Kisah Remaja Pembuat Tato
Tetap Nekat Menekuni Hobi Membuat Tato Meski Tak Direstua Ortu, Ini Hasilnya Sekarang
Bermodal ketekunan dan kesabaran kini perlahan dia pun berhasil mengumpulkan peralatan dan perlengkapan tatonya sendiri.
Penulis: Ahmad Rizky Abdul Gani | Editor: Elpianur Achmad
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Meski hanya bermodalkan tekad dan semangat yang kuat, lantaran tidak mendapatkan restu orangtua dan keluarganya, Febri, remaja warga Balitra Banjarbaru, tetap nekat meneruskan hobi tato yang digelutinya untuk mencari uang.
Ketekunan dan kesabarannya mulai membuahkan hasil. Secara perlahan dia pun berhasil mengumpulkan peralatan dan perlengkapan tatonya sendiri.
"Iya, awalnya dulu (alat) sempat minjam. Tapi sedikit demi sedikit sejak SMA mengumpulkannya (uang), kini sudah berhasil membeli koil dan rotary yang masing-masing seharga Rp 800 ribu dan Rp 1,2 juta," ungkapnya.
Baca: Dari Hobi Menggambar, Kini Remaja Ini Meraup Untung dari Seni Mentato Tubuh
Baca: Gara-gara Ketahuan Tato Tubuh Sendiri, Febri Sempat Diusir Pergi dari Rumah
Lebih lanjut, Febri juga mengatakan selain membeli dua alat tersebut untuk membuat karya tato ia biasa juga harus melengkapinya dengan membeli sembilan warna tato lainnya.
Warna-warna tersebut kemudian digunakan sesuai dengan kebutuhan atau keinginan pelanggan mewarnai tubuhnya.
"Sedangkan untuk satu tintanya saya beli seharga Rp 190 ribu. Namun satu botol warna bisa digunakan berkali-kali tergantung kebutuhan," katanya.
Baca: Esok Terakhir Registrasi Ulang Kartu SIM, Jika Tetap Gagal, Lakukan Langkah Ini
Baca: Ingat Registrasi Kartu SIM Terakhir 28 Februari 2018, Jika Tidak Akan Kena 5 Ancaman Blokir
Namun, lanjut Febri, konsekuensinya bila pelanggan yang sudah ditatto menggunakan tinta, gambar pun akan sulit dihilangkan. Ini berbeda dengan tato sementara berupa stiker atau tempelan yang bisa hilang setelah beberapa hari ditattoo.
"Dalam pengerjaan satu buah tatoo dengan ukuran tiga hingga lima sentimeter, biasanya saya hanya memerlukan waktu sekitar satu jam. Kalau rasa sakit ya tentu ada. Tapi rata-rata pelanggaran sudah mengetahui hal tersebut," ungkapnya. (*)
