?'."
"Bidannya bilang, 'Sanes dok, dicandak nganggo keresek,' (dibawa pakai keresek)," ujar Dadan.
Dadan mengaku sempat mengira rahim pasien ditutup keresek, namun masih menempel di tubuh.
Rupanya benar saja, posisi rahim dibawa menggunakan keresek karena sudah terlepas.
Dadan pun mengaku sempat marah mendengar kondisi pasien.
Dirinya langsung berlari menuju rumah sakit untuk memberikan tindakan pada pasien tersebut.
"Pasiennya masih sadar, bisa ditanya, dengan pendarahan, dengan kondisi rahim yang sudah copot itu. Perutnya kembung, sudah yakin berisi darah itu," ujar Dadan.
Dadan pun langsung menyiapkan operasi dan berupaya menyelamatkan pasien yang baru melahirkan di paraji tersebut.
"Buat yang bertanya, kok bisa hidup padahal rahim keangkat, ya qadarullah seperti itu masih bisa selamat," ujarnya.
Meski pasien selamat dari maut, namun Dadan menjelaskan, sang pasien yang mengalami rahim copot tersebut tidak dapat hamil lagi.
Rahim yang sudah keluar, jelasnya, tidak dapat dipasang kembali di tubuh.
"Jadi rahimnya tidak dimasukkan lagi, sudah lepas. Dia tidak bisa hamil lagi," ujarnya.
dr H Dadan Susandi, Sp.OG (K)-Obginsos pun membenarkan pasien ibu melahirkan sampai rahim copot tersebut merupakan korban paraji.
Dadan mengatakan, begitu mengetahui pasien mengalami invertio dan berasal dari Kecamatan Banjarwangi, dirinya sudah yakin pasien melahirkan di paraji atau dukun beranak.
Rupanya, Dadan pun sempat bertemu dengan paraji yang menangani pasiennya hingga rahim copot tersebut.
Sembari menyiapkan operasi, Dadan sempat bertanya pada dukun beranak tersebut mengenai tindakan yang dilakukannya hingga rahim pasien copot.
"Saya tanya kan, kenapa bisa begini? Jawabannya pun polos banget, 'Duka atuh, pak dokter, da abdi e nembean sapertos kieu (Tidak tahu, pak dokter, saya juga baru sekarang seperti ini)'," ujar Dadan.
Dadan pun menyoroti netizen dan pihak-pihak yang tak percaya pada cerita dr Gia mengenai rahim copot tersebut.
Dirinya menegaskan, kasus yang diceritakan dr Gia tersebut merupakan kasus yang pernah ditanganinya.
"Kejadian itu (terjadi) di sini, lebih dari 10 tahun yang lalu," tegasnya.
Bagaimana Cara Mencegah Inversio Uteri?
Kasus “rahim copot” sedang ramai dibicarakan setelah dr. Gia Pratama membagikan pengalamannya menangani kasus tersebut di RSUD Garut, Jawa Barat, pada April 2010 silam, dalam sebuah podcast.
Dalam kasus tersebut, diceritakan bahwa seorang ibu melahirkan dengan bantuan paraji atau dukun beranak, sampai rahimnya "copot" dan ditaruh ke dalam kantung kresek. Dalam dunia kedokteran, istilah medisnya adalah inversio uteri. Lantas, bagaimana cara mencegahnya?
“Kalau lahirnya di penyedia kesehatan yang benar, itu (inversio uteri) sudah tidak pernah terjadi, tidak akan pernah terjadi, tidak usah khawatir. Itu kan kasus ekstrem yang amat sangat jarang terjadi, sudah termasuk kasus luar biasa,” kata dr. Ni Komang Yeni DS, Sp.OG, MM, MARS, saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (20/11/2025).
Apa itu inversio uteri?
Inversio uteri adalah kondisi ketika rahim turun dan menonjol keluar vagina karena berbagai faktor, salah satunya adalah proses persalinan yang tidak ditangani oleh tenaga kesehatan yang sudah ahli, seperti bidan atau dokter kandungan.
Faktor lainnya adalah kondisi seperti plasenta akreta. Dikutip dari situs web Eka Hospital, Jumat (21/11/2025), plasenta akreta adalah kondisi ketika plasenta menempel terlalu kuat pada otot rahim.
Kondisi tersebut sangat berbahaya karena bisa menyebabkan pendarahan hebat saat melahirkan, bahkan bisa mengancam keselamatan ibu dan bayi.
Cara mencegah inversio uteri
1. Lakukan persalinan di bidan atau dokter
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, inversio uteri jarang terjadi apabila ibu melakukan persalinan di bidan atau dokter kandungan.
Sebab, mereka mempelajari anatomi dan sudah terlatih untuk menangani ibu hamil sehingga bisa membantu proses persalinan berjalan dengan aman dan lancar.
Apabila harus melahirkan di paraji, dr. Yeni mengatakan bahwa persalinan tetap harus didampingi oleh bidan desa.
“Sudah ada peraturannya bahwa paraji seharusnya didampnigi oleh bidan dalam melahirkan. Tapi, sekarang tahun 2025, pemerintah juga sudah bagus sekali menyediakan rumah sakit dengan penyedia kesehatan yang baik untuk melahirkan,” jelas dia.
Dengan demikian, dr. Yeni kembali mengimbau agar calon ibu tetap melahirkan dengan bantuan bidan atau dokter kandungan karena secara medis sudah terlatih.
2. Rutin periksa kandungan
Selanjutnya adalah rutin memeriksakan kandungan ke klinik, puskesmas, atau rumah sakit, untuk mempersiapkan diri dan janin agar persalinan berjalan lancar kelak.
“Salah satu (penyebab) plasenta tidak lahir juga karena kontraksi yang tidak begitu baik. Memang kita harus mengontrol ke dokter untuk memastikan tidak ada ari-ari (plasenta) yang lengket ke rahim sehingga memudahkan lahirnya plasenta pada saat melahirkan nanti,” terang dr. Yeni.
3. Banyak bertanya
Saat memeriksakan kandungan, manfaatkan waktu untuk banyak bertanya kepada bidan atau dokter kandungan.
Selain soal kesehatan janin, ibu bisa bertanya soal kontraksi yang baik seperti apa dan apakah ibu mengalami anemia atau tidak. Sebab, semuanya berkaitan dengan kesehatan dan kekuatan jaringan rahim.
“Tapi pada prinsipnya, tidak usah takut. Itu (inversio uteri) kejadian yang amat sangat jarang terjadi,” pungkas dr. Yeni.
(Banjarmasinpost.co.id/Tribunjabar.com)
| Tindakan AKBP B pada Bu Dosen Untag Sehari Sebelum Tewas Tanpa Busana Terungkap, Polisi Beber Fakta |
|
|---|
| Berkah Mahasiswa Penjual Gorengan di Kampus, Diganjar Presiden Biaya Wisuda, Ucap Ini ke Prabowo |
|
|---|
| Usai Viral Wanita Tanpa Busana Ludahi Al Quran, Bareskrim Bertindak, Kombes Rizki: Kami Profiling |
|
|---|
| Numpang Tidur di Warung Karena Lelah, Driver Ojol Tak Bergerak Dibangunkan, Ternyata Meninggal Dunia |
|
|---|
| Nekat Terobos Api, Bocah Cewek 10 Tahun Selamatkan Balita di Tengah Kebakaran, Ada Imbas Pertalite |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/Dokter-yang-menangani-kasus-rahim-copot-tersebut-dr-H-Dadan-Susandi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.