9 Guru Besar UIN Antasari Dikukuhkan, Prof Mujib: Bukan Soal Jumlah, Tetapi Kualitas Keilmuan

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Univerisitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin menambah daftar guru besar melalui Sidang Senat Terbuka Pengukuhan guru besar sebanyak sembilan orang.

Pengukuhan guru besar kampus Islam terbesar di Kalimantan Selatan itu berlangaung di Gedung Serba Guna Kampus 2 UIN Antasari di Banjarbaru pada Selasa (4/11/2025) siang.

Guru besar yang dikukuhkan antara lain, Prof. Dr. Ahmad Juhaidi, M.Pd sebagi guru besar bidang Pemasaran Pendidikan, Prof. Dr. Hj. Nida Mufidah, M.Pd sebagai guru besar Strategis Pembelajaran Bahasa.

Prof. Dr. H. Sukarni M.Ag sebagai guru besar bidang Fikih Lingkungan, Prof. Dr. H. Hilmi Mizani, M.Ag guru besar Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Prof. Dr. Syaiful Bahri, M.Ag guru besar Manajemen Pendidikan Islam, Prof. Dr. H. Abd. Basir, M.Ag guru besar Startegi pembelajaran Al-Quran.

Baca juga: Kementerian Agama Perpanjang Masa Jabatan Rektor UIN Antasari Banjarmasin Prof Mujib

Baca juga: 2.678 Tenaga Honorer di Banjarmasin Dipastikan Tak Diangkat PPPK, Kepala BKD Ungkap Alasannya

Prof. Dr. Hj. Wahidah, M.H.I guru besar bidang Fiqih Mawaris, Prof. Dr. Yusna Zaidah, M.H guru besar Hukum Acara Peradilan Agama, dan Prof. Dr. H. Akhmad Sagir, M.Ag guru besar bidang Ushul Al Hadits.

Pada pengukuhan itu, sembilan profesor menyampaikan orasi ilmiahnya berdasarkan disiplin keilmuan masing-masing dihadapan tamu dan udangan yang hadir.

Rektor UIN Antasari, Prof Dr Mujiburrahman MA mengatakan, pengukuhan sembilan guru besar ini menambah daftar guru besar UIN Antasari yang sebelumnya berjumlah 24 dan kini UIN memiliki 33 profesor.

“Ada sembilan orang guru besar yang baru dikukuhkan, mewakili 4 fakultas. Ini satu kegembiraan bagi UIN Antasari,” ungkapnya.

Prof Mujib berharap, penambahan guru besar di UIN Antasari Banjarmasin ini dapat semkain meningkatkan produktivitas ilmiah. Selain itu, kiprah para guru besar di dunia akademik dapat semakin terasa, baik bagi mahasiswa ataupun bagi kalangan ilmuan yang se profesi.

“Jadi bukan jumlahnya, tetapi kualitas keilmuannya dan perannya di masyarakat,” ujarnya.

(Banjarmasinpost.co.id/Rizki Fadillah)