Serambi Ummah

Menyikapi Musibah bagi Umat Islam: Harus Dihadapi dengan Iman dan Kesabaran

Ustadz Muhammad Syafiq SHI MH menjelaskan cara sebaiknya umat Islam menyikapi musibah, tidak selalu berarti Allah murka.

Penulis: Rizki Fadillah | Editor: Mariana
(BNPB)
MUSALA PONPES ALKHOZINY AMBRUK - Petugas evakuasi telah merampungkan pencarian korban dan pembersihan puing-puing reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Selasa (7/10/2025). Ustadz Muhammad Syafiq SHI MH menjelaskan cara sebaiknya umat Islam menyikapi musibah, tidak selalu berarti Allah murka. 

Oleh: Dosen Fakultas Syariah Institut Agama Islam Darussalam Martapura, Ustadz Muhammad Syafiq SHI MH

BANJARMASINPOST.CO.ID - Ustadz Muhammad Syafiq tak kuasa menahan haru saat mendengar kabar runtuhnya musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo. Saat berita itu sampai ke Kalsel, hatinya langsung berguncang. Puluhan santri belia wafat dalam kondisi sujud, tertimpa reruntuhan saat sedang salat Ashar berjemaah.

“Mereka menghadap Allah dalam keadaan suci, di tempat yang mulia, di waktu yang diberkahi. Sementara yang selamat, harus menanggung luka, baik fisik maupun batin bahkan ada yang harus menjalani amputasi,” katanya.

Sebagai alumni Pondok Pesantren Darussalam, Syafiq merasakan duka yang begitu mendalam. Tapi sebagai pengajar ilmu syariah yang mengkaji kitab-kitab seperti Al-Hikam, Riyadhus Shalihin, dan lainnya, ia melihat ada hikmah besar yang bisa direnungkan bersama. Menurutnya, musibah bukan murka, tapi bisa jadi kasih sayang.

“Musibah tidak selalu berarti Allah murka. Justru bisa menjadi bentuk cinta-Nya, sebagaimana para nabi juga diuji, seperti Nabi Yusuf dibuang ke sumur, Nabi Ayyub kehilangan segalanya, Nabi Ibrahim diperintahkan menyembelih anaknya,” katanya.

Ia mengutip potongan Firman Allah Subhannahu Wa Ta’ala surah Al-Baqarah, ayat 155 yang artinya "Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan".

Baca juga: Update Harga Emas Perhiasan di Banjarmasin Jumat 10 Oktober 2025 Anjlok, Cek Rinciannya

Baca juga: Live Vidio.com! Link Streaming Persiku Kudus vs Barito Putera, Kick Off 15.30 WIB

Syaifiq menyebut, tragedi Sidoarjo menunjukkan, ujian bisa datang kapan saja, di mana saja, kepada siapa saja bahkan kepada para santri yang sedang salat. Ini adalah takdir, ketetapan Allah yang harus kita hadapi dengan iman dan kesabaran.

“Guru kami pernah berkata, "Jangan kira mondok di pesantren membuat kalian terbebas dari ujian. Justru semakin dekat kepada Allah, semakin berat pula ujian itu. Itulah sunnatullah,” ujarnya.

Syafiq juga menegaskan, tidak semua yang tampak menyakitkan adalah keburukan. Dalam Kitab Al-Hikam juga dikatakan "Ada maksiat yang membawa pada kehinaan dan taubat, dan ada ketaatan yang membawa pada kesombongan. Di dalam Kitab Ihya Ulumuddin menyebut musibah sebagai "obat hati".

Menurut Syafiq, santri-santri yang wafat dalam salat, secara lahiriah begitu menyedihkan, tapi boleh jadi Allah sedang menyelamatkan mereka dari takdir yang lebih buruk. Atau bahkan, Allah rindu mempertemukan mereka dengan surga-Nya lebih cepat.

“Allah berfirman dalam Al-Baqarah ayat 216  yang aertinya "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu." Guru kami mengajarkan: "Musibah itu bukan siksaan, tapi ujian. Di baliknya, ada rahasia Ilahi yang hanya Allah tahu. Tugas kita adalah bersabar dan berbaik sangka," ujarnya.

Syafiq menegaskan, salat Ashar adalah waktu yang mulia, masjid adalah tempat yang suci, dan santri adalah insan yang sedang belajar agama. Namun, musibah tetap datang. Menurutnya, inilah peringatan bagi kita bahwa kematian bisa datang kapan saja, tak menunggu kita siap.

Kitab Minhajul Abidin mengajarkan, seorang mukmin harus selalu bersiap menghadap Allah. Kitab Durratun Nasihin mencatat, manusia bisa meninggal dalam berbagai keadaan sedang tertawa, makan, tidur, bahkan salat. QS Al-‘Ankabut ayat 2 menegaskan: "Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan berkata ‘kami beriman’ tanpa diuji?".

Kitab Safinah An-Najah mengajarkan pentingnya bersuci setiap waktu, karena kita tidak tahu kapan ajal datang. Para santri Sidoarjo wafat dalam keadaan berwudhu nikmat yang sangat agung.

Syafiq menegaskan, pelajaran spritual yang dapat diambil dari musibah, manusia makhluk lemah. Sebesar apa pun bangunan, ia rapuh di hadapan kehendak Allah. Kematian bisa tiba kapan saja.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved